05. Mistake

25 15 6
                                    

Hari-hari terus berganti. Sheila telah menjadi anak kelas dua SMA atau Junior. Musim Semi berganti dengan Musim Panas. Tinggal tiga hari lagi liburan akan berakhir namun Sheila hanya menghabiskan waktu di rumah dengan menggambar frame, menciptakan tokoh baru, dan mengirim lewat fax. Terkadang Elijah mengadakan pesta di rumahnya yang mana membuatnya bosan.

Ada kabar baik. Sebelum liburan, Abigail dan Spencer menjadi temannya. Dan kabar yang sangat baik adalah mereka bertiga bersahabat bukan untuk menguasai sekolah namun untuk hangout dan dengan senang hati Sheila mengubah mereka. Spencer juga membantu Sheila dalam ujian. Spencer pergi ke rumah Sheila dan mengajari Sheila disana. Tentu Thomas tersenyum karena kemungkinan besar pandangan Sheila telah berubah.

Meski hari ini libur, namun Sheila, Spencer, Abigail dan Emily memiliki janji untuk bertemu di perpustakaan. Sheila agak kesulitan dalam menentukan kelanjutan antara Kirisaki-Yuki-Yuri. Tidak mungkin jika ia memasukkan kisahnya yang nyata ke dalam anime. Sheila membawa tablet yang memang khusus untuk membuat animasi.

Mereka duduk disana dengan berpikir sambil bercanda. Sheila senang ada teman yang membantunya. Mereka juga sendok perak namun mereka mau membantunya bukan mengharapkan dress mahal darinya.

Sheila menelusuri rak buku dengan datar. Namun wajahnya menjadi bingung saat melihat tulisan SAMUEL HORAN di punggung sebuah buku. Sheila langsung mengambil buku dengan sampul berwarna maroon itu. Sheila membuka lembar pertama, itu memang foto anak baru di Lambency. Dia juga anak Pigeon? Awalnya dia bersekolah di tempatnya sekarang?

Sheila menaruh buku itu ke atas meja, dan bertanya, "apa kalian kenal dia?"

"Tentu saja,"jawab Emily. "Dia anak terpintar di sekolah kami."

"Kudengar dia dapat beasiswa sekolah di Amerika. Kota terfavorit di sana, Lambency,"lanjut Spencer

"Yep, dia bersekolah di sekolahku yang lama,"jawah Sheila.

Mereka mengangguk. Sheila izin untuk pergi dan mereka juga ingin pulang. Sheila menscan kode batang buku itu lalu menempelkan kartu perpustakaannya. Sheila menaruh buku itu ke dalam tasnya lalu pergi. Semua temannya telah pergi. Ia menunggu Thomas, karena Thomas sudah bilang ingin menjemputnya. Tapi dia dimana? Satu jam berlalu, Sheila menghabiskan membaca buku biografi Samuel Horan. Namun ia langsung menutupnya dengan keras lalu beranjak pergi. Ia tidak mau menunggu lagi. Ia berjalan di trotoar dan mencari halte bus. Hal yang tidak pernah ia inginkan. Sheila memelankan jalannya saat melihat gadis dengan dress setinggi lutut berdiri di halte. Sheila berdiri di samping Mona, meski berjarak lebih dari 20 cm.

"Dunia sangat sempit,"ujar Sheila tetap melihat kedepan.

"Benar, kan? Dan lucunya seorang Ratu Amerika menjadi rakyat jelata di Inggris."

"Apa kau bilang?"tanya Sheila menatap gadis berkaca mata itu. Mona tersenyum lalu menatap Sheila.

"Kenapa kau disini? Karena Thomas menelantarimu? Kau sangat kasihan,"ucap Mona.

"What?"

"Thomas menemani Bella berbelanja, jika kau ingin tahu."

Sheila sangat geram. Namun Mona yang pertama kali mendorongnya.

"Bukankah sudah kubilang, gadis sepertimu seharusnya mati saja,"kata Mona.

"Kau ingin tahu? Bahkan setelah kau pergi dari Lambency, kau tetap memerintahkan dayang-dayangmu untuk menyiksaku!"

"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan,"jawab Sheila. Mona memojokkan Sheila sampai menyentuh tiang. Banyak yang memperhatikan mereka namun tak berani untuk melerai. Mona langsung menjambak rambut Sheila membuat Sheila menjerit. Jika biasanya Sheila membalas jambakan gadis itu, Sheila hanya mencoba melepaskan tangan Mona dari rambutnya.

"Kau ingin bersikap baik, ratu? Kau ingin tahu? Seorang jalang tidak akan berubah!"

"Thomas sudah jatuh. Kau ingin tahu? Keluarga Melling yang membantu Thomas untuk naik kejayaan lagi. Kalian keluarga Sangster, hanyalah sampah bagiku. Aku tahu kau menurun dari mana. Ibumu juga seorang jalang murahan!"

Cukup sudah kesabaran Sheila habis. Sheila akan melupakan sikap yang ia rubah menjadi lebih baik. Sheila melepaskan tangan Mona dengan mendorongnya. Namun ia tak sadar mendorongnya cukup keras hingga Mona turun dari trotoar dan sebuah truck langsung menabraknya.

Sheila menjerit melihat apa yang terjadi barusan. Kedua tangannya bergetar. Darah mengalir dimana-mana, suatu keajaiban jika tubuh Mona tidak hancur.

Sheila terdiam disana, tangannya yang bergetar menutup mulutnya tak percaya. Telinganya tidak dapat mendengar apa-apa selain isakannya sendiri. Ia melihat banyak orang yang menghampiri Mona. Namun ia tak bisa bergerak. Semua terjadi begitu saja.

HBIC : QueenbeeWhere stories live. Discover now