Prolog

51.1K 2.3K 24
                                    

"Kita harus bicara Riani" suara berat itu terdengar keras namun ada nada kegetiran di dalamnya.

"Tidak ada yang harus kita bicarakan mas" balas Riani yang meneruskan pekerjaannya yang sedang melipat pakaian suaminya itu. Tapi air matanya mengalir deras. Isakannya pun lolos terdengar dari bibirnya yang indah.

"Aku tahu. Aku adalah pria yang brengsek. Tapi kau tahu sendiri, pernikahan kita ini tanpa cinta."

"Aku mencintaimu. Laras juga sangat mencintaimu. Itu cukup bagiku" ucap Riani di sela isakannya.

"Perpisahan inilah yang terbaik."

"Enggak. Kita tidak akan pernah berpisah. Kau tidak akan pernah meninggalkan kami" teriak Riani histeris.

"Mama" lirih seorang gadis di balik pintu yang ikut menangis melihat mamanya.

"Kita tetap akan berpisah. Maafkan aku."

"Berhenti Bimo. Kau mau kemana? Jangan tinggalkan kami" teriak riani yang berlari memeluk tubuh suaminya dari belakang. Suami yang sudah tak di kenalinya lagi.

"Lepaskan aku Riani. Kau berhak bahagia" teriak Bimo membentak Riani.

"Enggak. Kebahagiaan kami adalah kamu."

"Selamat tinggal."

Bimo mendorong tubuh Riani hingga terjatuh. Dan setengah berlari meninggalkan rumah itu.

"Papaaaa'' teriak Laras memanggil Bimo Papanya.

"Jangan tinggalkan kami Pa" teriaknya keras sambil terus menangis melihat mobil Papanya yang semakin menjauh dari rumah besar itu.

"Papa" isaknya sambil terduduk di lantai rumahnya yang dingin.

Hatinya semakin terasa pilu mendengar teriakan histeris Mamanya yang membanting seluruh barang yang ada di kamarnya.

THE EMPTY SOUL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang