Aku terdiam dalam sebuah sendu,
Mengingat sebuah kisah yang telah berlalu,
Membuat diriku terasa lemah tidak berdaya,
Hingga ingin rasanya aku menutup kedua mata.
Begitupun juga dengan jiwaku yang kini terasa mati mengeras
Hingga menjadi seperti bebatuan keras di tanah penuh dengan kekeringan
Sebab aku merasa tidak ada lagi yang menjadi penuntun diriku
Agar tidak tersesat dalam gelapnya kehidupan.
Berbagai cobaan dan rintangan terus menghimpit diriku.
Membuat diriku terasa sesak dan penuh hampa,
Sulit untuk bernafas dengan lega.
Haruskah aku menyerah,
Seperti seorang pengecut yang mati.
Tanpa semangat dan harapan tanpa tiada arah,
Menjalani sisa kehidupan yang tidak pasti.
Haruskah aku berputus asa
Seperti saat Yudas Iskariot yang mati sia-sia,
Tergantung dalam rasa salah dalam dirinya
bersama dengan dosa penghianatannya.
Haruskah aku menyia-nyiakan pengorbananmu
Saat Engkau tersalib demi diriku yang hina ini.
Membebaskanku dari dosa neraka abadi,
Sangat mencekam dan penuh dengan siksa.
Wahai anak Domba dari surga.
Siramilah aku dengan sentuhan kasih-Mu,
Begitu hangat dan lembut
untuk membuka pintu hatiku yang telah tertutup oleh kabut.
Sinarilah kedua mataku yang telah tertutup oleh kegelapan
Seperti tiada satupun secercah harapan,
Dengan sinar cahaya-Mu,
Untuk memberikanku sebuah harapan baru.
Serta petunjuk sebuah arah jalan kehidupan,
Agar aku bisa kembali lagi berhasrat
Bangkit dalam gengggaman kedua tanganmu
Dalam melanjutkan sisa petualangan hidupku.
Bekasi, 06 Agustus 2014
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT TERBAIK DALAM HIDUPKU
PoetryHigh Rank #1 of 30 stories IN CHRISTIAN (28-08-2018) #8 In IN CHRISTIAN (15-05-2018) #581 IN POETRY (30-08-2017) Ini merupakan antologi puisi rohani yang menceritakan akan apa artinya seorang sahabat dalam mengarungi sebuah kehidupan.