Hari penting!! Cewek gak penting!!

10 3 0
                                    

Pagi itu sangat penting untuk Aditya, dia akan menyelesaikan studi Sarjana Teknik Informatika di salah satu kampus swasta di kota tempat ia dibesarkan. Dia sudah menyiapkan segala yang berhubungan dengan tulisannya, dan ia yakin akan sesuai dengan harapannya. Selesai sarapan ia pun berpamitan dengan kedua orangtua dan Alesia, adik kesayangannya.
"Ma, Pa, Adit berangkat dulu ya. Mohon doa nya agar Adit di mudahkan dalam sidang ini" tak lupa  Adit mencium tangan kedua orang tuanya.
"Iya sayang, semoga anak Mama dan Papa bisa menyelesaikannya dengan lancar dan baik" sambil mengelus rambut anaknya Mama memberikan kecupan di kepalanya.
"Ingat saja inikan hasil karyamu, Dit. Kamu pasti bisa mempertanggungjawabkannya" Papa ikut memberikan pesannya.
"Siap Pa. Ale, jangan nakal ya di Sekolah. Kakak duluan, doain kakak juga"
"Iya kak, pokoknya Ale akan kasih kakak semangat yang besar tapi... dari jauh yaa" di berikannya ciuman di pipi kanan kakaknya sambil tersenyum malu-malu.

Langsung saja Adit menuju garasi dan mengemudi Brio putih nya menuju kampus. Ia pun melihat satu tempat kosong dan hendak memarkirkan mobilnya di sana. Belum sempat ia belokkan mobilnya tiba-tiba saja ada mobil lain yang mendahuluinya.
"Sial! Main nyerobot seenaknya aja nih orang!! Dia harus diberi pelajaran" Makinya dengan pelan.
Dengan kesal ia turun dan mengetok kaca depan mobil itu. Dan keluarlah cewek dengan tampang jutek menghadangnya.
"Eh, tidak lihat apa saya duluan mau parkir di sini. Kenapa tiba-tiba nyerobot gitu aja??" Selanya kesal.
"Saya nggak lihat tuh di sana ada notif ataupun papan pengumuman bahwa tempat itu ada pemiliknya, dan saya buru-buru sekali, kamu cari tempat yang lain aja!" Balasnya tak kalah sengit.
"Nggak bisa gitu dong mbak. Saya juga buru-buru, dan saya duluan yang melihat tempat itu"
"Itukan menurut kamu. Saya juga melihat tempat itu makanya saya duluan yang parkir disana. Aduh, kenapa jadi ribet gini sih mas. Itu tuh di ujung sana masih kosong. Saya duluan ya" cewek itupun bergegas meninggalkan tempat parkir.
"Huh, seenaknya aja ngomong gitu. Untung aja cantik, kalo nggak mana mau saya ngalah" dengan berat hati diapun berpindah ke tempat yang di tunjuk cewek tadi. Dengan mengelus dada, Adit pun menenangkan dirinya sambil membayangkan bagaimana nasib ujiannya jika ia terus-terusan mengeluh pagi-pagi.

Adit lalu menuju gedung tempat perkuliahan dimana sidangnya berada. Disana telah hadir Siska, Gunawan, Bagas dan Tian, yang satu sidang dengannya. Bagas dan Tian adalah teman dekatnya karna sudah sekelas sejak semester 1, mereka sangat baik dan saling bersaing dalam perkuliahan. Ya, mereka bertiga memang tergolong mahasiswa pintar juga tampan. Tapi mereka tidak mau menjadi tontonan publik, apalagi menyombongkan kepintarannya. Mereka hanya kekampus untuk belajar dan berdiskusi. Tapi jangan salah, mereka sangat ahli dalam basket, salah satu hobinya yang masih sering dilakukan jika sedang bosan dalam perdebatannya.

Dan pagi itu adalah sidang akhir untuk ketiga mahasiswa itu, dengan rekor masa perkuliahan 3 tahun 3 bulan. Mereka ingin cepat-cepat mengakhiri masa perkuliahan dan akan melanjutkan ke dunia pekerjaan. Walaupun satu bidang, tapi mereka memutuskan untuk bekerja di perusahaan yang berbeda. Adit yang diincar perusahaan ternama Alfred's Coorporation karna pernah magang di sana, Bagas yang ingin bekerja di perusahaan yang masih terbilang baru tapi sudah mampu bersaing dengan perusahaan multimedia maju lainnya, begitupun Tian yang juga telah bekerja di perusahaan tempat ia magang sebelumnya. Mereka bertiga tentu saja menjadi rebutan di luar sana, tapi mereka tetap pada pilihan masing-masing.

"Hey Gas, Yan, udah siap tempur untuk pagi ini??" Adit menyapa temannya dan menuju tempat duduknya.
"Udah dong, aku udah persiapin semuanya dan siap untuk di tanya apapun" sahut Tian percaya diri.
Bagas pun tak kalah semangat berujar "Tenang aja Dit, nggak ada yang perlu di khawatirkan. Kita pasti keluar dari sini dengan menyandang gelar baru"

Setelah saling menyapa peserta ujian lainnya, masuklah dosen-dosen yang akan mengeksekusi mereka ke dalam ruangan. Di ruangan itu berjejer tiga meja untuk penguji dan satu meja terpisah untuk notulen. Di depannya terdapat sebuah meja yang menghadap ke meja penguji tempat mahasiswa yang akan di eksekusi, dan dibelakangnya tempat kami berlima duduk sebelum di panggil ke meja eksekusi. Sedangkan di belakang kami terdapat beberapa kursi untuk mahasiswa yang ikut menyaksikan berlangsungnya ujian. Aditya terpaku melihat salah satu dari mereka yang tadi berdebat dengannya di parkiran, mengisi meja notulen. Kenapa dia ada disini?? Jangan-jangan dia salah satu dosen yang akan mengeksekusinya. Gawat ini. Semoga dia tidak membawa-bawa hal pribadi kedalam persidangan ini.

Friend?? Your wish!!Where stories live. Discover now