Teman Berantem

7 2 0
                                    

Ketika sampai dirumah, Monica sungguh merasa kelelahan. Sehabis mandi, tak lupa ia tunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, sholat Isya dan dilanjutkan tilawah sebanyak 2 lembar. Walau sesibuk apapun, ia tidak akan pernah meninggalkan kewajibannya itu, karna ia tahu hidup di dunia hanya sementara, sedangkan di akhirat adalah selamanya.
Sebelum tidur ia menyempatkan menyaksikan indahnya ciptaan Allah, menatap langit malam yang seakan mengajaknya untuk bercengkrama bersama, mereka sungguh menawan, tiba-tiba saja Monica teringat pertemuannya dengan mahasiswa kakaknya yang sangat menyebalkan itu. Sudah jelas sekali dia orang yang sangat tidak ramah, bahkan dipertemuan pertama saja mereka sudah sering bertentangan. Aditya, ia ingat nama lelaki itu. Kalau saja ia tidak mengesalkan, tentu saja Monica senang berdekatan dengannya, siapapun yang melihatnya tentu tahu ia orang yang sangat enak dipandang,  selain tampan ia memiliki mata coklat yang indah, alis tebal, hidung yang sedikit mancung, serta kulit sawo matang namun sangat bersih dari jerawat. Satu lagi postur tubuhnya sangat proporsional, tubuh bidang serta tinggi semampai. Kalau dibandingkan, aku hanya sebahu darinya.
Kenapa aku terus ingat lelaki itu, aku harus segera tidur, tubuhku tiba-tiba terasa sangat lelah, dan dengan cepat beristirahat dengan sendirinya.
~

Sebelum shubuh aku terbangun, kulirik jam dinakas, waktu menunjukkan pukul 4, aku langsung mandi dan melaksanakan sholat malam, setelah itu aku langsung menuju mesjid. Tak lupa sesudah adzan ku laksanakan sholat sunah 2 rakaat, sholat yang lebih baik dari dunia dan seluruh isinya, kebayang kan dunia yang sangat luas dan isinya tak terhingga banyaknya, kita akan mendapatkan kebaikan itu selama mengerjakan sholat sunah sebelum shubuh. Sebelum pulang kusempatkan tilawah di dalam mesjid, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 6, aku harus siap-siap ke kantor.
Sesampai dirumah kulihat mama sudah selesai menyiapkan sarapan,
"Assalamualaikum mama", kupeluk, kucium mama lalu duduk dikursi yang tersedia. " Papa kapan pulang, Ma?" Dengan senyum mama membalas, "Besok Papa udah selesai bisnis di Jakarta, katanya langsung pulang kesini Dit".
"Udah bilang ke Papa belum bawain oleh-oleh Alesia, Ma?" Sahut adik tersayangku setelah rapi dengan seragam putih abu nya.
"Udah sayang, buat kamu mah gak pernah lupa. Nyampe Jakarta papa langsung cari oleh-oleh buat kamu, katanya takut lupa, ntar kamunya ngambek lagi"
"Kamu ya dek, bukannya do'ain papa disana malah mintain oleh-oleh", dengan judes ia membalas
"Ale kan do'ain papa terus tiap sholat, Kak"
"Udah, kamu nanti anterin Ale ke sekolah ya Dit, kan searah kantormu" "Oke Ma, Adit siap-siap bentar ya"
Dengan cepat ku ganti baju koko dengan seragam kantor dan langsung menuju garasi, tak lama Ale pun mengekor di belakang.
"Dipake seatbelt nya dek, biar kita aman dalam perjalanan"
Ale pun mengikuti arahanku, lalu dihidupkannya musik untuk menemani perjalanan. Dengan cepat kuganti dengan murotal. "Tidak baik mendengarkan musik dek, gantilah musikmu dengan lantunan ayat-ayat Qur'an.
"Tidak ada seorang pengendara yang dalam perjalanannya karena Allah dan disertai dengan dzikir, maka yang menjadi penumpangnya adalah malaikat. Sedangkan pengendara yang dalam perjalanannya disertai dengan musik dan nyanyian, maka yang menjadi penumpangnya adalah setan" (HR. Thabrani dalam Majmu Al-Kabir, no 895)
"Jadi Ale tidak boleh nyanyi ya kak? Ale kan suka dengarin musik, hapalin lagu, dan kadang suka nyanyi di kamar"
"Sebaiknya kebiasaan itu kamu ganti dek, akan lebih indah yang kamu hapal itu al-Qur'an. Coba kakak tanya, kamu kalau sholat bacaannya surah apa? Apa masih tri Qul dan surah pendek lainnya?" Dengan wajah sendu akhirnya ia menjawab, "Iya kak, Ale jadi malu sama Allah. Masa lagu-lagu banyak yang kuhapal tapi juz 30 saja hanya beberapa surah yang kuhapal"
"Ale janji, mulai sekarang akan mengubah hapalan, Ale gak mau ditemani setan kemana-mana Kak, Ale maunya ditemani malaikat sampai nantinya bertemu dengan Rasulullah, Ale masih ingat penjelasan pak guru di sekolah, jika kita ingin bertemu dengannya kita harus memperbanyak shalawat untuknya." Tak lama mereka telah sampai di sekolah, "oh iya Kak, makasih banyak udah anterin Ale terus udah berikan nasihat yang berharga untuk Ale, Ale sayang Kak Adit" sebelum turun tak lupa diciumnya pipiku dan kemudian kubalas lalu berkata "Sama-sama Dek, hati-hati di sekolah ya, yang rajin belajarnya"
Tak lama ku belokkan mobilku menuju kantor, 10 menit kemudian akupun tiba di parkiran, lalu melihat satu tempat kosong, baru aja akan menginjak pedal gas, tiba-tiba tempat itu sudah terisi mobil lain dari arah berlainan. "Perasaan ku tidak enak, sepertinya aku kenal dengan mobil ini"
Dengan nada jutek, kulirik dengan sebelah alis dinaikkan "Aduh, sepertinya kita tidak dipertemukan untuk menjadi teman baik nih"
"Maaf ya, saya tidak ada waktu untuk berdebat dengan anda, silahkan cari tempat lain, karna mobil saya udah parkir duluan disini " jelas Monica tidak mau kalah. Kenapa kita harus berada di posisi seperti ini lagi sih, batinnya. Dengan cepat kutinggalkan area parkir, dan berjalan menuju lobi kantor.

Belum sempat Adit menjawab, perempuan itu sudah kabur dari TKP.
"Oke, mungkin pagimu belum beruntung Dit, tapi masalah kerjaanmu pasti akan lebih baik dari ini."
Dengan segera ku cari area parkir yang masih tersisa, dan menyusul perempuan itu. "Kali ini kubiarkan kau senang, tapi lihat saja nanti, kau tidak akan kuberi kesempatan mengutarakan ide-ide dikepalamu"
Benar saja, ketika rapat sudah di mulai, ku keluarkan semua ide-ide yang telah kususun matang sejak kuliah, dan kulihat mereka semua terpukau dan memberikan tepuk tangan kepadaku, tentu saja kulihat wajah Monica sudah panas dan tidak berniat ingin membantah,  bahkan CEO saja menanyakan kepadanya apakah ada masukan lain darinya, dan tentu saja dijawabnya dengan senyuman terpaksa dan berkata setuju dengan ide yang kuberikan. "Baiklah pak Adit saya tunggu hasil dari perbincangan ini, semoga berhasil" lalu CEO pun menutup rapat ini sambil berjabat tangan denganku.
Setelah bubar,  ku berjalan disisinya sambil berkata "1-1 kita impas" kemudian berlalu menuju ruanganku. Masih kudengar helaan kesal dari belakang, namun terdengar sangat lucu di telingaku. Sepertinya akan sedikit menarik disini, batinku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Friend?? Your wish!!Where stories live. Discover now