"Gar," Gina melirik Gara yang tengah tidur dengan pulas di pangkuannya, tapi Gina tahu laki-laki itu tidak benar benar tidur.
"Hmmm," Gara bergumam, dan yang bisa Gina lakukan adalah tersenyum dan melanjutkan aktifitasnya mengelus kepala Gara.
Ini aneh, Gara sering bilang, "kamu itu sahabat terbaik aku Gin." Tapi, kenapa kegiatan mereka tidak mencerminkan persahabatan sama sekali, bahkan, Gara dan Gina berciuman, layaknya kekasih. Namun, menurut Gara, hubungan mereka tidak lebih dari dua manusia kesepian yang memutuskan saling bertemu kala bosan. Kadang lagi, Gara bilang jika ia dan Gina sebatas bersahabat. Gina tahu, namun bukan mendengar dari mulut Gara sendiri, melainkan teman teman laki-laki itu yang sering mempertanyakan hubungan diantara mereka, dan perihal Gara yang tak pernah mengakui Gina sebagai kekasih.
Tapi, begini saja sudah cukup bukan? Apa itu status? Pentingkah? Lagipula, walaupun mereka berpacaran, hubungan mereka akan tetap seperti ini, tidak ada bedanya saat mereka berteman.
Namun kadang kala Gina muak.
Saat perempuan lain mendekati Gara dengan seenak hati.
***
"Gara," Gina menoleh kesamping kanan tempat Gara menyetir, laki-laki itu ikut menoleh sambil tersenyum.
"Kenapa Gin?"
"Aku," Gina menggaruk hidungnya gelisah, Gara yang melihatnya menaikkan alis heran.
"Kamu kenapa?"
"Eng-- Gar, kamu tau kan,"
"Tau apa?"
"Tau kalau aku sayang sama kamu," akhirnya kata kata itu terucap juga dari bibir kelu Gina, diam diam ia melirik Gara yang telah mengalihkan pandangannya kembali kedepan, seolah enggan menatap Gina.
"Kamu udah ngerjain tugas pak Arya kan Gin?"
Begitulah Gara.
***
Gara keluar dari mobil dengan pandangan kosong, Gina sudah pergi ke kelas terlebih dahulu, meninggalkannya tanpa sepatah katapun, dia terlihat marah, dan Gara, merasa kesal dengan dirinya sendiri.
"Woy Gar," Gara menoleh kearah parkir timur dan mendapati Teo melambaikan tangannya dari sana.
"Kekelas bareng!" Gara berhenti berjalan untuk menunggu Teo yang tengah berlari kearahnya.
"Kayak cewek aja lo kemana mana bareng," ketus Gara yang membuat Teo menghembuskan napas panjang.
"Cuman orang gila yang kemana mana sendiri, ke mall aja sendiri,"
"Maksud lo gue? Gila?" Gara merasa tersinggung, karena memang kadang, jika Gina tidak ada di rumah, Gara akan pergi ke bioskop sendirian, lalu setelah dari bioskop ia akan makan, dan membelikan Gina jepit rambut beberapa buah.
"Gue gak bilang itu elo Gar," Teo menepuk bahu Gara.
"Tapi sesekali lo harus mau dong kalo kita ajakin jalan, jangan kemana mana sama Gina mulu, lo bilang dia bukan pacar lo, tapi lo berdua udah kayak di lem kucing aja, nempel mulu."
"Banyak bacot."
***
"Gin, lo jadikan nonton mubank?" Tiara bertanya kearah Gina yang tengah fokus dengan rubik ditangannya.
"Jadi, udah dapet tiketnya," jawabnya tanpa menoleh.
"Gue iri sama lo Gin, bahkan gue yang udah nangkring berjam jam didepan laptop aja gak kebagian itu tiket." Gina terkekeh pelan melihat nada rajukan Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Girlfriend
RandomDia hanya pura pura tidak tahu, tidak tahu jika aku mencintainya, tidak tahu jika aku menyayanginya. Ia... menutupinya dibalik topeng persahabatan.