A N D R A

262 2 0
                                    

Mengagumi kamu tidak pernah ada dalam rencanaku. Tapi diwaktu yang tidak tepat itu, perasaan aneh yang tidak aku ketahui pun hadir. Tidak ada  alasan bagiku untuk mengagumimu atau perasaan itu ku anggap palsu.

***

'Kenapa aku bisa menyukainya? Dia adalah sahabatku. Dan aku? Aku nggak boleh menyukainya, apalagi kalau aku mencintainya? Ah tidak-tidak, tidak mungkin. Aaarrrggghhh...' geramku

***

"Andra? Gue mau ngomong sama lo, dan ini masalah gue sama lo," kataku.

Andra menyipitkan matanya. Tatapan yang terbaca kalau Andra sedang bingung.

"Ngomong apaan? Masalah gue sama lo? Persaan gue nggak ada masalah sama lo," sahutnya.

"Ini masalah persaan Andraaa! Ish," kataku dengan geram dan merapatkan gigi-gigiku dan merendahkan volume suaraku.

Jujur, sebenarnya aku masih ragu dan tidak ingin memberitahu Andra tentang perasaanku kepadanya. Aku takut. Takut kalau Andra mungkin akan membenciku.

Saat ini aku sedang bersama teman-temanku. Kami sedang mengajar adik-adik kelas ekstrakurikuler.

"Apaan sih? Perasaan apaan? Wah... Jangan-jangan lo-" kata Andra menggantung kalimat diakhir pembicaraannya.

"Ish... Udah lah banyak omong lo! Sini ikut gue, kita kekelas itu aja, yok," ajakku menuntun Andra sambil menunjuk kelas yang akan aku dan Andra tempati untuk mengatakan semua perasaanku tentang Andra.

Aku menuntunnya tidak memegangi tangannya karena itu tidak mungkin aku lakukan.

Akhirnya aku sampai didepan kelas tersebut dan aku bingung harus memulai semua pembicaraan dari mana(?)

Apa aku harus langsung mengatakan kalau aku menyukainya? Tapi itu tidak mungkin. 

"Hm... Ndra? Lo temen gue satu-satunya yang cowok, karena selama ini temen gue cewek semua," aku memulai pembicaraan dengan sedikit gugup.

"Iya, gue tau itu. Terus?" tanya Andra dengan tatapan sedikit terlihat antara curiga dan bingung.

"I-Iya, iya gue cuma mau ngomong kalo gue-" aku berkata sedikit gugup dan menarik nafas berat lalu menggantung kalimat akhir pembicaraanku.

"Gue? Gue apaan, Ta?" tanya Andra tetapi aku tidak menghiraukannya dan berpura-pura melamun.

"Ta? Arleta Lanata!!!" teriaknya tepat ditelingaku. Tentu saja itu membuatku terlonjak kaget dan langsung menatap tajam Andra.

"Apaan sih, Ndra? Lo gila yah? Lo mau bikin gue budek?!" kesalku.

"Yah lo, gue tanya malah bengong. Kesurupan aja baru rasa lo."

"Iya maaf, eh, tadi gue ngomong sampe mana, tuh?" tanyaku seraya menggaruk tengkukku yang tidak gatal sedikit pun.

"Lo tadi ngomong gini 'I-Iya, iya gue cuma mau ngomong kalo gue-' gitu," kata Andra meniru suaraku. Andra memang sangat terampil dalam menirukan suara orang dan dia lebih sering menirukan suara guru kami.

"Ahahahaha... Lo lucu Ndra, emang iya? Gue, apa yah? Gue lupa tuh. Oiya, gue mau ngomong kalo gue mau lo jangan pernah lupa sama gue. Lo disini sampe lulus SMP doang dan SMA-nya kan pindah, jadi ya gue cuma mau ngomong itu aja, udah. Hehehe...," dustaku sambil menyeringai kuda menampilkan gigiku yang rata.

"Tapi kok gue nggak yakin yah? Lo berusaha bohong dari gue dan lo keliatan menutupi sesuatu dari gue, Arleta."

"Damn!" dengusku kesal. Bagaimana Andra bisa tahu kalau aku sedang membohonginya(?) Apa Andra peka dengan perasaanku? atau mungkin dia sudah tau? Tapi, bagaimana mungkin Andra bisa tahu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everlasting.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang