-Feel Real-

133 7 2
                                    

"Gue tadi liat Gatari."

Kontan semua mata yang berada di sofa panjang berwarna merah itu menoleh ke sumber suara. Kerasnya musik yang dimainkan oleh seorang DJ serta suara bising orang-orang yang berada di tempat ini, tidak mampu menulikan ketiga lelaki itu. Pandangan mereka tertuju pada Rafi yang masih berdiri sambil terengah-engah menatap secara bergantian ketiga sohibnya.

"Dimana?" Gilang yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi shocknya itu langsung berdiri sambil mencengkram kedua bahu Rafi. "Jawab, bego! Dia dimana?!"

"Lang, udah, Lang." Evan bangkit. "Tenang, bro. Kontrol emosi lo."

"Ya Allah, Mas Gilang. Kaget akunya," ucap Rafi sambil mengelus dadanya.

Eki yang masih duduk di sofa, lantas ikutan bangkit. "Serius, Fi. Lu beneran liat Gatari?"

Rafi mengubah air mukanya menjadi serius. "Sumpah. Pas gue mau masuk, gue liat Gatari keluar dari kafe depan. Makanya gue langsung lari nyari lu pada."

"Anjing," umpat Gilang.

Dan detik berikutnya, Gilang lari keluar meninggalkan ketiga temannya yang masih terbengong-bengong mendapat kabar mengejutkan dari Rafi. Bagaimana tidak, hubungan Gilang dan Gatari berada dalam fase buruk. Seminggu yang lalu, Gatari memilih mengakhiri hubungan mereka secara sepihak dan tanpa alasan yang jelas, lalu menghilang begitu saja. Adel dan Fea, sama-sama membisukan mulut mereka mengenai keberadaan Gatari. Dan sekarang, tiba-tiba Rafi memberikan kabar yang tak terduga mengenai keberadaan cewek itu.

"Heh, lo yakin yang lo liat itu Gatari? Mata lo gak lagi siwer kan?" semprot Eki.

"Lu ngeraguin keadaan mata gue? Sumpah ya, gue apal kali bentuknya Gatari kek gimana," bela Rafi tak mau kalah.

"Ye kali aja, kan mata lu rada ga beres, Fi," balas Eki.

"Masalahnya topik ini tuh sensitif. Dan kalo lo sampe salah liat, abis lu sama Gilang," tambah Evan yang diangguki oleh Eki.

Rafi mendengus pelan, lalu mengacak-acak rambutnya asal. Ketiganya sama-sama diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka cuma berdoa agar Gilang segera bertemu Gatari dan hubungan mereka membaik, agar tidak terlalu menyusahkan ketiga temannya itu.

***

Deru langkah terdengar sangat keras. Gilang keluar dari kalab malam dengan nafas yang memburu, diikuti keringat dingin yang membanjiri tubuhnya. Ia menelusuri pandangannya ke kafe depan yang ternyata sudah tutup. Ia melirik ke arah jam tangan yang menempel di tangan kirinya, pukul setengah dua pagi.

"Arghh, bangsat!" Gilang mengacak-acak rambutnya frustasi, mondar-mandir sambil berkacak pinggang di pinggiran jalan yang sepi.

"Rafi, tai! Mana mungkin Gatari keluyuran jam segini!" omel Gilang.

Gilang menolehkan wajahnya ke arah kanan. Sepi sekali. Lampu remang-remang menghiasi jalanan itu sehingga tidak terlalu gelap. Gilang mengusap lehernya, entah mengapa udara kali ini terasa lebih dingin.

Gilang menajamkan matanya kala melihat dua siluet manusia yang berdiri sambil berbincang-bincang di jalanan gelap itu. Dari bahasa tubuh mereka terlihat tidak bersahabat. Si perempuan yang terlihat ingin kabur, dan si laki-laki yang terlihat memaksa.

Dengan penasaran, Gilang berjalan mendekati dua insan itu. Bukannya mau ikut campur atau apa, tapi entah mengapa ada rasa aneh yang mengharuskan ia mendekati mereka.

Langkah demi langkah Gilang lewati. Suasana di sana semakin gaduh. Si perempuan yang posisinya membelakangi Gilang, membuat ia kesulitan melihat wajahnya. Suara tangisan serta teriakan yang memekik telinga Gilang, membuat laki-laki itu diam di tempat. Gilang mematung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FEEL REAL [OneShot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang