Hurt

3 1 0
                                    

Sakit?
Tentu saja

Berdarah?
Tidak sedikitpun

Apa memar?
Kurasa..

.
.
.

Hidup dilingkungan keluarga tidak harmonis pasti tak nyaman bukan?
Setiap hari kau harus mendengarkan suara-suara keras,bentakan,umpatan, sumpah serapah,bahkan pukul- memukul dan menggunakan benda-benda tumpul ataupun tajam.
Apa yang bisa kau lakukan selain melihat,menyaksikan,dan diam saja?
Ingin ikut campur membantu menyelesaikan? Apa bisa? Apa boleh? Bayangkan dirimu yang hanya seorang anak remaja. Mampu kah kau melerai mereka? Tidak bukan? Anak tetap lah anak, urusan orang tua anak tak diperbolehkan untuk ikut campur kan? Seandainya anak diperbolehkan untuk ikut campur,mungkin sudah dari dulu dilakukan.

Bayangkan,
Hampir setiap hari ayahmu mabuk,bahkan di pagi hari maupun siang hari,disaat ayah-ayah lain sedang sibuk bekerja untuk keluarga,sedangkan ayahmu hanya mabuk dan merokok di warung. Apa yang bisa kau lakukan? Mencegahnya bukan? Apa berhasil? Tentu tidak.

Membiarkannya begitu saja? Apa ada anak yang tega melihat ayahnya hanya meneguk air biadab itu,serta menghisap benda tembakau bau itu? Kurasa tak ada.
Sekalipun ada,kau pasti tetap jengkel karena ayahmu sendiri memberikan contoh yang tidak baik untuk anak-anaknya bukan?

Mabuk dengan alasan tak tahan dililit hutang dan pertengkaran.Apa itu bagus? Patut dicontoh?
Hanya orang bodoh yang seperti itu

Dirumah,kau melihat ibumu menangis sambil mengeluarkan unek-uneknya,apa kau tega? Apa kau merasa menjadi beban untuk ibumu? Karena kau hadir di dunia,ibu mana yang tega meninggalkan anak nya bersama seorang pemabuk?

Kau ingin hidup bahagia bersama keluargamu,namun itu masih berupa bunga tidur,apa bunga tidur bisa menjadi realita?

Disaat bersama teman-temanmu disekolah maupun di muka umum,kau hanyalah anak dengan julukan 'Happy Virus',yangmana kau sebagai penghangat dan pencerah suasana,menceritakan kenangan-kenangan manismu maupun kenangan-kenangan idiotmu di hadapan mereka,seolah-olah kau adalah orang terbahagia diantara mereka.

Teman-temanmu tertawa melihat tingkah dan ucapan kekanakanmu,tanpa tahu isi hatimu yang sebenarnya.

Disaat tiba waktunya kau pulang kerumah,timbul rasa kau ingin bermain disuatu tempat yang jauh dari kata ramai.
Dan di belakang rumah kosong tak terpakailah yang menjadi tempatmu bersinggah.

Disaat sendirian,kau meratapi nasib takdir dirimu,matamu menatap langit yang diterangi oleh matahari.
Kau berfikir bahwa langit itu adalah dirimu,yangmana saat tiba waktunya malam kau kehilangan sang mentari,saat malam kau di temani bulan dan bintang,sama seperti saat kau berada di tempat yang kau sebut rumah,kau akan ditemani oleh ayah dan ibumu.Beserta rasa sakit dihatimu berupa meteor yang menembus langit.

Kau bercerita disana sendirian,tanpa ditemani seorangpun.Mengungkap isi hatimu yang sebenarnya tanpa ada yang menjadi pendengarmu,kau berfikir percuma bila bercerita pada orang lain yang hanya akan menghela napas lalu berkata 'Bersabarlah'..kau lelah akan cerita yang ucapkan kepada orang lain,kau lelah akan dirimu sendiri yang selalu menyembunyikan rasa sakitmu,dan kau lelah dengan dirimu yang munafik.

Dirumah,kau kembali melihat,mendengarkan,merasakan rasa sakitmu yang lagi-lagi secara tak langsung diberikan oleh kedua orangtuamu.
Kau muak,muak akan rasa sakit yang terus-terusan menggerogoti dirimu,hati mu tepatnya..

Kau menangis disana tanpa suara,memilih masuk ke kamarmu,lalu-

Mengambil sebuah cutter yang berada di tas sekolahmu

Kemudian,menempelkan pisau cutter itu di nadi tanganmu,pikiranmu kosong,tanpa tau bahwa hal yang kau lakukan bukanlah hal yang benar.

Dikamar,kau terbaring sendirian disana,dengan cutter menancap di pergelangan tangan kirimu.

Sebuah senyum penuh rasa sakit,penyesalan,dan lega terukir di bibirmu.

Hingga hal akhirnya yang kau dengar adalah suara kedua orang tuamu yang berteriak histeris,lalu semuanya nya terasa ringan,serta kau mulai masuk kedalam dunia penuh kegelapan dirimu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

END

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang