Huft!
Lagi-lagi aku harus memakai topeng ini. Topeng dimana hanya ada raut wajah datar diwajahku. Tanpa senyum yang terukir dibibir.
Ini salah satu cara, agar mereka semua tidak mau mendekatiku dan ini adalah perlindunganku. Tetapi, sepertinya aku salah. Hal ini malah menambah semua mata tertuju padaku. Ditambah dengan gayaku yang seperti ini.
Aku benci melihat pandangan mereka,yang seolah-olah berkata 'lu cewek?'. Jujur, aku sangat ingin menghampiri mereka dan mengambil kedua matanya itu. Iya, itu memang terlalu menyeramkan. Tenang saja itu tidak akan terjadi. Karena, aku sendiri bahkan takut dengan film horror.
Memang ada hubungannya ya?
Tapi menurutku itu hal yang berhubungan.Lorong kelas ini seperti sebuah jalan seram yang disisinya banyak sekali setan-setan. Aku hanya bisa menunduk atau membuang tatapanku ke segala arah, yang penting tidak melihat mata 'setan' itu.
"Lu kaya cowok banget sihh," ucap salah kenalanku dari kelas lain.
Aku hanya diam menatapnya. Lalu dia pergi begitu saja. Aku sangat yakin akan ada yang berbicara seperti ini. Untungnya aku sudah menyiapkan mental dan telinga dari rumah. Jadi, tidak terlalu menyakitkan.
Ini lah resiko kelas di ujung. Sangat jauh. Padahal aku sudah melewati jalan 'neraka' dilorong kelas 12 tadi. Tetapi masih ada jalan yang harus kulewati lagi.
Disetiap langkahku, ada saja orang yang memperhatikanku dan mengkritik penampilanku. Padahal, aku sudah berpakaian seperti siswi-siswi lainnya. Memakai rok abu panjang, baju putih yang dimasukkan ke dalam rok. Mungkin hanya rambutku saja yang terlihat pendek. Kalau tidak salah model rambutku itu bob pendek.
Aku sudah sangat yakin, apa yang mereka bicarakan. Puluhan perkiraan sudah ada dikepalaku. Telingaku hanya tinggal menjalankan tugasnya untuk memastikan perkiraanku tadi.
"Dia itu pengen jadi cowok bukan sih?!"
"Rambutnya juga kaya cowok banget."
"Untung aja dia masih pake rok. Coba kalo nggak, udah kaya cowok pasti."
"Udah gayanya tomboi,rambutnya pendek lagi. Itu anak pasti mau jadi cowok."
"Tau ga? Gue denger dia itu ga normal tau!"
"Gue jadi takut, kalo jadi temen dia."
Oke, sudah cukup telingaku penuh dengan kalimat-kalimat tidak penting seperti itu. Aku hanya bisa diam. Tidak bisa melawan atau menyangkal. Aku diam, bukan berarti itu semua benar. Aku hanya tidak ingin memperkeruh situasi ini.
Apa jika aku menyangkal, mereka akan percaya? Tidak. Mereka akan terus menilaiku dari apa yang dilihat.
Itu bukan aku. Semua hal yang mereka bicarakan tidak benar.
Aku ingin sekali berteriak di hadapan wajah mereka, kalau aku juga perempuan yang punya hati dan batas kesabaran.
Tetapi pada akhirnya, keinginanku selalu bertolak belakang dengan tubuhku.
Akhinya selalu sama, aku hanya akan diam dan seolah tidak mendengar apa-apa.
Bahkan pernah saat aku SMP, ada kakak kelas yang bertanya kepadaku. Menurutku itu pertanyaan terbodoh.
"Lu cowok ya?" tanya kakak kelas yang sedang berkumpul dengan genk cewek-ceweknya.
Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu, disaat aku memakai rok sekolah. Parahnya, aku hanya tersenyum dan melewatinya begitu saja. Kalau aku berani, mungkin mulutnya sudah aku lem dengan lem tikus. Itu terdengar jahat, tapi itu juga kan kalau.
Huft!
Sekarang,aku harus kembali melewati jalan seperti itu lagi. Untung saja ini kelas 11, hampir semuanya tidak menyinggung penampilanku. Walaupun masih ada satu dua siswa yang menyinggungku.
Tepat didepanku sudah ada kelas kebangganku. Mungkin itu terlalu berlebihan. Tapi kenyataannya, kelas itu selalu menjadi 'benteng' dari semua tatapan yang sangat aku benci.
Sialnya, ada seseorang yang memanggilku lagi.
"Ihhh lu kenapa potong rambut lagi? Malah jadi kaya cowok banget! Kapan feminimnya,kalo lu kaya gitu terus!! Lu sekarang udah kelas 11 SMA. Tobat!" ujarnya. Dia itu teman dari SMP-ku, memang dia yang selalu mengomentari penampilanku. Tetapi, kita sekarang beda kelas.
Aku hanya diam, tidak berniat membela diri. Karena percuma. Mau aku berkata apapun, kalau dipikirannya hanya ada prasangka negatif, akan selalu jadi negatif.
Lalu dia pun pergi bersama temannya yang lain. Ini akan jadi hari yang berat sepertinya.
Akhirnya sampai didepan kelas juga, dan aku akan membuang topeng yang sedari tadi terpasang di wajahku.
Saat aku ingin melangkah masuk, sebuah teriakan memberhentikanku. Rasanya teriakan itu lebih dari satu orang.
"Diinnnnn!!"
Aku pun menoleh. Entah mengapa senyumku langsung terukir begitu saja. Topeng yang selalu aku pasang sekuat tenaga untuk melindungiku, kini terlepas begitu saja. Mereka seperti mempunyai kekuatan sihir untuk melepas topengku ini.
Mereka berempat langsung berjalan cepat, karena di hadiahi tatapan siswa-siswa yang terganggu oleh teriakannya itu.
"Kuping lu ditambel apa sih? Dari tadi dipanggilin juga." ucap salah satu dari mereka.
Aku hanya tertawa kecil menjawabnya, dan itu membuat mereka menatapku aneh.
"Lu kesambet? Malah ketawa ga jelas."
Lebih baik aku langsung kedalam dan meninggalkan semuanya dengan tanda tanya besar di kepala mereka.
Hanya akan ada dua tempat dimana aku akan melepas topeng ini. Pertama, keluargaku dan kedua di depan teman-temanku yang sebenarnya.
Aku memasang topeng ini karena keadaan. Keadaan yang memaksaku seperti ini. Aku sangat benci, dimana aku harus memakai topeng didepan banyak orang.
Dimana aku berusaha, agar tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari bibirku. Saat mereka membicarakan hal yang tidak-tidak tentangku.
Itu bukan aku. Mereka semua hanya membicarakan apa yang dilihat, bukan hal yang sebenarnya.
Itu bukan aku. Karena yang mengetahui semua hal tentang diriku hanya aku sendiri.
Mereka hanya melihat, tidak merasakan bagaimana jadi diriku.
Mereka hanya bisa mengkritik, dari apa yang dilihatnya saja.
Mereka hanya melihat aku yang bukan diriku.
Mereka hanya melihat sisi lain dari diriku.
Aku tidak bisa jadi diriku, di depan semua orang.
Semua hal aneh yang mereka bicarakan ...
Itu bukan aku.
☆☆☆☆☆
Akhirnya bisa bikin cerita baru lagi.
Tapi cuma oneshoot sihhh 😊
Makasih udah mau baca.
Makasih juga,yang udah nunggu.
Padahal kan,nunggu itu ga enak : (
Thanks♡
12 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Me
RandomSituasi dimana aku tidak bisa menjadi diriku yang sebenarnya. Cover @yourcae