Todoroki-kun, modus!

1.8K 236 29
                                    

Jika Tidak Keberatan

Copyright © Kiiroame☆

Happy Reading!

Astaga, dia baru saja melihat seorang perempuan dan seorang laki-laki berciuman! Midoriya bersemu merah, adegan seperti ini bukan tontonan normalnya. Dia lebih suka menonton video All Might saat debut dulu. Tangannya meraup pop corn karamel yang sudah sisa sedikit. Matanya mendelik ke samping, menatap Todoroki yang ada di sebelah kirinya, dia sedang bertopang dagu dengan sebelah tangan, memandang malas ke arah layar lebar di depan.

Peduli setan dengan Todoroki yang terlihat agak tampan ketika wajah datarnya hanya disapu cahaya temaram. Sekali lagi, peduli setan dengan tawaran latihan oleh Todoroki yang diberi prolog 'jika tidak keberatan'. Tentu saja dia keberatan, Todoroki baka! Karena Midoriya yakin seratus persen dia akan menjalani serangkaian latihan berat dan latihan yang akan dilakukannya bersama Todoroki itu akan membantunya menguasai one for all. Bukannya malah diseret menuju bioskop terdekat dan dipaksa duduk di tempat remang-remang sekaligus dicekoki cerita yang katanya romantis padahal semata-mata picisan berdurasi dua jam seperti sekarang ini.

Ah, pop cornnya sudah tandas tidak bersisa. Cola berukuran grandenya juga tinggal es batu. Sekarang dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menikmati film? Dia akan melempar kata 'tidak' raksasa pada gagasan itu. Sebenarnya dia sangat ingin mengajak Todoroki keluar dari tempat ini. Tentu saja berdiri di tengah film berlangsung itu tidak sopan dan melawan pengajaran ibunya mengenai etiket sosial. Jadi dia lebih memilih menggerak-gerakkan kakinya asal sambil memandang ke arah bawah. Yah, lebih baik dari nonton film yang judulnya dia sendiri tidak tahu.

Tangan kanan gantian menopang dagu pemuda bersurai setengah putih setengah merah itu, sedikit condong ke arah Midoriya. Mata beda warna tidak sedikitpun lepas dari adegan kejar-kejaran di depannya. Kalau boleh jujur, Midoriya sangat sangat sangat tidak mengerti dengan kelakuan Todoroki akhir-akhir ini. Um, bagaimana ya, rasanya pemuda terkuat di kelas 1-A itu jadi lebih bersahabat dan tidak begitu mengintimidasi seperti dulu. Bahkan dia diajak untuk latihan bersama. Meski ternyata malah nonton bioskop di salah satu mall.

Lampu mulai menyala perlahan-lahan. Midoriya terlalu fokus dengan kaki-kakinya sampai tidak menyadari film sudah selesai. Menoleh, Todoroki dengan posisi yang sama menatap tingkah Midoriya. Todoroki berdeham sekali untuk menarik perhatian Midoriya. "Oh, sudah nih?" Sahut Midoriya lesu. Dia meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku. "Pilihan film Todoroki-kun benar-benar mengerikan. Apa tadi maksudnya itu? Apa pemeran prianya harus hujan-hujanan dulu sebelum si wanitanya mau memaafkan?" Pertanyaan tadi dilontarkan berdasar kepada adegan yang dilihatnya selama sepuluh detik, tidak lebih. Sebagai sebuah fakta yang mendukung ke-picisan film tadi, bukan sebagai sesuatu yang harus dijawab.

Mereka berdua menatap orang-orang yang lebih memilih keluar dari studio daripada tetap duduk dan melihat nama-nama yang berjasa membuat film tadi. "Harus aku katakan, aku juga tidak menyukai film tadi. Kupilih karena cuma film ini yang belum mulai."

"Kenapa juga kita harus nonton? Bukankah kita harus latihan? Kita sudah membuang dua jam di sini. Padahal kalau kita benar-benar latihan kita pasti sudah melakukan ini-itu dan bertambah kuat. Tapi Todoroki-kun malah menyeretku kesini saat lengah. Apa ini sudah terlalu lambat untuk latihan? Apa jangan-jangan Todoroki-kun mengajakku latihan hanya untuk sebagai lelucon?" Midoriya akhirnya memilih untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya dengan cara pesimis dan suramnya yang biasa. Lebih terdengar seperti bunyi 'kasha-kasha' yang digumamkan berulang-ulang kali di telinga Todoroki. Midoriya hanya ditatap oleh Todoroki yang kini sudah berdiri. Tidak ada niatan untuk mengomentari kebiasaan aneh Midoriya.

Jika Tidak KeberatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang