Sungai Anawai

6 0 0
                                    

Selamat siang reader! Ini part ke 2 dari Suku Sanakia dan semoga kalian suka dengan kelanjutannya.. Happy reading!

##

Bisa dikatakan bahwa kami sudah menaklukkan sebagian kecil dari perjalaanan panjang kami yaitu melewati Padang rumput sebahu.

"Baginda, apakah perjalanan kita masih panjang?" Tanyaku.

"Yaa, buyung. Kau kan tau persis di mana mereka mendirikan kampung." Jawab baginda lamba.

Aku dengan jalanku yang tertatih-tatih, berhenti sejenak untuk mengambil napas.

"berapa ratus kilo lagi baginda? Apakah masih sangat jauh?" Tanyaku sekali lagi. Badanku berkeringat dingin dan wajahku entah sudah terlihat seperti apa saat ini.

"Sangat, buyung. Masih sangat." Baginda menoleh melihat wajah gelisahku itu.

"Sejak kapan kau berhenti menjadi orang sabar Buyung?" Baginda Lamba tertawa kecil.

Ia memang punya selera humor yg tinggi bayangkan saja aku bahkan sudah hampir pingsan karena menggotong si penakut ini dari berpuluh-puluh kilo jauhnya perjalanan kami dan kelihatannya anak ini semakin keenakan diatas punggungku, mengapa pula ia tak sadar-sadar sedari tadi? dan lihatlah ekspresi Baginda, ia masih saja sempat meledekku?.

"Baginda, Awas! Ada jurang di depanmu" teriakku menghentikannya

Suara gesekan sepatunya terdengar jelas hampir saja iya terjatuh di jurang itu. Aku menurunkan joe dan berusaha mendekat ke arah baginda untuk melihat apakah di depan sana sangat dalam di tengah remang-remang menyelimuti perjalanan kami.

"Jangan mendekat Buyung!" Katanya menyuruhku mundur.

"Biar aku saja yang memeriksanya baginda" kataku menawarkan diri. "Aku harus melindungi baginda" kataku. Bagaimanapun juga ia adalah kepala suku kami yang bijaksana. Tak akan ku biarkan hal buruk terjadi padanya. Gumamku dalam hati. "Itulah janji ku pada .." Kalimatku terpotong

"Tidak usah Buyung. Biar aku saja."

Aku membiarkan baginda memeriksanya. Ia mendekat dan meletakkan tangannya di atas jurang itu. Apa yang baginda lakukan? Ia meletakkan tangannya di atas udara?
Dan woshhhh hamparan air yang sangat luas muncul tiba-tiba.

"Baginda... Apakah itu.." Kataku gugup.

"Iya Buyung. Ini adalah sungai Anawai. Sungai para wali"

Mataku membulat. Aku mendekat mengambil air sungai itu dengan tanganku lalu meminumnya.

"Beri dia air" kata baginda menoleh ke arah joe.

Aku mengangguk lalu menoleh ke arah joe yang masih.. Saja tak sadarkan diri. Aku menghampirinya, dengan membawa air yang ada ditelapak tanganku.

"Ayolah kawan! Bangunlah! Kau sudah pingsan terlalu lama." Kataku memercikan air di wajahnya.

Baginda tertawa ringan melihat tingkah konyolku yang setengah kesal.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Jul 24, 2017 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

Suku Sanakia Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum