DUA

11 1 0
                                    


Sesampainya di restaurant, disana sudah ada Bang Bryan yang datang bersama istri dan anaknya yang berusia 1 tahun. Di hadapan mereka ada sebuah keluarga.

"Siapa mereka?" Batin Marsha

"Mah, pah, dek sini !!" Ucap Bang Bryan sambil melambai-lambaikan tangannya.

Setelah melihat sinyal yang diberikan oleh Bryan, keluarga Marsha segera menghampiri meja itu.

"Weyy!!! Gimana kabar lo Ric?" Tanya pria paruh baya diujung meja pada Papa Marsha

"Baik, lo sendiri gimana niel?" Balas Papa Marsha

"As always. Ini Marsha? Cantik banget anak lo Ric!" Ujar pria paruh baya tadi

Marha hanya tersenyum canggung. Sedangkan mamanya sibuk bercipika cipiki dengan wanita paruh baya yang sepertinya merupakan istri dari pria baruh baya yang sedang mengobrol dengan papanya.

Setelah mereka semua duduk, Papa Marsha memperkenalkan pria paruh baya dan keluarganya, yang ternyata teman SMA orang tua Marsha, mereka sudah lama tidak bertemu karena keluarga teman Papa Marsha tinggal di luar negeri.

"Jadi perkenalkan dia anak kedua kami, namanya Alvin. Dulu kalian sering main bareng waktu kecil." Jelas Om Daniel sambil menunjuk seorang laki-laki dengan setelan jas kasualnya

"Kayaknya tadi dia yang di kantor deh? Pantes mukanya familiar, pernah ketemu sih!" Ujar Marsha dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kayaknya tadi dia yang di kantor deh? Pantes mukanya familiar, pernah ketemu sih!" Ujar Marsha dalam hati.

Setelah selesai makan malam, Papa Marsha meminta perhatian semua yang ada di meja itu sejenak.

" Jadi, sebulan lagi Marsha dan Alvin akan menikah. Kami sudah merancang perjodohan ini sejak SMA. Kami berjanji akan menikahkan anak-anak kami. Semua udah diatur oleh kami sejak setengah tahun yang lalu. Jadi besok kalian cari cincin. Buat tempatnya nanti tanya Daniel aja." Ujar Papa Marsha

Seketika Marsha dan Alvin mematung. Bagaikan mantra sihir ucapan Papa Marsha membuat Marsha dan Alvin membeku seperti es.

"Hah? Seiusan? Demia apa? Ga mungkin? Ini pasti mimpi? Tolong siapapun bangun gue!!" Marsha masih tidak percaya apa yang baru ia dengar dari mulut Papanya sendiri.

"Whatt?? Seriously?? Impossible!! Gue masih 23 tolongg!!" Ujar Alvin dalam hati.

***

Karena sudah larut malam akhirnya mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Saat diperjalanan pulang Marha hanya diam dan menatap keluar jendela. Sesampainya di rumah Marsha langsung menuju kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sesampainya dikamar Marsha langsung merebahkan tubuhnya di kasurnya. Tak lama kemudian dia menangis.

Marsha POV

Kenapa harus gue? Kenapa coba? Gue masih 23 tahun! Kenapa dengan seenaknya papa jodohin tanpa tanya pendapat gue? Kenapa? Tuhan!!!

Marsha POV end

Marsha terus menangis hingga tak sadar ia ketiduran tanpa mengganti bajunya dan menghapus makeupnya.

Sekitar pukul 2 dini hari Marsha terbangun karena haus. Setelah mengambil minum dibawah. Ia segera naik lagi ke atas untuk tidur lagi. Saat ia melewati cemin dia baru tersadar belum mengganti pakaian dan menghapus makeupnya. Ia segera mengganti pakaian dan menghapus makeupnya. Saat menghapus makeupnya ia teringat dengan ucapan Papanya. Kemudian ia segera menelepon sahabatnya Audrey.

"Halo?"

" Halo, apaan sih Sha? Ini jam 2 pagi lho. Kalo mau-" Belum selesai Audrey mengomeli Marsha karena menggagu tidurnya tangis Marsha pecah

"Lo kenapa Sha?" Tanya Audrey dengan nada panik

"Gue dijodohin sama temennya papa gue dreyyy!!" Ujar Marsha disela tangisnya

"Gausah bercanda deh Sha, ini jam 2 pagi sha? Lo mabok? Abis minum?" Jawab Audrey

"Gue serius drey, lo tau sendiri gue ga pernah tertarik minum!! Drey gue harus gimana coba? Gue bingung drey!"

"Sekarang pertama lo tidur dulu. Lo harus tidur, gue gamau lo sampe sakit. Sekarang lo tidur tenangin pikiran lo. Jangan pikir apa-apa. Besok pagi lo kudu cerita ke gue kronologinya. WAJIB" Kata Audrey

"Gue gabisa tidur dreyy.."

"Lo coba ngitung 1 sampe 1000 deh Sha" Usul Audrey

Setelah mematikan telponnya Marsha segera menghitung 1 hingga seribu, namun baru pada hitungan ke 267 dia sudah tertidur

***

Keesokan harinya Marsha bangun sangat pagi dan segera pergi ke kantornya dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Sesampainya dikantor. Pintu gerbang kantor pun belum dibuka. Ia segera menekan klakson mobilnya. Seorang satpam segera membuka gerbang setelah melihat Marsha.

Sesampainya diruangannya, Marsha segera merebahkan tubugnya di sofa kebesarannya. Ia menghela nafas berkali kali. Dan masih tidak terima dengan keputusan Papanya.

Tak lama kemudian Audrey sampai di kantor

"Pagi banget buk datengnya?" Sapa Audrey kepada Marsha yang masih rebahan di sofanya

"Elu yang kesiangan kalii..!!" Jawab Marsha dengan nada jengkel

"Ye maap buk, tau sendiri macetnya kek gimana" bela Audrey

"Serah lu dah.." ujar Marsha malas

"Katanya mau cerita lu! Sampe bangun orang yang cantik ini jam 2 pagi buat angkat telpon lo" tagih Auderey

"Jadi..." Marsha bercerita panjang lebar hingga tak terasa sudah menunjukan waktunya makan siang

"LOO??!! Ngapain disini??" Teriak Marsha tiba-tiba saat akan keluar kantornya

###
Bersambung..


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang