One

26 2 1
                                    

"AKHIRNYAAA UJIAN INI SELESAII!!"

Teriakan seorang gadis menggema di seluruh pelataran sekolah.

"Duh, udah sih b aja kali lo" Protes seorang pria di sampingnya.

"Ish! Lo kenapa sih? Sirik amat,"

"Makanya lo teriak juga dong, biar legaa"

"Gue tuh kek ngerasa telah bebas dari suatu hukuman. Bebas dan lepass,"

"Dannn hari ini pokoknya kita harus jalan-jalan!"

"Meng-refreshing kan dirii,"

"Gue mau manicure-pedicure an di salon!"

"Belanja-belanja baju, sepatu, aksesoris juga boleh keknya,"

Oceh gadis itu terus-menerus. Cowok yang berada disampingnya hanya memutar mata nya jengah, jenuh dengan semua ini. Merasa tak direspon, gadis itupun melirik kesampingnya.

"Lo kenapa sih?"

"Gue kenapa emang?"

"Diem ae dari tadi,"

"Gimana gue mau ngomong lo ngoceh gaje mulu,"

"Yaudahsih yahh. So, nanti maukan nemenin gue?"

"Gak ah. Males gue nemenin lo ber jam-jam gak selesai-selesai,"

"Lo kok gitu amat sih Lio! Amat aja gak gitu-gitu amat,"

"Ngomong apasih lo Fa? Gajee banget,"

Setelah menyelesaikan ucapannya, cowok yang bernama Lio itupun berlalu meninggalkan Lifa, Alifa Anavya. Dan Lio, Aliyo Geraldirey.

***

- 1 tahun kemudian -

Brakk!

"Anjirr! Gue gak lulus di UGM!"

Gebrakan meja diiringi suara Lifa dengan nada yang sangat kesal. Pasalnya, ini tahun kedua ia mengikuti SBMPTN dengan sasaran Pendidikan Kedokteran di Universitas ternama di Jogja itu.

"Aaaaa Lio kapan gue bisa masuk UGM" Ucap Lifa sembari duduk dan memainkan kaki nya, persis seperti anak kecil yang sedang menangis, merengek pada ibunya.

"Udahlah Fa, kan lo udah sekarang udah di UI. Susah loh Fa masuk UI," ucap Lio masih sibuk membaca dan menulis materi pada buku-nya.

"Tapii di UI bukan jurusan yang gue mau Lio!"

Hufttt..

Lio menghela napas nya kasar. Jengah melihat sahabatnya yang satu ini.

"Alifa, syukur lo masuk UI. Universitas terbaik se-Indonesia. Banyak tuh angkatan kita dan bahkan orang-orang diluar sana yang mau bangett masuk UI tapi sayang belum rejeki mereka, dan lo gak syukur masuk UI?"

"Syukur sih syukur Lio, tapikan itu sastra Jerman bukan kedokteran."

"Syukur atau gak sama sekali." Ucap Lio tajam penuh penekanan membuat Lifa yang tadinya ingin menyelah kembali, terdiam tanpa kata.

"Ish! Iyya gue syukur. Bisaan nya cuman natap tajam doang!" Ketus Lifa sembari berdiri meninggalkan Lio yang sedang serius mengerjakan makalah nya.

***

"Lio?"

"Humm---" Jawab Lio, tanpa menolehkan wajahnya.

"Lio?"

"Apasih Fa," Jawab Lio lagi, masih tanpa menolehkan wajahnya ke Lifa.

"Aliyo Geraldirey! Kalau orang manggil tuh ditatap mukanyaaa, noleh gitu!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not [for] MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang