-Ketika kata "tinggal" masuk ke dalam kalimat perpisahan.-
●●●
"Emang lo beneran mau balik ke Korea?
Kuliah disana?
Tinggal sendiri disana?
Yah, entar gue ngga ada temenya dong?
Lagian kesambet apa sih, orang tua lo kan disini. Ngapain susah-susah hidup sendiri disana?" tanya Yura.Yura, teman kesayangan Alana yang sama sekali tidak pernah menyentuh seorang pria. Lagi-lagi "tidak laku" tetap menjadi alasan kuat, mengapa seorang Yura lebih memilih untuk melampiaskan cintanya kepada idolanya, bukan seorang pria 3 dimensi.
Mendengar pertanyaan Yura yang mungkin sudah 5 kali diucapkan, membuat mata Alana berputar searah jarum jam. Laju fikirnya melonjak drastis karena penawaran orang tuanya untuk kembali ke Negara asalnya, Korea. Alasan orang tuanya cukup jelas. Agar Alana menjadi anak yang mandiri, dan bisa melanjutkan ke sekolah yang sesuai dengan bidangnya, "seni".
Bukan berarti di Negara "Jerman" ini pendidikan seni tidak mendukung. Hanya saja orang tuanya bilang, di Korea lebih mengagumkan. Barangkali di kemudian hari Alana akan menjadi orang sukses di sana, itu memungkinkan untuk membesarkan nama orang tuanya. Jadi tak hanya di Jerman, usaha ayahnya juga akan membludak di Korea, diktator nya.
Alana tinggal di Jerman selama 3 tahun, selama 3 tahun pula Alana belum berkunjung ke Korea lagi, alasanya singkat "tidak ada waktu". Alana memang sibuk, tapi hanya sebatas sibuk belajar. Tak dihiraukan lagi, Alana memang anak yang disiplin dan hm, receh.
"Emang kayanya aku patut dikasih rekor 'orang tersial se-dunia' deh, ya gimana lagi. Pertama, suami alias idola kesayangan aku bubar karena kontraknya udah habis. Kedua, perusahaan papa aku lagi down. Dan ketiga lo mau pindah ke Korea segala. Demi Tuhan aku nggak akan pernah ngerestuin lo." sambung Yura.
Benar, memang sudah seminggu idola kesayangan Yura mengakhiri kontrak dengan agensinya.
Pasalnya seminggu yang lalu Yura datang ke rumah Alana. Saat Alana membuka pintu, dirinya benar-benar kaget karena mendapati Yura yang berpenampilan sangat menyeramkan. Matanya sembab, kantung matanya menghitam, rambutnya kusut dan menggimbal, bibirnya putih mengering, ingusnya membeler kemana-mana.
Alana yang tak pandai menyimpan pertanyaan mengenai hal yang "mengherankan", membuatnya langsung bertanya mengapa Yura seperti itu. Namun, Yura malah menangis sejadi-jadinya. Tak lama kemudian, Yura mulai bercerita jika sebenarnya "idol" yang sangat dicintainya, sudah membubarkan diri. Miris sih, maklum kalo ga laku ya nge-halu.
Sebenarnya waktu itu Alana ingin tertawa, karena baginya itu sangat ew, alay, atau lebih tepatnya menjijikkan, terlebih menangisi seseorang yang tidak mengenal kita itu sungguh kurang kerjaan, menguras tenaga, dan sia-sia.
Tapi Alana tidak tega melihat rupa temanya yang seperti itu, akhirnya Alana hanya berusaha menenangkan Yura dengan memeluknya atau mengusap bahunya sembari berkata "Tidak apa-apa, setelah ini aku yang akan menjadi idola mu."
"Emang lo berani tinggal di Korea sendirian? Kadang di rumah sendiri aja, lo masih takut, entar kalo ada pencuri gimana?
Entar kalo misal lo dibunuh gimana?"
Pertanyaan Yura membuat Alana menyadarkan diri dari peristiwa menjijikkan itu satu minggu lalu.Alih-alih mendukung, satu-satunya teman dekat yang Alana miliki ini, malah berusaha membujuknya agar tidak kembali ke Korea dengan hal-hal yang diharapkan akan membuat Alana takut dan menggagalkan rencana Alana.
Alana hanya tersenyum sambil melangkahkan kakinya, meninggalkan Yura yang masih ribut sendiri dengan ocehan yang membuatnya bimbang, mengambil tas kesayanganya, berpamitan dengan Yura, dan pergi meninggalkan taman dengan sejumlah persoalan yang belum terselesaikan.