1

21 1 0
                                    


" ADAMA DINA GAMILA! KELUAR DARI KELAS SAYA", Suara bu Rita menggema dalam satu ruangan membuat seluruh siswa kelas ipa 2 diam secara serentak. tak ada satu pun diantara mereka yang berani berkutit kalau sudah berurusan dengan guru killer seperti bu Rita.

Awalnya Dina tidak sadar, namun karena Vito menyenggol tangannya membuat gadis itu mengerti. Dengan langkah malasnya, ia melangkah kan kaki nya keluar dari kelas. Dan lagi ia merasa seperti ini. seperti layaknya orang yang menghisap narkoba, efeknya tidak pernah berhenti.

Dina duduk di antara banyaknya rerumputan di taman belakang sekolah. " Na, keluar lagi lu?" Suara Denta membuat Dina menoleh.

Denta benar, dia dikeluarkan lagi dari kelasnya. mungkin ini sudah yang keempat kalinya. kalau seperti ini terus ia bisa saja masuk bk.

Dina mengangkat kedua alisnya. " Biasa gue bosen "

Denta berdecih sambil mengambil duduk tepat disamping kanan Dina. " Bilang aja lu diusir. lagian ini uda kali-"

" GUE UDA TAHU YA!" potong Dina cepat membuat lelaki disampingnya terkekeh.

Denta menatap Dina yang masih cemberut memainkan rerumputan. senyumnya selalu saja mengembang walau hanya melihat perempuan berambut panjang itu.

" Ngapa lu lihatin gue ntar naksir "

Denta terhentak mendengar penuturan yang keluar dari mulut Dina. mungkin sudah kesekian kalinya ia kepergok menatap wanita itu. Dan mungkin ini juga sudah kesekian kalinya wanita itu mengatakan hal yang serupa. namun selalu saja sama, Denta tidak pernah bisa menyembunyikan rasa malunya pada Dina.

" Bocah! dicariin dari tadi juga. parah lu ye, kita pada nunggu bola disana elu malah asik berduaan ama si Dina ckckck " suara bass itu membuat Dina mendongakkan kepalanya.

Dino

.

.

.

Sumpah demi apa?

                             ººººº

" Na basi itu nasi kalo lu gak makan " Dina menatap Zita dengan malas.

Ia benar benar merasa malas dan frustasi.

" Gila sumpah ya, gue uda seminggu macam orang gila gini. Dan dia dengan santainya kaya gitu. Kok bisa? " Dina mengacak-acak rambutnya frustasi.

Zita meminum es teh di hadapannya. " ehem, jadi Dino lagi nih? "

" ELU TEGA NINGGALIN- ASTAGA INI ORANG KENAPA? " Vania datang menatap Dina dengan tatapan – seriusan lu sehat –

Suasana kantin tidak seperti biasanya, karena memang sekarang kebetulan belum memasuki jam istirahat jadi terasa sepi.

" Noh temen lu, Galau mulu gegara mantan "

Vania menaikkan satu alisnya ke atas. " Mantan? si Dino? Yaudah si lupain aja ngapain nginget orang yang gabisa bahagiain kita? menuh menuhin memori otak tahu, Na. Mendingan ya, tuh otak digunain yang berfungsi ya contohnya aja nih buat belajar fisika lu kan mesti remidi, Na "

Jelas untuk soal percintaan seperti ini, memang salah bila berkonsultasi dengan bukan pakarnya.

" Salah ye ngomong cinta ama jomblo " Dina menyuapkan sesendok nasi campur ke dalam mulutnya.

Vania melengos malas " Sadar sekarang status lu sama kaya kita-kita "

*******

halooo

terimakasih ya yang sudah membaca

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Over And Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang