Anaya pov
Aku benar-benar tidak sanggup saat mengingat kejadian 2 tahun yang lalu, saat mengingatnya itu benar-benar membuat dada ku sesak.
"kenapa?" tanya ku pada diri sendiri, tiba-tiba saja air mata ini menetes.
"hiikksss... Hiiiikkksss... Hiiikssss" aku sandarkan tubuh ku di tembok, aku begitu lemas, hingga perlahan tubuh ku terduduk dilantai, aku menutup wajah ku, berusaha menahan isakan ku, namun nihil, isakan itu masih saja terdengar.
"kenapa pah mah? Kenapa kalian harus membohongi ku!!" aku terus memukuli lantai, berusaha untuk melampiaskan semuanya. Namun tiba-tiba tangan seseorang menghentikan aksiku.
"jangan melukai dirimu seperti ini" orang itu menggenggam tangan ku."hiiikksss... Ini semua salah ku" aku terus menunduk, jujur aku tidak berani mentap orang yang berada didepan ku sekarang.
"anaya, lupakan semuanya, ini semua sudah takdir" suara bariton itu kini mulai meninggi. Spontan aku menatap lekat kedua mata itu. "lalu kenapa harus papah dan mamah ka?! Kenapa?" aku memeluk tubuh kakak ku.
"aku tidak pernah ingin mengingatnya, namun kejadian itu selalu teringat tiba-tiba, dan itu membuat ku sesak..hiiikkss" lanjut ku.
Ka zuan melepaskan pelukannya, dia menatap mata ku. "dengarkan aku baik-baik ini semua bukan salah mu anaya, mungkin tuhan memang lebih sayang sama papah dan mamah, biarkan mereka tenang disana, mungkin mereka akan sedih jika melihat mu seperti ini" ucap ka zuan seraya menangkup kedua pipi ku. Aku hanya mengangguk pelan. "jangan pernah menangis seperti ini lagi mengerti?" lanjut ka zuan seraya menyeka airmata ku. "ayo masuk udara malam ini sangat dingin, kau bisa sakit jika terus-terusan ada disini" ka zuan pun membantu ku untuk berdiri, kami berjalan masuk kedalam.
Aku duduk di kasur ku, dengan dibantu oleh ka zuan. "jika aku tak memaksa mereka pulang, pasti ini tidak akan terjadi" gumam ku, ka zuan yang mendengarnya hanya mengelus rambut ku.
"sudah lebih baik kau tidur, jangan memikirkan hal itu" aku pun berbaring diatas tempat tidur ku, ka zuan memakaikan selimut ke tubuh ku
"kau bisa keluar sekarang, terimakasih" ucap ku kemudian merubah posisiku membelakangi ka zuan. Aku tidak mendengar jawaban dari ka zuan, yang aku dengar hanya sebuah langkah kaki yang semakin lama semakin menjauh.
Author pov
Zuan berjalan meninggalkan kamar anaya, dia berjalan menuju kamarnya, namun tiba-tiba saja handphone zuan berbunyi. Zuan melihat di layar handphone nya, ternyata itu panggilan dari fero, dengan segera zuan menggeser tombol berwarna hijau itu.
"hallo?" ucap zuan kemudian melanjutkan jalannya.
"iya ka hallo" balas fero
"ada apa malam-malam begini" tanya zuan.
"bagaimana dengan anaya? "
"dia tadi habis menangis, dia teringat akan kejadian waktu itu, aku sangat tidak tega melihatnya"
"lalu apa sekarang dia masih menangis?"
"dia sudah tertidur sekarang"
"baik lah jika seperti itu, kau juga harus tidur, maaf jika aku mengganggu mu ka, aKu hanya memastikan kondisi anaya saja"
"baik lah, selamat malam" zuan pun menutup telpon itu.
Sementara di lain tempat seseorang sedang merasa gelisah.
"kenapa aku tiba-tiba mengkawatir kan nya" gumam Fero. "untung saja ka zuan bisa menenangkannya" lanjutnya. Sekarang Fero sedang berada di balkon rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD LOVE
Romance" kau tahu satu hal yang aku sesali di dunia ini, mencintai mu! ya mencintai mu adalah hal yang paling aku sesali" anaya kithrani seorang gadis yang ceria dan selalu tersenyum, tapi itu dulu semenjak kejadian itu menimpahnya, anaya sekarang menjad...