The Last Fireworks
.
(Mikazuki MunechikaxTsurumaru Kuninaga)
===
WARNING!
Shounen-ai (boyxboy) content. Jika tidak suka silakan tinggalkan cerita ini dari sekarang, bila masih bersikeras resiko saya tidak tanggung. OOC.DISCLAIMER!
Touken Ranbu dan karakter lainnya adalah milik DMM dan Nitroplus, saya hanya meminjamnya dan hanya memiliki plot serta alur cerita.So, happy reading '-')/
==============================
"Ayah, kau di mana?" Tangan mungilnya menggenggam sebatang permen kapas sambil sesekali menggigit makanan manis itu. Manik emas yang mulai berkaca-kaca menyusuri setiap sudut jalan utama yang ia lalui. Berdesak-desakan dalam kerumunan manusia yang terus menggencetnya dan berusaha mengenali satu-satu wajah mereka.
Tak terhitung berapa kali bocah itu menginjakkan kaki kecilnya ditempat yang sama dan belum menemukan sosok yang dicari--ayahnya. Bocah bersurai putih tersebut--Tsurumaru namanya--akan menangis jika saja seseorang tidak muncul dan menepuk bahunya.
Tsurumaru menoleh kebelakang dan mendapati seorang lelaki yang beberapa tahun lebih tua darinya, bersurai navy blue dan bernetra senada dengan rambutnya. Lelaki tampan itu menatap Tsurumaru penuh heran.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" tanya lelaki yang sama sekali tidak Tsurumaru kenal.
Tsurumaru hanya menggeleng kuat dan tanpa sadar, air matanya meluncur turun. Dia segera menyekanya dengan kasar dan menatap lelaki tadi lurus-lurus. "Tidak, tidak apa-apa."
"Namaku Mikazuki Munechika." Mikazuki tersenyum sambil menepuk kepala Tsurumaru pelan, itu sedikit membuat hatinya tenang. "Sebaiknya kita jangan berbicara di sini, karena akan menghalangi orang yang sedang berjalan."
Mikazuki lalu menggandeng tangan Tsurumaru untuk mengajaknya pergi ketempat yang lebih sepi. Baru kali ini Tsurumaru bertemu orang yang sangat baik dan mudah akrab.
Mereka berhenti didepan sebuah kuil dan duduk di salah satu anak tangganya. Tempat itu cukup sepi dan gelap tetapi tidak sekalipun Tsurumaru merasa takut kepada orang dihadapannya.
"Sekarang ceritakan kepadaku, apa yang terjadi?" Mikazuki menggenggam tangan Tsurumaru dengan hangat, matanya memantulkan cahaya bulan yang cerah membuat Tsurumaru merasa nyaman bersamanya.
"Aku..." Tsurumaru menunduk dalam. Jika saja tidak teringat kata-kata ayahnya bahwa lelaki tidak boleh menangis, ia sudah menangis meraung-raung saat ini. "Aku terpisah dari ayahku." lanjut Tsurumaru dan melihat perubahan ekspresi Mikazuki.
"Dimana terakhir kali kau bersamanya?" Mikazuki terlihat resah tetapi berusaha keras menutupinya agar tidak membuat Tsurumaru menangis dan semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Tsurumaru.
"S-saat itu, aku dan ayah sedang memesan takoyaki untuk kami berdua dan perhatianku tertuju pada topeng-topeng yang terpajang di salah satu stand. Aku lalu menghampirinya dan tiba-tiba saja ayahku menghilang." Mikazuki mendengarkan celotehan panjang Tsurumaru dengan cermat. Lelaki itu terlihat iba.
"Jangan menangis. Ayo kita cari ayahmu, dia mungkin belum jauh di sekitar penjual takoyaki tadi." Mikazuki mengangkat dagu dan menyeka air mata Tsurumaru. Bocah bersurai putih itu mengangguk mantap lalu berdiri, wajahnya yang berseri dihiasi senyuman manis semanis permen kapas yang masih setia melekat di tangan mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Fireworks (Touken Ranbu Fanfiction)
FanfictionDitakdirkan untuk tersulut pada malam hari, dengan asap pekat yang membumbung menciptakan percikan indah berwarna-warni dan akhirnya... Menghilang begitu saja seolah ditelan kegelapan malam, meninggalkan jejak yang selalu membekas. Menandakan musim...