Seorang bocah bersurai coklat terlihat memasuki ruangan berisikan loker-loker dan satu meja besar di tengahnya. Kemudian bocah bersurai coklat itu membuka salah satu loker, mengambil tas serta jam tangan.
Dipakainya jam tangan tersebut, dilihatnya angka-angka di jam tangan itu. Bocah bersurai coklat menghela nafas ketika mendapati jarum panjang jam tersebut berada di angka 6 serta jarum pendeknya berad ditengah-tengah angka 11 dan 12.
Sudah hampir tengah malam rupanya. Bocah tersebut menutup kembali loker tersebut, kemudian dia berjongkok untuk melihat loker yang berada tepat dibawah lokernya.
Dipandangi pintu loker tersebut, matanya menuju sebuah nama yang asing dilafalkan untuk orang korea. Entah, raut wajah bocah bersurai coklat itu menjadi sendu, seakan ada rindu dan confess yang ingin sekali dia luapkan pada pemilik loker tersebut.
Pandangannya tak lepas dari loker tersebut, meskipun pikirannya sudah membawa dia kemasa lalu. Masa dimana, bocah tersebut selalu berdua dengan seseorang pemilik loker ini. Jauh sebelum keadaan merubah segalanya.
"Guanlin-ah, aku rindu" celetuk bocah surai coklat itu, hening kemudian.
Bocah bersurai coklat tersebut kemudian beranjak dari sana, mengambil tasnya diatas meja. Kemudian keluar dari ruangan yang mungkin sudah banyak orang tahu itu ruang tunggu/ruang istirahat untuk para trainee cube ent.
Namun pergerakannya terhenti ketika terdengar seseorang memencet pass kunci dari luar. Seonho, pria bersurai coklat itu menelan ludahnya kasar. Oh, ayolah ini sudah hampir tengah malam, dia juga selalu sendiri. Lalu tiba-tiba disuguhkan adegan yang selalu muncul di film horror.
Perlahan pintu terbuka, tak nampak ada nya seseorang dibalik pintu. Semakin membuat Seonho takut. Tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin.
Pintu tersebut semakin lama terbuka lebar, hingga seorang pria tinggi dengan baju serba hitam, serta topi yang dipakai serendah mungkin.
"Mau snack malam?" tawar pemuda berpakaian hitam itu sambil melepas topi yang di pakainya.
Seonho cukup terkejut, siapa yang muncul tiba-tiba tengah malam seperti ini. Namun jangan lupakan fakta bahwa Seonho dan Makanan adalah kombinasi yang sulit di pisahkan. Jadi dari pada bertanya "sedang apa kau disini?" Seonho lebih memilih menganggukan kepala, dan mengiyakan ajakan orang tersebut untuk menikmati snack malam hari.
Kedua bocah kelebihan gizi itu kini tengah duduk di depan suangai Han. Duduk di sebuah bangku panjang terpisahkan dengan tumpukan berbagai jenis snack. Tak ada yang memulai percakapan, mereka berdua hanya diam sambil menatap air sungai yang mengalir mengikuti arus.
Canggung? Entah, ini sudah 6 bulan sejak terakhir mereka berdua bertemu. Yang lebih tua menjadi lebih sulit untuk dihubungi. Terkadang mereka sama-sama berada digedung perusahaan. Namun, yang lebih tua selalu terburu-buru sehingga yang lebih muda terlalu sulit hanya untuk sekedar menatap wajah yang lebih tua.
" Bagaimana kabarmu Yoo. Seon. Ho?" Tanya yang yang lebih tua memulai percakapan.
"Haha, aneh rasanya" Sambung yang lebih tua.
Guanlin, yang lebih tua. Melirik sekilas pada orang yang sebelahnya. Namun, Seonho orang yang berada disebelahnya masih tetap setia menatap air sungai.
"Lebih aneh lagi saat aku harus memulai latihan tanpa dirimu, Hyung" Jawab Seonho, sambil menekankan kalimat akhir.
Dan kalimat itu hanya disahuti kekehan sumbang Guanlin. Keduanya nampak menghela nafas, berat. Seakan keduanya sedang menanggung beban yang amat besar.
"Lebih aneh lagi saat aku harus memulai latihan bersama orang lain" Sahut Guanlin.
"Awalnya aku berfikir semuanya akan baik-baik saja. Aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa 2tahun itu sebentar. Tapi kenapaa, semakin kesini semakin sulit rasanya? Disaat aku harus memasuki ruang latihan seorang diri, memulai bernyanyi dan menari sendiri kenapa semuanya semakin sulit? Hari itu aku mengikhlaskan punggung yang semakin lama semakin jauh, kupikir itu adalah yang terjauh. Tapi sekarang aku sadar, punggung itu semakin menjauh bahkan sangat sulit bagiku untuk sekedar bersandar dan mengeluhkan kata Guanlin-ah, aku lelah" Seonho, mencoba suaranya untuk tidak bergetar. Airmata tengah dia tahan, agar tak jatuh begitu saja.
"Sampai kapan aku harus bertahan sendiri seperti ini? Menunggumu yang kurasa semakin lama untuk pulang. Aku rindu kita. Aku rindu saat kita harus memulai step-step awal. Aku rindu saat kita sama-sama mengeluh lelah, aku rindu saat kita tertawa bodoh karena kesulitan menghafalkan gerakan, aku-"
Belum sempat Seonho meneruskan confess yang selama ini dia pendam, Guanlin sudah membawa Seonho kepelukannya. Membiarkan snack-snack itu terjatuh, tak ada jarak lagi diantara mereka berdua.
"Aku rindu" Tangis Seonho pecah dalam pelukan bocah asal taiwan itu.
Seonho, mengeratkan pelukannya. Menghirup aroma khas, yang selalu keluar dari tubuh Guanlin. Aroma khas favoritnya yang dirindukan hampir setengah tahun lamanya itu.
Guanlin masih belum sanggup berbicara, Guanlin merasakan, perih di ulu hatinya semakin perih. Melihat Seonho menanggung beban sebegitu berat, terlebih itu karena dirinya. Dikecupnya pucuk kepala Seonho, cukup lama. Menyalurkan rasa rindu yang juga dia rasakan.
"Bertahanlah sebentar lagi Seonho-ya. Aku akan kembali. Bertahanlah untuk kita" Hanya itu yang keluar dari mulut Guanlin.
Guanlin melepaskan pelukannya, ganti menatap wajah Seoho yang sudah merah. Perlahan Guanlin mendekatkan kepalanya, mengikis jarak diantara keduanya. Mengecup bibir cherry yang demi tuhan, Guanlin benar-benar rindukan.
Bibir mereka saling menempel, tak ada lumatan. Hanya sekedar menempel, Guanlin merasakan air mata Seonho yang menetes mengenai mukanya. Setelah menempel beberapa detik guanlin menjauhkan mukanya, menatap Seonho yang masih terisak. Dihapus air matanya, dikecup mata Seonho.
"Jangan pernah menangis lagi. Rindu? Temui aku. Kemarilah. Itu dormitory kami yang baru" Ucap guanlin sambil memberi sepucuk kertas bertuliskan alamat.
"Kalau kau tidak ada?"
"Kami selalu di dorm saat jam 4 subuh dan keluar pukul 6 pagi ketikaa sibuk-sibuknya. Pesanlah taksi, mengerti?" Tanya Guanlin.
Dan seonho mengangguk paham. Guanlin berjongkok, mengambil snack yang sempat diabaikan tadi.
"Ayo makan?" Ajak Guanlin.
Dan Seonho kembali duduk dan memulai memakan Snack itu bersama Guanlin. Seseorang yang menjadi alasan kenapa Seonho masih setia berlatih sendiri diruang persegi penuh kaca milik Cube ent.
Kurang hurt gak si? Kalo kurang insya allah aku bikin lebih hurt lg di next chap, ya meskipun gak pandai bgt bikin hurt wkwk.
Vomment juseyong❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Beberapa Saat Kemudian.
RandomWoojin without Hyungseob Guanlin without Seonho Daehwi without Samuel story about ex.trainee Produce 101 Season 2 and Wanna One members.