Bab 25

953 77 0
                                    

Makanan Pembuka

Dear diary...

"Kau mendapat seratus perintah dari seseorang, dengan pasrah kau melakukan semua perintah itu. Saat orang itu memberikan perintah ke seratus satu untukmu, tapi enggan kau kerjakan. Menurutmu, pantaskah orang yang memberikan perintah itu untuk marah? Lalu, apakah pantas untukmu membela diri? Mengapa? Kenapa? Aku masih belum paham dengan semua itu!"

"Di dunia ini, tidak ada yang gratis. Bahkan untuk dunia yang menindas penghuninya sendiri. Penindasan dan kekerasan bertebaran di mana-mana, semua ketidak adilan itu dilakukan hanya demi sebuah barang, uang. Tapi untukku, semua ini karena niat."

Sekali lagi, Susi membuka kedua kelopak matannya. Dirasakannya angin sepoi-sepoi yang menggesek telinga, sinar mentari yang menembus jendela langsung menebarkan kehangatannya. Rasannya sulit sekali untuk bangun. Dia mengingat kembali, jam berapa semalam dia tidur? Benar, dia tidur jam tiga. Itu berarti dia hanya tidur selama tiga jam.

Kepalanya menoleh ke kanan dan mendapati Kim yang menyiapkan tasnya. Dia tidak mengerti, detektif seperti orang itu bangun sangat pagi, tidak sepertinya yang bangun sepuasnya. Tapi mereka tetap kesulitan menangkap seseorang sepertinya.

Tunggu? Susi melihat berbagi senjata berat di atas meja. Sejak kapan ada banyak senjata seperti itu di sana? Ini akan berbahaya kalau sampai penyamarannya terbongkar. Kepalanya bisa dipenuhi lubang akibat peluru-peluru itu.

"Oh, kau sudah bangun." Sapa Kim ramah sembari memasukkan beberapa peralatan ke ranselnya.

Susi menguatkan tubuhnya untuk bangkit, "Iya."

"Sayangnya pihak motel ini tidak menyediakan makanan untuk tamu yang bermalam selama dua belas jam. Jadi, aku tadi membelikan makanan untukmu." Ucap Kim, dia menunjuk makanan yang ada di atas meja rias.

"Ahh terimakasih, sepertinya aku belum memperkenalkan diri ya?" Balas Susi.

"Tidak perlu, Susi kan? Maaf saja. Aku sempat membongkar tas yang kau bawa, takutnya ada barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri." Kim tertawa.

"Benar, aku Susi. Dan maaf saja, aku tidak berniat untuk bunuh diri." Susi tersenyum.

"Lalu ini?" Kim menunjukkan pisau bedah yang dipegangnya. "Untuk perlindungan diri?"

"Begitulah. Seandainya bukan kau yang kutemui malam tadi, entah apa yang akan terjadi padaku." Jawab Susi santai.

Kim mengangguk setuju, "Benar juga, kau adalah istri korban. Tidak ada jaminan kalau kau tidak akan di terror oleh pembunuh itu."

"Betul kan."

"Kalau begitu aku tunggu di mobil. Cepat mandi lalu makan, kita akan pergi ke tempat yang ku katakan padamu malam tadi." Kim berlalu. Dia meninggalkan pisau bedah itu tanpa ada kecurigaan sedikit pun.

Brak..!!

"Aku mau bilang, jangan terburu-buru. Tempat yang akan kita tuju lumayan jauh dan berada di luar pulau." Singkat Kim yang kemudian menutup pintu dengan cepat. Susi yang mengamati Cuma bisa terbengong.

Di luar kamar Kim sedang berjalan menuruni tangga menuju ke parkiran. Di tangan kanannya ada sebuah buku catatan kecil khas dirinya, buku itu sedari tadi ia amati. Buku itu berisi semua rangkuman dari awal kasus pembunuhan itu dimulai. Kim hanya sedikit penasaran dengan semua yang dikumpulkannya, semua bukti dari penyelidikan mereka, ditambah dengan pisau bedah itu? Apa artinya semua ini.

SECOND Psychopath (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang