PROLOG

94 17 6
                                    


Aku ingin perasaan hangat yang selalu menyelimutiku
Aku ingin senyum manis itu hanya untukku
Aku ingin membuatmu tersenyum karenaku
Dan
Aku ingin kamu dan perasaanmu

..... .... ..... .... ..... .... ...... ..... ..... ...... .... ...... ....... ....

Angin kencang ini kalah dengan jantungku yang berdebar lebih cepat.
Bisingnya orang-orang yang berlalu lalang ini tidak lebij dari bisingnya bayangan suaramu ditelingaku.

Bayangan.

Sudah 3 hari , aku seperti ini.
Seolah mataku hanya ingin melihatmu.
Seolah aku hanya hidup hanya untukmu.

"Urel.."
Suara hangat itu masih saja menguasai ragaku ditengah keramaian ini.

Bertahun-tahun lamanya aku menunggumu, menunggu janjimu, menunggumu.
Sempat aku mencarimu, namun kau seolah hilang tiada raga.

"Rel!"
Suara yang memekikan telinga itu membuatku tersentak.

"Apa sih, gausah keras-keras juga sih."tatap kesalku pada Rinda teman sekelasku.

"Kamu sih, ku panggil 5 kali ga nyaut-nyaut, apa perlu telingamu ku bawa ke dokter tht." Rinda mendorong tubuhku dan ikut duduk disampingku.

"Diem lah, gausah ngreceh mana ada periksa telinga cuma dibawa telinganya." jawabku sedikit nyengir karena recehnya Rinda.

Ga lucu tapi kalo Rinda yang ngomong ya Lucu. Receh emang.

"Gini dong Rel, jangan kayak tadi ngelamun terus mbok ada yang GR ngiranya diliatin kamu terus." kata Rinda menusuk hidungku.

"Biarin ada yang GR emang udah biasa kok, mentang mentang aku cantik gitu ya kan." juluran lidah dan tawaku membuat wajah Rinda berubah.

Rinda menarik tanganku dan membawaku berlari tanpa ku tahu alasannya.

Rinda membawaku ke sebuah kafe.

"Ceritanya mau nraktir ke kafe gitu ya, pake acara lari-lari segala capek tahu." aku mengambil tisu ditas kecil biru yanh sedari tadi menemaniku.

"Ih.. Tadi itu bener

Wanna LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang