Private Chat On
Alvira A Slavia
Vir, boleh nitip motor di rumah kamu (20.43) gak?
Boleh kok Fel (20.50)
Ok, pukul enam lewat 10 aku
(20.53) berangkat. Makasih yaOk (20.57) *Read*
Private Chat Off
Aku selalu menitipkan motorku di rumah Vira karena di sekolahku tidak boleh membawa motor ke sekolah, tapi karena tidak ada yang bisa mengantarku ke sekolah, aku membawa motor dan dititipkan di rumah Vira.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekitaran pukul 06.05 aku sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah yang tentunya ke rumah Vira dahulu.Private Chat On
(06.07) Vir, otw ya
Ok (06.11)
Private Chat Off
Aku memakai jaket dan topi, tak lupa dengan slayer hitam yang aku gunakan sebagai masker. Bukan aku ingin menjadi misterius, tapi untuk mengelabui satpam sekolah karena setiap berangkat ke rumah Vira aku akan melewati sekolah dulu.
Aku mengengkol motorku sebelum berangkat, motorku sudah lumayan tua, kurang lebih 4 tahunan.
Setelah lama mengengkol akhirnya motorkupun nyala, aku langsung memacu motorku menuju rumah Vira. Tidak sampai 10 menit, aku sudah sampai di depan rumah Vira."Vira," panggilku.
Marissa--Mama Vira keluar dari dalam rumah,
"Felisa, sini masuk dulu, Viranya masih sarapan."
"Iya Tan," jawabku.
Vira selalu sarapan dulu karena memiliki penyakit maag, Vira pernah tidak sarapan dan langsung berangkat ke sekolah bersamaku, tapi keesokan harinya Vira jatuh sakit dan tidak masuk sekolah.
Setelah menunggu Vira sarapan, aku dan Vira langsung berangkat menuju sekolah yang tak jauh dari rumah Vira, hanya sekitar kurang dari 300 meter dari rumahnya."Vir," panggilku.
"Hm," jawabnya.
"Udah belajar try out?" tanyaku.
"Udah sih, tapi ya baca-baca doang. Bahasa Indonesia bingung mau belajar apa," jawabnya.
"Sama," jawabku.Aku melanjutkan perjalanan bersama Vira dan akhirnya sampai di sekolah. Aku duduk sebangku bersama Fanesa.
"Tumben si Fanesa belum datang," pikirku. Tak lama setelah itu terdengar suara kencang Fanesa dari luar kelas.
"Fan suara lu gede banget, sampe kedengaran ke sini," cecar Frisa.
"Biarin, sehat ini," jawab Fanesa sambil terkekeh.
Fanesa langsung duduk di sebelahku. Setelah waktu menunjukan pukul 06.35 kami langsung mengambil Al-Quran dan segera turun ke masjid untuk pembinaan pagi.***
Waktu istirahat tiba, murid-murid di kelas 9 langsung berhamburan keluar dari kelas menuju kantin.
"Fan, jajan gak?" teriak Felisa dari depan pintu kelas.
"Jajan, tunggu," jawab Fanesa. Felisa langsung keluar kelas dan menunggu Fanesa di luar. Menuruni anak tangga yang terdiri dari 63 anak tangga, memang banyak karena kelas Fanesa dan Felisa berada di lantai 4.Setelah lama menuruni anak tangga, akhirnya mereka sampai di lantai dasar. Fanesa dan Felisa langsung berbelok ke arah kantin. Fanesa hanya membeli beberapa makanan kecil karena membawa bekal nasi dari rumah.
"Bang, risol sayur satu, tempe satu," ucap Felisa dengan nada sedikit teriak karena suara yang berisik di kantin. Felisa langsung menyerahkan uang dan menerima kembaliannya. Setelah dari kantin, mereka berjalan ke Bang Diyat--penjaga jualan minuman dan makanan ringan. Fanesa membeli minuman kesukaannya, yaitu milk tea, sedangkan Felisa membeli minuman berasa teh. Felisa dan Fanesa memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menyukai teh, baik milk tea, thai tea, green tea, dan teh-teh lainnya."Fan, ayo buruan, keburu masuk nanti, kita kan naik tangganya lama sedangkan waktu istirahat cuma setengah jam, itu juga belum kepotong sama perjalanan jajannya," ajak Felisa.
Fanesa hanya menjawab satu kata, "Bentar."
"Aku tinggal ya?" tanya Felisa bercanda.
"Tunggu ah, lu mah tinggal tunggu doang," jawabnya.
Akhirnya Felisa pasrah dan menunggu karena Felisa tidak ingin Fanesa marah.
"Yuk," ajak Fanesa sambil ketawa.
Mereka menaiki anak tangga dan akhirnya sampai di lantai 4.
Fanesa dan Felisa memakan makanan yang dibeli dan dibawanya.Seperti biasa, selesai makan, murid-murid akan mengobrol sebelum menunggu guru datang, ada yang membuat lingkaran, ada yang membuat membuat kotakan, ada juga yang duduk di tempat masing-masing, tapi menimbrung setiap ada yang dibicarakan.
"Vir, Arfa ya, Vir," ujar Fanesa.
Vira menjawab, "Apaan sih lu, Fan." jawab Vira.
"Eh Fan, si Arfa masa masang foto cewek di snapgram rl-nya," bisik Vira pada Fanesa.
"Ya terus? Anak rp itu banyak yang punya pacar di rl juga. Jadi lu jangan terlalu berharap karena lu cuma di rp. Jangan sampe suka beneran kalo gak mau sakit hati," jawab Fanesa.Felisa hanya mendengar rp-rpnya saja. "Rp apaan?" tanya Felisa.
"Roleplayer," jawab Fanesa dan Vira bersamaan. "Roleplayer itu apa?" tanya Felisa lagi yang masih tidak mengerti.
"Tau ah, susah dijelasinnya, cari aja sendiri," jawab Fanesa kesal karena Felisa tidak mengerti-mengerti.
"Ok," jawab Felisa.
Felisa mungkin memang dalam akademik lumayan, tapi soal berpikir seperti itu atau hal-hal baru agak susah mengerti di awal.***
Keesokan harinya, Felisa menghampiri Fanesa.
"Fan, aku udah tahu roleplayer itu apa," ucap Felisa.
"Apa?" jawab Fanesa.
"Menurut google, roleplayer itu kayak mainin orang gitu, artis gitu, misalkan mainin shawn mendes, grayson, atau artis lainnya," jelas Felisa."Lu nyari di google?" tanya Fanesa.
"Iya," jawab Felisa.
Fanesapun hanya berkata, "Rajin lu.""Yeh, kemarin disuruh cari sendiri, giliran dicari bilang rajin," gumam Felisa.
"Emang roleplayer itu apa sih?" tambah Felisa.
"Ya kayak yang tadi lu bilang, tapi ini yang gua mainin roleplayer yang wattpad," jelas Fanesa.
"Ohh, tapi aku masih gak ngerti," timpal Felisa.
"Hhhh, terserah lu, pikir aja sendiri," ujar Fanesa yang terlihat sudah kesal.
"Eh Fan," panggil Felisa.
"Hm," jawab Fanesa.
"Kalo yang dimainin Vira itu apa?" tanya Felisa.***
Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya?
***
Hai, 867 kata dulu ya. Kelanjutannya bisa dilihat di chapter selanjutnya. Jangan lupa vote, comment, and share cerita ini. Sekali lagi aku ucapkan, mungkin cerita tentang rp udah mainstream, tapi aku akan coba membuatnya berbeda. Thanks for read my story.
Minal Aidzin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. H+3 Lebaran, semoga yang mudik perjalanan pulang nanti diberikan keselamatan sampai ke tujuan. Lagi mudik terus bosan? Baca aja Roleplayer? Yes or No?
KAMU SEDANG MEMBACA
Roleplayer? Yes or No?
Teen FictionMungkin cerita tentang roleplayer sudah terlalu mainstream, tapi saya akan membuat cerita ini sedikit berbeda. Maafkan saya jika cerita yang saya buat tidak membuat Anda senang, tapi saya akan mencoba memberi yang terbaik. ...