Almost Is Never Enough { Zayn Malik Oneshot }

2.2K 120 13
                                    

"HEY LILY COLLINS! Kemari kauu!" kata Zayn. Dia Zayn Malik, temanku dari kecil. Aku Lily Collins, temannya dari kecil. Oh, you don't say,Lil. Dia sedang mengejarku karena aku merusak jambulnya.

"Noo, I'm scared. Zayn Malik is going to kill me.." seruku memasang muka ketakutan bohongan dan berlari lagi.

Tiba-tiba aku menabrak tubuh seseorang. Ternyata itu Zayn.

"I got you, Lil." ujarnya sambil memelukku. Setelah itu aku di putar-putar. Memalukan, ini di lorong universitasku.

"Aaahh, stop it, Zayn. Aku malu! Stop!!" 

Setelah dia menghentikan putarannya, aku pusing dan hampir jatuh ke belakang. Secara tiba-tiba lengan Zayn sudah menahan kepalaku dan kami bertatapan. Aku meneliti wajahnya.

Alisnya yang tebal sangat pas di mukanya, hidungnya mancung menambah kesan cool, matanya... oh, god matanya seperti bintang sangat indah, lalu

"Sudah selesai mengamati wajahku ini, Collins?" tanya Zayn sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Uh, siapa yang mengamati wajahmu?" kataku sambil kembali berdiri.

"Kau, kau mengamati wajahku Lily Collins." katanya menatapku intens.

Seperti ada aliran listrik dan aku merasa tersihir karena tatapannya.

Apakah aku suka dengannya? Pikirku. 

"Sudahlah, lupakan. Ayo pulang dan rayakan kelulusan kita!" ujarku menarik tangan Zayn. Rumahku dan Zayn bersebelahan. Ibunya dan Mom-pun sudah mengenal kami sangat baik.

"Yeay! Let's go! Kau yang traktir ya?" tanya Zayn sambil menunjukan puppy eyes-nya.

"Tipikal Zayn. Baiklah, quiffy boy." jawabku sambil memutar mata.

***

Kami sampai di restaurant Italia. Sebenarnya, aku mengajaknya ke sini bukan hanya untuk merayakan kelulusan kami, aku ingin memberitahunya sesuatu yang benar-benar penting.

"Lily, kau pesan apa? Kau melamun ya?" tanya Zayn.

"Em, aku pesan beef fusilli saja. Aku tidak melamun, kok!" jawabku sambil memainkan garpu diatas meja..

"Kau melamun, sebelumnya sudah ku tanya dua kali kau tidak menjawab, apa yang kau lamunkan?" tanya Zayn lagi sambil menatapku dengan serius.

Oh, tatapan itu lagi.

Baiklah, kuatkan mentalmu untuk memberitahu Zayn, Lily. Aku menarik nafas dengan keras.

"ZaynakuakanpindahkeAmerikauntukmeneruskanusahaAyahdisana." ucapku dengan satu tarikan nafas.

"Hey, kau bicara apa, Lilo?" Zayn menatapku bingung. Lilo adalah panggilannya untukku.

"Zayn. aku. akan. pindah. ke. Amerika. untuk. meneruskan.  usaha. Ayah. disana." kataku dengan jelas dan berusaha menatapnya dengan mataku yang berkaca-kaca.

"Lilo, actingmu bagus sekali. Kau pasti bercanda."

"Tidak, aku serius 100% serius, Zayn. Aku akan berangkat besok sore" Aku tak bisa menahan air mataku lagi. Aku menangis.

"Sshh, sudah. Kita bicarakan ini esok hari, ya? Ayo makan dan segera pulang." kata Zayn. Dia berusaha menenangkanku tetapi dia bicara dengan sangat dingin. Apakah dia marah? Tentu saja.

Di perjalanan pulang, kami diam tanpa bicara. Aku ingin mencairkan suasana dan aku batuk secara sengaja. Lalu aku memulai pembicaraan.

"Zayn, maafkan aku. Itu semua karena Dad yang menyuruhku untuk me—"

Almost Is Never Enough { Zayn Malik Oneshot }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang