Serial School Scandals: Sehari Menjadi Nona Baik Hati

1.1K 22 8
                                    

"MR. WOMANIZER. Julukan itu masih terlalu manis." Aku membaca halaman gosip di majalah Pemuda-Pemudi Nusa Bangsa-PENUS, yang merupakan majalah sekolah kami, SMU Nusa Bangsa Jakarta Selatan. "Kenapa mereka nggak langsung menjulukinya playboy cap karung aja?"

"Siapa?" tanya Camila, seraya sibuk menata makanan di atas meja kami, dia ingin makanan-makanan itu terlihat rapi dipandang mata sebelum dimakan. Dia selalu ingin semua hal terlihat rapi, oh Miss Perfect Camila.

"Siapa lagi selain model baru jadi itu, Anthony. Pacar Sava, si Peri baik hati kita." Aku menjawab pertanyaan Camila seraya melirik ke arah Sava yang duduk di hadapanku.

Sava tersenyum. "Anthony is a good guy."

"No! He's NOT! Kamu yang terlalu baik, Sava. Jadi semua orang kamu anggap baik. Kamu seharusnya tahu, nggak semua orang itu baik, dan kamu nggak harus berbuat baik kepada semua orang."

"Berbuat baik itu menyenangkan," ujar Sava.

"Iya. Tapi kamu harus bisa memberi batas untuk diri kamu sendiri. Kamu nggak harus menyenangkan semua orang, khususnya..."

"Orang-orang yang hanya ingin memanfaatkan kamu." Camila memotong kalimatku dan melanjutkannya. "Kiri, kamu udah mengatakan itu berkali-kali. Aku sampai mengingatnya di luar kepala. Dan... itu nggak akan membuat Sava berubah."

"Cam, shut up! Aku sedang memberikan Sava cara berpikir baru." Aku berkata dengan nada sok bijak.

"Itu lebih mirip seperti memaksanya jadi orang lain."

"No!"

"Yes!"

"NO!"

"YES!"

"ENOUGH!" suara Sava seketika menghentikan perdebatan antara aku dan Camila.

Aku dan Camila kompak menoleh ke arahnya.

"Kenapa sih kalian selalu berdebat nggak jelas karena aku?"

Aku tersenyum. Aku senang, Sava akhirnya bisa membentak! "Kamu harus lebih sering mengungkapkan perasaan kamu. Yap! Tepat seperti itu!"

"Ini pertama kalinya aku dengar kamu membentak, Sava. Apa kamu mulai terpengaruh kata-kata Kiri?" tanya Camila khawatir.

Sava menggeleng. "Aku hanya nggak mau kalian bertengkar, oke?"

"Sering-seringlah melakukan itu. Keluarkan perasaan kamu, kapan saja. Itu bagus untuk kesehatan," ujarku, lagi-lagi dengan sikap sok bijak.

"Asal jangan over dosis kayak Kiri. Dia membuat semua orang ngeri." Camila berusaha menyeringai seram, tapi dia tetap saja terlihat manis dan cantik.

Aku menjulurkan lidah kepada Camila. "Seenggaknya aku mengatakan apa yang ingin aku katakan. Itu lebih baik daripada membohongi orang-orang agar mereka senang, seperti yang dilakukan Sava."

"Sava nggak berbohong. Dia memang baik pada semua orang. Dan dia senang membuat semua orang senang." ujar Camila, kembali membela Sava.

"Itu kedengaran seperti munafik! Menekan perasaan sendiri untuk menyenangkan orang lain. Aku nggak habis pikir Sava bisa berbuat seperti itu sepanjang hidupnya. Apa dia nggak akan berakhir di Rumah Sakit Jiwa?!"

"NGGAK! Because Sava is not you, baby. Dia nggak akan berakhir di Rumah Sakit Jiwa!"

Aku kembali berdebat dengan Camila. Entah kenapa dia selalu nggak sependapat denganku. Itu menyebalkan, tapi itu lebih baik daripada dia diam saja dan menurut seperti Sava. Perdebatanku dan Camila sukses membuat semua orang terganggu. Seisi Kantin Sekolah menoleh ke arah kami. Semuanya berkomentar dan mengeluh. Terkecuali Sava. Entah apa yang dipikirkan Sava, dia hanya diam dan terlihat kebingungan. Dia nggak berusaha menghentikan kami lagi, dia nggak berusaha menjadi penengah, dia nggak berusaha mengutarakan isi kepalanya kepada kami, dia bahkan nggak berusaha membela salah satu diantara kami. Aku pasti akan berakhir di Rumah Sakit Jiwa jika sehari saja disuruh bersikap seperti Sava. Itu sikap yang paling mengerikan.

Serial School Scandals: Sehari Menjadi Nona Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang