Masa Orientasi Siswa

23 1 0
                                    

Masa Orientasi Siswa atau lebih dikenal dengan istilah MOS adalah waktu yang paling ditakuti oleh peserta didik baru karena mereka akan bertemu dengan para senior yang akan mengenalkan mereka tentang lingkungan sekolah dan apa saja ketententuan serta tata tertib di sekolah dengan metode kedisiplinan yang tinggi.

"Rin, lu nyatet kan besok kita bawa apa aja? Gue tadi males nyatet. Udah para seniornya garang-garang juga. Jadi males gue. Ntar lu kirimin catetan lu aja ya?" ucap Adit dengan wajah sok polosnya.

Rini menjawab dengan lemah lembut "Iya, Adit. Lagian, dari smp kamu masih sama aja. Lain kali kalo ada yang jelasin itu didengerin, ya."

Rini sedikit jengkel,  karena sejak SMP dia selalu menjadi tanggungan bagi teman-temannya. Tapi dia tidak pernah mengeluh atas beban yang mereka berikan ke Rini. Sebagai ketua kelas di SMP-nya dulu, dia memegang tanggung jawab besar atas kelasnya. Kelas Rini sewaktu SMP memang terkenal dengan murid-muridnya yang brutal dan tidak beretika. Jika teman sekelas Rini ada yang tidak mengerjakan tugas dari guru, mereka selalu mengandalkan Rini untuk mengerjakannya. Tetapi, Rini tidak pernah sesekali merasa terbebani karena dia senang membantu.

Mirisnya, teman-teman Rini selalu merendahkannya. Mereka selalu mengejek Rini, karena semua teman perempuan di kelasnya tidak ada satu pun yang memakai kerudung. Meskipun itu sudah menjadi aturan sekolah. Rini selalu PD memakai jilbab di kelasnya.

Pernah sekali Rini merasa bahwa dirinya hanya dimanfaatkan oleh teman-temannya. Tak jarang Rini menangis di malam hari memikirkan tugas-tugas teman nya yang belum selesai. Bahkan dia sendiri belum sempat mengerjakannya.

"Rin, lu besok jangan lupa bawain barang titipan gue ya? Awas lu sampe lupa. Ntar gue tampol lu ye."  kata Adit.

"Iya, Dit. Tenang aja. Besok aku bawain kok. Kamu jangan lupa besok ada upacara jam setengah tujuh."  jawab Rini.

"Oh iya, untung aja lu ingetin. Besok gue pinjem topi sama dasi lu ya? Punya gue udah kaga tau nasib nya gimana haha."  kata Adit dengan santai.

"Hmm. Yaudah. Besok dasiku kamu pake aja deh gapapa." jawab Rini seakan-akan itu hal yang biasa.

"Oke, Rin. Makasih banget!"

Keesokan harinya, Adit tampak bingung. Karena hingga pukul 06.00 dia belum juga menjumpai Rini. Semuua barang untuk kepeeerluan MOS ada di tangan Rini, dan Adit  sama sekali tidak membawa barang apapun.

Akhirnya para senior  telah tibadi lapangan untuk melaksaanakan upacara. Penampilan Adit terlihat sangat mencolok karena hanya dia yang tidak memakai dasi dan topi. Adit merasa aneh saat upacara. Karena dia belum mengenal siapapun selain Rini.

'' hey kamu! keluar barisan dan ikut saya! " kata salah satu senior.

" saya kak? " jawab Adit  dengan gugup.

" iya, bodoh! masa nenek  kamu! "

" oh iya-iya, kak. " jawab Adit dengan suara  patah-patah.

Para senior tadi membawa Adit ke sebuah tempat yang gelap dan pengap. Disana Adit seakan-akan menjadi seorang yang telah melakukan sebuah  tindakan kriminal.

" cepet masuk! kamu ini laki apa perempuan?! jalan masih lemot! " teriak senior yang bernama Pandu.

" iya kak. " jawab Adit.

" kamu tau nggak kesalahanmu apa? nggak usah sok polos kamu! "

" saya tidak memakai topi sama dasi, kak. "

" Itu aja kesalahanmu? " tanya Pandu

" iya, kak. itu saja " jawab Adit seakan-akan masalah telah selesai.

" yakin itu aja? " tanya Pandu dengan nada yang keras.

" yakin, kak itu aja. "

" perlu saya sebutkan apa aja kesalahanmu? " kata Pandu semakin jengkel.

Karena ketakutan, Adit hanya diam saja dan menghiraukan pertanyaan dari Pandu.

" hey, patung! Kalo ditanya itu dijawab! Jangan diem aja! " teriak Wisnu, selaku ketua OSIS.

" anu, kak... " jawab pandu dengan gugup.

" baju kamu keluar! Topi sama dasimu mana?! Barang-barang yang harus dibawa hari ini mana?! Ndak dengerin apa kemarin? Jam 6.15 barang sudah harus disetor ke panitia di Aula! Kurang jelas lagi?! Perlu saya ulang? " teriak Wisnu karena sudah jengkel dengan sikap Adit yang tidak tanggap menjawab.

" anu, kak. Saya nitip barang-barangnya ke Rini, kak. Anak dari gugus 3, lulusan dari SMPN 1 Mangunsari. Tapi, dia sepertinya ndak masuk kak. " jawab Adit.

" Oh jadi tujuan kamu sekolah di SMA ini itu untuk nyusain temen kamu sendiri? Terus biar temenmu yang repot muter-muter cari barang-barang dan kamu bisa santai gitu di rumah? Dasar bodoh! " kata pandu semakin kesal.

" saya sendiri anu, kak... repot juga di rumah. Jadi saya ndak ada waktu buat cari bahan-bahannya. " jawab Adit diiringi air mata yang membasahi pipinya.

" banyak alesan kamu! Sekarang kamu pulang! Kamu sekarang saya ampuni! Tapi kalau besok kamu ulangi lagi, lihat saja! " tegur Wisnu.

" iya, kak. Maafkan kesalahan saya, kak. Saya ndak akan ngulangi lagi " jawab Adit dengan perasaan sedikit lega.

" cepat keluar! " teriak Pandu.

Secepat mungkin Adit meninggalkan ruang gelap yang sempit dan pengap itu. Meskipun Adit lega sudah diberi ampunan atas kesalahannya, Adit bergumam dan menyalahkan Rini atas kejadian tadi.

" dasar bego lu, Rin. Pake acara ngga masuk segala. Jadi gue kak yang kena imbasnya. Lihat aja lu besok. Ngomong-ngomong, ngapain ya dia ngga masuk? Tumben aja cewek se rajin dia nggak masuk di hari penting? " gumam Adit sambil mengayuh sepedanya.

Adit semakin penasaran sehingga dia memutuskan untuk melewati kediaman Rini untuk mengecek kenapa Rini tidak hadir hari ini.

" Wih, gila serem amat rumah Rini. Gue samberin nggak ya? Ahh, masa bodo. Yaudah ah, gue coba ketemu dia. Lagian kan barang-barang gue kan ada di dia. Kalo dia besok nggak masuk lagi kan tamat hidup gue. "

Setelah Adit memutuskan untuk turun dari sepedanya, dia mengetuk rumah Rini. Tak terdengar suara apapun dari dalam rumah Rini. Seakan-akan rumah itu sudah terbengkalai puluhan tahun. 

Setelah beberapa ketukan pintu yang tidak terbalas, akhirnya Adit memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya dan membeli barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan besok.

Keanehan mulai terjadi pada saat Adit menaiki sepeda merah jingganya yang baru. Tiba-tiba pintu rumah Rini terbuka dengan sendirinya. Tentu saja hal itu menarik perhatian Adit. Adit menatap kedalam rumah itu dadi kejauhan melalui pintu yang terbuka secara misterius itu. Lalu, Adit mendengar bisikan aneh saat dia menatap semakin dalam.

" pulang lah.. hati-hati.. "

Sontak Adit berteriak dan terburu-buru mengayuh sepedanya. Karena penasaran, dia menyempatkan untuk melihat kembali ke rumah Rini. Dia di kejutkan oleh sesosok gadis kecil berwajah pucat dengan salah satu mata yang menggantung dan perut yang sobek, serta usus yang menjuntai keluar. Gadis kecil itu melambaikan tanganya ke arah Adit yang sedang ketakutan. Lalu Adit menambah kecepatannya dan dia mencoba untuk tidak menghiraukan gadis kecil itu.

Tak lama kemudian Adit tiba di rumahnya. Dia bergegas untuk berganti baju dan tidur dengan tujuan melupakan apa saja yang terjadi pada hari ini. Tak lama akhirnya Adit pun tertidur.

Lalu Adit dibangunkan karena mimpinya yang cukup aneh. Dalam mimpinya dia melihat Rini berdiri di samping gadis berwajah pucat.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Saksi BisuWhere stories live. Discover now