BAB 7

49 15 6
                                    

Amsterdam, 11:30 pm.

Dingin nya malam tidak mengusik keberadaan gadis yang sedang berdiri di balkon kamar nya. "Gue kok ngerasa ada yang beda ya?" tanya gadis itu pada diri nya sendiri.

Gadis itu mengusap lengan nya. "Resiko jatuh cinta ya gini, ketika kita ingin memiliki tapi takdir yang tak ingin menyatukan." Ketika ia menunduk tak sengaja setetes darah jatuh ke tangan nya, ia hanya menghembuskan nafas dan segera masuk ke kamar nya untuk membersihkan darah di hidung nya.

-TakdirSenja-

Jakarta, 10:15 am

Setelah sekian lama berkutat dengan pelajaran Sejarah-- menurut pendapat Kelvin "Masa lalu itu dilupain, ngapain diingat bikin sakit hati aja" --akhirnya bel surga dunia berbunyi dan seluruh murid kelas IPS bersorak gembira termasuk Kelvin yang sudah berada di kantin-sebelum bel berbunyi-bersama Reza Artanabil sahabat karibnya Kelvin Syauqi Alfariq.

Sejak 10 menit mereka dikantin ini juga Kelvin membuat Reza menatap ngeri karena Kelvin tiba tiba tersenyum disampingnya. Cowok itu menempelkan telapak tangan nya ke kening Kelvin kemudian ia menempelkan telapak tangan nya itu ke pantat nya. "Panasnya sama kaya pantat gue. Wah ini mah sakit. Pantesan dari tadi senyum senyum gak jelas kaya gitu. Ini mah wajib, harus, kudu panggil Bu Endang buat nanganin Kelvin."

Kelvin sama sekali tidak menanggapi ocehan Reza. Ia malah tersenyum kemudian meminum jus Melon yang tadi dipesan nya.

Karena kesal akhirnya Reza memukul lengan Kelvin hingga tersedak. "Kampret lo Din"

Reza menatap heran kearah Kelvin. "Lo nyebut apa tadi? Din? siapa Din? Dini yang gendut ituu?" ia pun tertawa mengingat Dini anak IPA 1 yang body nya Brokoli--mirip Bu Endang.

"Najis" Kelvin pun ikut tertawa. "Bukan Dini. Din yang gue maksud itu Udin," ucapnya sambil terus tertawa.

Reza menatap datar Kelvin. "Lo tu kenapa sih seenak udel ngubah ngubah nama gue."
Kelvin hanya cengengesan.

"Ohiya btw Alhamdulillahh. Jengkol-nya gue udah balik lagi." Reza hanya nyengir tanpa dosa. "Gue bantuin lo Jeng. Berkat gue setan yang nemplok di lo udah ilang."

Kelvin menatap sinis kearah Reza. " Setan dari hongkong. Gue itu sehat wal-afiat."

" Sekarang sehat, tadi lo gak sehat Vin. Senyam-senyum gak jelas gitu, sumpah gue yang liat aja ngeri."

" Setannya itu lo. Gue cuma lagi senang aja."

"Lo mah emang temen yang kampret bin najisin. Kalo galau aja bagi bagi... sedangkan kalau seneng, gue dilupain. Oke Vin, putusin aja gue. Bunuh adek dirawa rawa bang"

Kelvin memukul pelan kepala Reza. " Siksa aja terus. Aku rapopo."

"Gue kemarin pagi kerumah Rhaya"

"o aja ya--- DEMIII APAAA??!!"

Kelvin menatap horor kearah Reza. "Berisik lo, macam emak emak Arisan."

"Demi Neptunus yang ada di Spongebob. Ngapain lo pagi pagi kerumahnya Rhaya, wah gila lo," ucapnya Reza. Ia menatap sinis kearah Kelvin, yang ditatap malah mengembang kempiskan hidungnya.

"Kalo gitu mah pupus sudah harapan gue. Temen nya Rhaya ada yang cantik gak ya, ah gue cabut aja deh."

"REZAAA.. lo mau kemana."

"Mau ngampelin Rhaya." Setelah kalimat itu lolos dari bibirnya, Reza langsung lari terbirit-ribit karena Kelvin sudah mengejarnya ditambah sudah ada sapu milik Mbak Intan--salah satu pemilik kantin-- sambil meneriakkan ancaman. "AWAS AJA LO ZA .. KALO KETANGKEP GUE GEBUKIN LO"

Takdir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang