#1

504 43 9
                                    

Menurut Flora, jadi remaja itu sulit.

Rasanya aneh ketika tubuhnya perlahan mulai berubah karena mengalami masa pubertas, meskipun mami sudah menerangkan tentang ini sebelum masa tersebut tiba. Rasanya aneh ketika ia harus mengalami sakit perut ketika tamu bulanannya datang, dulu Flora tidak pernah seperti ini. Gadis itu juga seringkali tidak mengerti, kenapa suasana hatinya berubah secepat roket lepas landas menjelang menstruasi? Sedetik ia merasa senang namun sedetik kemudian ia bisa merasa kesal. Ini aneh sekali.

"Hormon, Kak." Jawab maminya ketika Flora bertanya suatu hari. "Waktu mami masih remaja, mami juga begitu."

Flora mengangguk saja pertanda mengerti, meskipun sebenarnya masih penasaran kenapa hormon bisa berbuat semenyebalkan itu pada dirinya. Jujur saja, Flora sempat tidak menyukai perubahan fisik yang ia alami. Ia merasa terbatas melakukan sesuatu karena hal tersebut, Flora tidak bisa sebebas dirinya waktu jaman kanak-kanak.

"Memangnya kakak nggak malu lari-lari cuma pakai pakaian dalam begitu?"

"Kenapa harus malu? Mami selalu mengajarkan aku untuk tampil percaya diri, kan?"

Maminya tersenyum, "Sebagai seorang perempuan yang akan beranjak dewasa, kita harus belajar membiasakan diri bagaimana caranya bertanggungjawab dengan diri kita, dengan tubuh kita sendiri."

Flora ingat tentang sex education yang maminya berikan sejak kecil, terutama mengenai tanggung jawab dengan diri sendiri. Perlahan-lahan ia mulai mengerti, apa maksud maminya mengenai tanggung jawab akan diri sendiri dan mengapa kita perlu melakukan itu. Yah, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan-perubahan ini membuatnya kesal. Setidaknya saat ini Flora sudah mulai menerima perubahan yang ia alami pada tubuhnya, pada dirinya.

Hal lain yang membuat Flora berpikir bahwa menjadi remaja itu sulit; bagaimana mencari teman yang pas dan tepat.

Flora adalah remaja yang penasaran dan suka berteman. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Atas untuk mendaftar ulang, ia sangat antusias untuk berkenalan dengan banyak orang. Hari itu Flora tidak lagi diantar mami atau papinya karena mereka merasa putri pertamanya sudah cukup besar, sudah mampu melakukan proses administrasi sekolah sendiri. Di loket antrian pengambilan seragam, ia berkenalan dengan seseorang yang terlihat menyenangkan.

"Flora,"

"Hai aku Sonia,"

Kemudian mereka bertukar id line agar semakin akrab.

Tak lama kemudian, mereka mulai berbincang mengenai seragam dan segenap peraturan sekolah yang lain.

"Aku mau kecilin baju dan pendekin rok, Flo. Bareng yuk!"

"Buat apa?"

"Kamu mau pakai rok selutut banget?!"

"Hmm..." Flora mengaduk susu cokelatnya sembari berpikir, "Sebenarnya aku kurang suka model rok sekolah kita. Too plain for my likings."

Sonia menjentikkan jarinya, "Exactly!"

"Kalau kita ada di sekolah fashion aku rasa nggak masalah mau modifikasi rok."

"Flora," Sonia memutar kedua bola matanya pertanda sebal, "nggak perlu banyak mikir deh. Yuk, ah!"

"Nggak deh, masih siswa baru. Nanti aja kalau udah agak lama gitu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PreferensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang