Lagu berjudul pergi saja milik Geisha mengalun indah di rumah cewek itu. Ia begitu menghayati setiap lirik yang dibawakan vokalis band itu , pas banget, pikirnya. Cewek itu menghela napas keras, mau sampe kapan begini?
"Sukma, makan dulu sayang!"
"Iya, bentar lagi."
Kembali tertunduk lesu, ia merenung lagi, Memikirkan cowok yang sudah 3 bulan menyandang status sebagai pacarnya tersebut. Bukan ia sedang dilanda rasa kangen atau rindu dan sejenisnya akibat hubungan jarak jauh. Bukan juga sedang sedih memikirkan sang pacar sakit parah sampai koma berminggu-minggu.
Bukan semua itu.
Gadis itu saat ini sedang sedih, memang betul. Tapi permasalahannya lebih rumit daripada yang disebutkan diatas tadi.
'Ah lagian kenapa gue bisa ampe segitu cintanya sih sama dia!'
Kepalanya mendongak menatap langit malam yang begitu cerah berbintang seakan menertawakan nasibnya. Lagi, ia menghela napas, merasa bingung harus bagaimana? Ia sangat bosan, lelah, dengan semua kisah cintanya yang drama dan sinetron banget.
Beranjak dari duduknya, gadis itu mencari-cari handphone yang biasanya ia taruh diatas nakas. Dahinya mengernyit ketika tak melihat benda yang dicari, jari telunjuknya ia ketuk-ketukkan di depan bibir sambil berusaha mengingat dimana terakhir kali ia menaruh benda pipih itu.
Seakan bola lampu muncul diatas kepalanya seperti di film-film kartun, ia menjetikkan jarinya, kemudian segera berlari tergesa sampai tak sadar ada sebuah kabel kecil menyandung kakinya.
"Aduh!"
Posisi jatuhnya sangatlah elegan. Terjengkang dengan muka menyentuh lantai duluan, sukses membuatnya merutuk berkali-kali.
"Siapa sih yang naro charger-an sembarangan gini!"
Sukma terus mengaduh sambil menahan rasa sakit yang mulai nyut-nyutan diwajahnya.
'Ohiya! Kan gue yang naro disitu karena buru-buru kemaren. Duh bego banget sih gue!'
"Sukma, ayo keluar! Betah amat sih dikamar, itu makanan nya ntar keburu dingin!"
"Iya bu! Aku beresin kamar dulu."
Huft.. untung ibunya tak mendengar suara kegaduhan yang ia ciptakan. Sambil mengelus-elus kepala, sukma bangun dan meraih gagang pintu dan memutarnya. Dengan gontai, ia berjalan menuju meja makan dan dihadiahi tatapan heran dari ibunya.
"Kamu sakit?"
"Enggak bu, lagi kecapekan aja kebanyakan tugas."
"Gapapa atuh itu mah, bagus!"
Sukma mencebik, ibunya memang seperti itu. Jika sudah berhubungan dengan sekolah dan tugas-tugas manjanya itu, selalu semangat berapi-api,Tak peduli apapun alasannya. Pernah suatu ketika saat sukma dilanda pusing yang teramat sangat karena menangis semalaman, ia berniat tak masuk sekolah dan izin karena sakit. Tapi, ibunya tak mengizinkan dan bilang bahwa penyakit pusing itu semua orang mengalami, dan bukan penyakit berat sehingga ia tak harus izin absen masuk sekolah. Dan, akhirnya sukma tetap masuk sekolah walau badannya sempoyongan macam orang habis dugem sampai pagi.
Alhasil, ia tak fokus. Pikirannya hanya tertuju pada kasur uks atau kasur kamarnya. Ia sangat pusing juga sangat lelah, sungguh, biasanya ia tak selemah itu. Dan itu semua,karena dia. Andai dia semanis sang mantan.
Ah..mantan ya?
Bahkan sampai detik ini pun Sukma tak dapat melupakannya. Salahkan saja dia yang senyum nya secerah matahari, dia yang mulutnya selalu berkata manis hingga rasanya jika diibaratkan gula, mungkin Sukma sudah diabetes karena sangking sering mengkonsumsinya, dia yang selalu memberinya perhatian, dan masih banyak lagi yang si dia lakukan padanya. Hanya segitu? Ya,hanya segitu. Lalu kenapa? Sukma memang sudah dibutakan oleh cinta, hingga saat ini. Tapi itu dulu, sebelum sang mantan pacar memutuskannya karena berbeda pendapat.