Pagi yang cerah menyapa ribuan manusia yang mulai berlalu lalang untuk menjalani hari baru mereka di tempat yang menjadi pusat manusia di Korea Selatan kota besar yang tak pernah tidur, Seoul.
Dari yang berjalan berpayung matahari hingga mereka yang menunggang kuda besi dengan berbagai kelas mereka masing-masing. Seoul dengan segala hal yang menyertainya.
Dan bagian lain dari hari ini adalah dimana seorang lelaki berparas lembut dengan bibir merah mungil tengah menatap keluar jendela yang menampakkan berbagai macam orang-orang yang berlalu lalang dibawah sana, terlihat seperti sekumpulan semut yang berjalan, menyapa bahkan hingga bergegas..
'Mungkin ada pekerjaan penting yang menanti pria itu' batin lelaki berkulit putih pucat yang hanya berbalut kemeja hitam, tampak sedikit lebih besar dari tubuhnya. Melipat kedua tangannya diatas dada dan menyenderkan tubuhnya di kusen jendela bernuansa abu-abu tersebut menikmati suasana pagi yang dapat ia lihat dari gedung ini.
"Jangan melirik yang lain Yoongi."
Bisikan tiba-tiba yanh terdengar oleh telinganya membuat pria bernama Yoongi itu sedikit tersentak, bahkan dengan lancangnya lelaki dibelakang Yoongi kini menyelipkan kedua tangannya memeluk Yoongi dari belakang dan mengendus perpotongan leher Yoongi."Apa kau mengira mataku seperti kaca pembesar, Jimin? Bahkan mereka terlihat kecil seperti semut."
Jimin terkekeh pelan. Kekasihnya ini, polos sekali. Namun menggairahkan bila sudah berurusan dengan ranjang."Jangan berdiri disini Yoongi."
Jimin mengendus kembali perpotongan leher Yoongi. Menyamankan posisinya dengan memeluk Yoongi lebih erat."Semua orang bisa melihatmu, dan aku tak suka itu."
Jimin memejamkan matanya, merasakan kenyamanan yang tiada duanya ketika ia menyandarkan dagunya di bahu Yoongi. Inilah 'rumah' dimana Jimin kembali pulang."Jangan konyol Jimin, bahkan tempat kita berdiri di lantai paling atas."
Yoongi mengusap punggung tangan Jimin yang berada diatas perutnya tanpa berniat mengubah posisi yang membuatnya nyaman. Jimin hanya menanggapi celotehan Yoongi dengan deheman rendah suara khas bangun tidur yang membuat Yoongi sedikit meremang.Salahkan pria bernama Park Jimin dengan segala ke-sexy-annya.
Jimin masih menutup matanya, menikmati aroma tubuh Yoongi yang bercampur dengan aroma tubuhnya.
"Tidak pergi ke kantor?"
Yoongi menoleh, memandang kesamping dan mendapati wajah Jimin yang begitu dekat dengan wajahnya. Yoongi tersenyum, Jiminnya ini tak pernah berubah."Tidak. Ini Sabtu. Waktuku untuk Min Yoongi."
Jimin membuka mata sembari melepaskan pelukannya pada Yoongi, membuat Yoongi memutar tubuhnya menatap Jimin yang sedang mengangkat sebuah single sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Otot-otot tubuh Jimin ketika makhluk tampan itu bergerak membuat perut Yoongi seakan digelitik menciptakan desiran aneh. Otot punggung, bisep dan perut six packs Jimin begitu sempurna. Membuat Yoongi berpikir, apakah sebelum dengan dirinya ada yang pernah menyentuh pahatan sempurna Tuhan pada tubuh Jimin itu.
Hatinya merasa sesak ketika membayangkan, tangan-tangan itu meraba dan menikmati setiap inchi tubuh Jimin, bibir lain mengecup setiap jengkal barisan otot perut Jimin.
"Tidak."
Yoongi menggeleng keras, ia tidak menginginkan itu terjadi. Park Jimin adalah Jiminnya. Jiminnya Yoongi.
Sang objek pemandangan tidak menyadari perubahan raut wajah Yoongi, ia masih sibuk dengan single sofa yang kini sudah ia letakkan di hadapan Yoongi."Jimin."
Jimin mengalihkan pandangannya menatap Yoongi yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ada apa dengan Yoonginya? Yang sedetik kemudian sudah berlari dan menghambur dalam pelukannya."Ada apa sayang? Sesuatu mengganggumu?"
Jimin langsung membalas pelukan Yoongi sambil mengusap kepala Yoongi dan sesekali mencium pucuk kepala kekasihnya itu.
Tak ada sahutan, hanya gelengan kepala yang Jimin rasakan."Jadi ada apa eum?"
Jimin mundur kebelakang, menarik Yoongi mengikuti langkahnya tanpa melepaskan pelukan mereka. Jimin mendudukkan dirinya diatas single sofa yang baru saja ia pindah, membawa tubuh Yoongi duduk dalam pangkuannya dengan masih memeluk tubuh Jimin dengan erat."Jangan pernah tinggalkan aku, sekalipun ada orang lain yang jauh lebih menarik dibandingkan diriku."
Jimin tersenyum, dengan erat memeluk tubuh Yoongi yang semakin mengeratkan diri seakan ingin menyatukan tubuh mereka berdua. Baru kali ini Min Yoongi mengucapkan kalimat yang begitu cheesy."Sesuatu telah terjadi eum?."
Bukannya menjawab, Jimin melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat ia penasaran kenapa Yoongi-nya menjadi seperti ini."Tidak. Aku hanya takut orang lain menggodamu karena kau terlalu sialan."
Seksi teriak Yoongi dalam hati untuk satu kata terakhirnya. Ia tidak ingin meneriakkannya langsung dihadapan Jimin, karena ia tak ingin dipandang murah oleh Prianya tersebut.Inilah yang Jimin cintai dari seorang Min Yoongi, serangan tiba-tiba yang tak pernah bisa Jimin tebak dari Yoongi. Yang menambah sederet tingkah menggemaskan seorang Min Yoongi di mata Park Jimin.
"Aku memang Sialan sayang,,,"
Hati Yoongi terasa nyeri mendengar ucapan lirih yang keluar dari mulut Jimin. Sepertinya ia salah berucap hanya karena pemikirannya.
"Tapi perlu kau tau, aku adalah seorang Pria yang terjatuh pada pesona dan cinta seorang Min Yoongi. Yang membawa hatiku kembali setelah lama tekubur dalam palung kegelapan."
Jimin tersenyum lagi, mengecup kening Yoongi dan mengusap lembut kedua pipi Yoogi yang tengah bersemu."Aku mencintaimu Yoongi. Bukan karena alasan kenapa aku mencintaimu. Tapi karena kau adalah Min Yoongi, hanya Min Yoongi bukan yang lain."
Salahkan pipi Yoongi yang semakin menghangat karena ucapan Jimin. Kedua mata mereka saling memandang, memancarkan kesungguhan dan ketulusan secara bersamaan. Jemari Jimin masih setia mengusap lembut pipi Yoongi, semua hal pada diri Yoongi adalah nikmat Tuhan yang tak akan pernah Jimin dustakan."Apalagi jika kau mendesah dibawahku dengan menyebutkan namaku. Mengingatnya membuatku ingin melakukannya bersamamu."
Jimin menyeringai saat merasakan tubuh Yoongi menegang karena kalimat yang baru saja ia bisikkan. Namun sebelum segala sumpah serapah keluar dari mulut Yoongi, Jimin sudah terlebih dahulu membungkam dengan mulutnya.
Melumat bibir bawah dan bibir atas Yoongi secara bergantian, dan mengulum lidah Yoongi ketika kesempatan itu datang.Menghabiskan pagi hari dengan berolahraga berselimutkan gairah membara yang menuntun keduanya pada surga dunia yang memabukkan.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin? Yoongi's!!
RomanceNikmat Tuhan yang tak akan pernah aku dustakan-, Park Jimin Boys Love With Top Jimin and Bottom Yoongi. This story is not for underage. Mature Content