Author pov
Sepertinya saat ini Tasya sedang membutuhkan keresek untuk menutupi wajahnya yang memerah karna malu. Kenapa? Karna tadi ia terjatuh ditengah-tengah koridor bersama Billal. Kalo dipikir-pikir ga perlu malu, karena Tasya dikenal sebagai anak yang jail dan suka membuat orang tertawa karena tingkah nya yang lucu. Jadi ia jatuh pun tidak usah malu.
"Elo sih! Jadinya gue jatoh" ucap Tasya lalu memukul bahu Billal pelan.
"Kok gue?" Tanya Billal sambil menunjuk dirinya sendiri. Tasya hanya menggerutu kesal sementara Billal hanya tertawa kecil.
Tanpa pamit atau papaun, Tasya masuk kedalam kelasnya. 1 pelajaran lagi akan ia laksanakan tapi guru tak kunjung datang. Bagus. Maka murid-murid akan dengan bahagia nya mengakatakan 'Woi! Guru ga akan dateng! Jadi kita bebas!' Dan selanjutnya mereka akan bersorak gembira.
1 jam kemudian...
Benar! guru itu tidak datang dan sedari tadi kelas riuh dengan ocehan anak-anak yang sedang menikmati free class hari ini. Berbeda dengan Tasha yang hanya sekedar membaca novel, memainkan hp nya, atau hal-hal kecil lain nya. Dari situ, Tasya bisa melihat Pita yang sedang dimanfaatkan oleh Cindy dan antek-antek nya sementara Pita terlihat tidak senang diperlakukan seperti itu.
'Teeeeeeeeeeetttttttt!'
Tasya segera memasukan beberapa buku dan alat tulis nya kedalam tas. Ia tidak berniat untuk pulang pada jam segini, Tasya memilih untuk melangkahkan kaki nya menuju kantin sekedar untuk membeli minuman atau bergabung dengan anak-anak lain yang ia rasa kenal.
Nihil. Kantin sepi hanya ada beberapa orang dan Tasya tidak mengenalnya.
"Bang, milkshake oreo 1" ucap Tasya berdiri disalah satu kios kecil yang berada dikantin. Tak lama si penjual memberikan 1 cup milkshake oreo pada Tasya. Dan Tasya memberikan uang lembar 5000 lalu melangkah kembali menuju kelasnya.
Kelas nya sudah lumayan sepi, tapi tidak dengan kelas lain yang masih cukup ramai. Tasya melangkahkan kaki nya menuju lapangan yang terdapat beberapa anak laki-laki yang sedang bermain basjet. Ketika bola basket itu menuju kearah nya, Tasya segera menangkap dan mendribel lalu melakukan lay up dan bola itu masuk tepat mengenai ring. Tasya hanya bersorak 'yes'.
"Cie basket nya jago" ucap seseorang yang tak lain suara nya berasal dari arah belakang. Tasya sedikit terkejut ketika melihat Davin, yang tak lain adalah kapten tim basket disekolah ini. Davin juga adalah senior nya.
"Eh? Ga kok kak biasa aja" Tasya gelagapan sendiri. Ia sedikit bingung, salting, malu dan gugup ketika Davin menghampiri nya.
"Kapan-kapan kalo ada lomba tim basket putri ko bisa ikut dong" ucap Davin dengan senyum manis nya yang membuat para kaum hawa tergila-gila pada Davin.
"Gue ga bisa basket kak" Tasya sedikit mengelak ucapan Davin. Davin tersenyum lalu memberi isyarat pada seorang laki-laki untuk melemparkan bola pada nya.
"Yakin gabisa? Yuk lah test sama gue" Davin mulai memantul-mantul kan bola nya dan menunggu jawaban dari Tasya. Tasya mengangguk dan mereka pun mulai bermain-main dilapangan. Tidak banyak yang melihat mereka hanya anggota paskibra yang sedang latihan, atau anak-anak yang sekedar bermain atau menunggu jemputan.
Tasya memang mahir dalam memainkan permainan bola besar seperti volly, basket, futsal dan lain-lain. Ia sempat belajar dari papa nya saar masih kelas 1 SMP dulu sehingga bisa membawa nya hingga sekarang. Tasya memberi isyarat pada Davin untuk berhenti karena ia sudah benar-benar kelelahan. Tasya menjatuhka tubuh nya dilapangan dan duduk selonjoran disana, sementara Davin ia masih sibuk melakukan beberapa gerakan-gerakan didalam permainan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionGue ga tau kalo takdir yang gue alami ini ga kaya yang gue bayangin. Tapi gue bisa apa? Yang nama nya takdir ga bisa diubah sama siapa pun kecuali Tuhan sendiri. ~Tasya Apa pun takdir yang gue miliki, gue akan slalu siap dengan itu. Gue akan berusah...