PROLOG

32 4 0
                                    

Sweet Talker

***

"Jangan mengulangi kesalahan Diana!!" Bentakan keras itu terdengar bersamaan pecahnya pot bunga yang dilempar ke lantai.

Pria bertubuh tegap ini sangat terlihat sedang marah besar. Urat-urat ditubuhnya menimbul. Wajah nya merah padam. Keringat dingin pun mulai bercucuran kala pertengkaran ini kembali terjadi.

Wanita di depannya menangis hampir sesegukan. Dia masih tetap pada posisinya terduduk dengan tangan menggenggam sebuah kotak kecil berwarna biru malam yang ia sembunyikan dibalik baju tebal yang ia kenakan.

Wanita ini mendongak, matanya terlihat memerah. Entah untuk yang keberapa kalinya kah dia menangis hari ini. Dia merasa sangat tertekan.

"Aku sudah lelah dengan keadaan seperti ini terus-menerus"

Pria di depannya semakin terlihat bengis, Derren mengacak rambutnya kasar. Dia sungguh tidak tau lagi bagaimana menghadapi wanita keras kepala yang dicintainya ini. Kesabarannya menipis.

Ya Derren rasa, dia harus menjadi semakin tega. Dia sangat membenci keadaan yang memaksanya ini. Derren menatap muak wajah Diana. Dia maju beberapa langkah dan berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Diana.

Dagu Diana dicengkram Derren kuat "Saya sudah bilang jangan membuat saya harus kembali menjadi orang yang tidak punya belas kasihan kan?"

Derren melihat Diana mengagguk ragu mengiyakan perkataannya.

"Lantas kenapa kau melanggar?" mata Derren berkilat marah. Menatap tajam tepat pada manik mata Diana.

Derren mengelus sesuatu yang awalnya sangat mereka dambakan.

"Maafkan Papa karena sudah tidak mengharapkanmu sekarang" ucapnya dingin. Derren menatap Diana. Perempuan itu nampak menguatkan diri.

Terlambat sudah. Nasi telah menjadi bubur. Kejadian yang terasa sangat cepat ini tidak dapat memungkiri dampak terburuk yang ternyata akan terjadi. Penyesalan memang datang diakhir bukan?

Ya, mereka baru menyesali karena Diana telah mengandung selama 7 bulan.

Diana pucat pasih saat Derren nampak menekan sedikit perutnya. Diana merasa kalut.

"Apakah saatnya?", pikir Diana.

Derren menatap lagi Diana, Diana seakan tidak rela dengan apa yang sedang terjadi.

Derren mengambil pisau dari atas meja di belakang tubuh Diana. Derren yakin dia harus melakukannya sekarang.

Sweet Talker: Now That I've Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang