Part 1

21 3 0
                                    


Ale tengah berlari di koridor kelas dua belas, dirinya tetap berlari meski teriakan orang-orang yang bersinggungan dengan tubuhnya mengumpat tidak suka.

Dirinya baru berhenti ketika melihat pintu kelas XII IPA 1 tepat dihadapannya, "Kakak!"suara Ale mengelegar, menyebabkan aktifitas orang-orang yang tengah melakukan kegiatan terhenti seketika.

Mata Ale mengitari kelas dengan seksama dan matanya terhenti pada pria yang melotot galak kepadanya. Bukannya takut Ale malah melangkah maju dan berdiri dihadapannya.

"Gawat Kak, Kak Andra lagi berantem sama Bram di koridor kelas sepuluh. Ayo buruan Kak, nanti Kak Andra malah makin rusuh." Tangan Ale tak henti-hentinya menarik lengan seragam Kakak tertuanya.

'Ck. Sial anak itu gak bisa tenang apa sehari aja.' Xander berlari keluar kelas diikuti Ale dibelakangnya. Mereka berlari tanpa henti dan tanpa memperdulikan sekitarnya. Karena fokus utama mereka adalah si biang kerok Aleandra.

Di depan kelas sepuluh Andra tengan adu mulut dengan Bram, teman seangkatannya yang tengah naksir berat pada adiknya Ale. Dirinya tidak terima ketika tau motif tersembunyi Bram yang mendekati adik bungsunya.

"Elo bisa kan cari cewek lain, kenapa adek gue?" suara Andra terdengar mendesis tajam.

Bukannya takut Bram malah memandang Andra dengan senyuman di bibirnya, "Brother complex banget lo, Ndra?"

Mendengar itu Andra mendaratkan satu pukulan telak dirahang Bram, sampai membuat cowok itu terpelanting kebelakang dengan sempurna. Tanpa menunggu aba-aba Andra langsung menerjang Bram yang tak berdaya di bawah hujaman tangannya yang semakin membabi buta. Orang-orang yang tengah menyaksikan adegan itu tak ada yang berani melerai, karena mereka takut pada Andra si gila dari kelas XI IPA 2.

Tepat saat Andra akan menendang perut Bram, Xander memeluknya dari belakang. Mengunci pergerakannya dan menyeretnya pelan.

"Diem ato lo mau masalah ini jadi makin rumit?" Xander membisikkan ancamannya tepat di samping telinga Andra. Membuat Andra diam membisu seketika.

Melihat Kakak keduanya tenang, Ale mendekat dan mengusap lengan Kakak keduanya dengan perlahan. "Cukup Kak, jangan diterusin. Ale gak papa kok. Ale gak mau bikin Kak Andra kena masalah. Sekarang ayo balik ke kelas?"

Melihat Andra diam, Xander melepas dan membiarkan Ale menuntunnya kembali ke kelas. Dia menghela nafas lelah dan membantu Bram merapikan bajunya.

"Gue bukan Andra yang bakal dengan gampangnya adu jotos. Tapi," Xander mendekatkan mulutnya di samping kepala Bram yang tengah menatapnya tajam, "kalo lo maen-maen sama adek gue, dan bikin masalah sama kayak yang lo lakuin sama temen-temen lo sekarang. Jangan harap gue bakal diem aja. Paham?" melihat Bram diam dia menepuk pundak kanannya dua kali lalu berlalu pergi.

Kerumunan orang-orang juga mulai menipis, karena kejadian baku hantam bukan kejadian pertama kalinya, apa lagi penyebabnya Andra.

Sudah biasa..

***

Ale membawa Andra ke kelasnya, karena sebentar lagi bel berbunyi dan tidak mungkin membawa Andra ke kelasnya dalam kondisinya yang kacau seperti sekarang.

Kelas Ale kosong karena anak-anak sudah pasti langsung ke Lab dilantai dua untuk mengikuti pelajaran kimia, jadi Ale punya kesempatan untuk menenangkan Kakak keduanya dengan tenang.

"Kak," suara Ale mengalihkan fokus Andra dari papan tulis.

"Hmm."

"Kakak gak usah semarah itu sama Bram, Ale tau kok Bram cuma mainin Ale. Jadi Ale pingin mainin Bram juga. Jadi.." kalimat Ale terhenti karena tangannya dicengkram oleh Andra. "Sakit, Kak!" Pekik Ale tertahan.

"Kalo lo tau harusnya lo jangan maen sama dia!"

"Ale pingin ngasih pelajaran sama Bram aja, Kak?"

"Bukan dengan ngasih tubuh lo sama dia juga kali, Le. Lo adek gue. Gue bakal ngejaga elo. Dan lo malah ngasih apa yang gue jaga sama cowo brengsek macam dia," suara Andra sedikit meninggi.

"Ale gak kayak gitu Kak, Ale cuma jalan sama Bram dan kita mampir ke rumah dia buat ngambil barang tertinggal aja, gak lebih."

"Itu modus dia aja, Ale sayang," Andra gemas melihat adeknya yang polos tapi sok bertingkah nakal itu.

"Iya deh, Ale salah. Jadi udah ya. Sekarang kakak tenang dulu, sama ini makan kue yang dikasih Melda buat Ale."

Andra tersenyum dan mengelus puncak kepala Ale dengan sayang. Dirinya memang sayang kepada adiknya. Adik yang baru dia tau bahwa tidak sedarah dengannya. Dengannya dan dengan kakak tertuanya. Gadis itu adalah Alexia. 

AleAndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang