15. Pelarian

7 0 0
                                    

"Gimana Za?"

"Hp yang hitam mencurigakan. Karena ada beberapa pesan dari nomor yang berbeda."

"Isinya?"

"Pengirim minta Kak Vany untuk janjian di suatu tempat."

"Kalo hp satunya?"

"Gak ada yang aneh."

Asya mengangguk paham.

"Bisa diselidikin Za nomor nya?"

"Gak bisa kak. Nomor nya gak aktif. Kayanya cuman sekali di gunain terus di buang deh."

"Berarti kalo gitu kita cuman bisa nungggu ada pesan berikut nya?"

Arza mengangguk.

"Yaudah gue mau keluar janjian sama Laura."

"Hati-hati."

Asya mengangguk. Lalu keluar dari ruang kontrol dan mengendarai mobil menuju salah satu kafe tempat Laura sudah menunggu dirinya.

"Kenapa harus kafe ini?" gumam Asya. Kafe yang sama dengan tempat meninggalnya Davian dan Ressy.

Asya menarik nafasnya saat melangkah maju menuju kafe tersebut.

Pandangan nya mengitari seluruh kafe yang sudah banyak perubahan dari terakhir dirinya ke tempat itu.

"Asya!!!" panggil seorang wanita. Itu Laura. Asya menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum ke arah Laura.

"Kenapa harus di kafe ini sih Ra?" tanya Asya.

"Kenapa? Ini kafe nya terkenal tau. Pizza sama kopi nya paling enak."

Pizza. Gumam Asya. Itu makanan kesukaan Asya saat masih ada Davian. Tidak dengan sekarang. Asya sangat menghindari makanan itu. Alasan nya satu, ia akan merindukan Davian saat melihat pizza.

"Gak apa-apa sih." Asya langsung duduk di sebelah Laura.

"Sya ada apa ngajak ketemu?"

"Ah ya gue lupa. Gue mau tanya lo tau rumah Vany?"

"Tau kok. Gue pernah sekali nganter dia kerumah."

"Minta alamat nya dong."

"Mau ngapain emang nya?"

"Nanti gue jelasin kalo udah pasti."

"Kebiasaan bikin gue penasaran deh." Laura menulis alamat rumab Vany di salah satu kertas.

"Ini. Janji ya lo bakal kasih tau gue."

"Iyaa pasti. Yaudah thanks ya gue ada urusan lagi." Bohong. Asya ingin segera keluar dari kafe ini. Hatinya terasa sakit dan pikiran nya mengingat kembali kejadian di malam itu.

"Udah gitu doang? Cuman minta alamat sampe ngajak ketemuan? Gak bisa pake hp gitu Sya?"

"Hahhaha seneng aja ngerjain lo."
"Sialan" Asya langsung bangkit dan berjalan keluar kafe.

"Sudah lama mba gak kesini." ucap salah satu petugas kafe. Hal itu sangat mengejutkan Asya.

Asya mengingat wanita dihadapan nya. Dua tahun lalu wanita muda ini yang sering membawa pesanan untuk dirinya.

"Ah ya. Kebetulan saya janjian sama temen disini."

"Mba apa kabar?"

"Saya sehat."

"Oh ya mba. Kami disini masih simpan barang-barang milik temen mba."

"Barang? Punya teman saya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Shoot With Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang