C1

21 2 0
                                    

Lampu merah redup menyala menghiasi ruangan itu. Terlihat hangat dan tenang, namun sedikit kesan horror diruangan yang notabene adalah kamar seorang pemuda berumur 14 tahunan.

Memang suatu kebiasaan William setelah selesai belajar tak akan lagi menyalakan lampu putih terangnya, ia hanya akan menyalakan lampu apabila mendadak diperlukan.

"Aku bosan untuk hidup.." ucapnya sembari berjalan mendekati balkon rumahnya. Menuju balkon dan menatap gemerlapnya cahaya lampu London kota. Terlihat London eye yang masih setia berputar lamban dan juga terlihat gedung pencakar langit yang semakin hari semakin mempersempit wilayah kota ini.

William, anak seorang pejabat kaya penggagas proyek tanah reklamasi di Inggris Raya. Lebih dari kata sempurna ketika melihat sosok laki laki ini, tinggi - putih - bermata coklat hazel memikat - kaya - tampan - rajin dan juga cerdas. Apa yang kurang coba?

Tapi bagi William hidup ini terasa monoton. Karena apa? Apa yang ia harapkan telah tercapai, hal yang ia inginkan selalu ada didepan mata, sesuatu yang ia impikan selalu terkabul karena semuanya dapat dibeli dengan harta. Tapi ada yang kurang menurutnya. Tapi apa? Ada sesuatu hal yang menurutnya kurang, yaitu ia selalu mendambakan suatu kehidupan yang berupa perjuangan yang nyata, karena selama ini ia tertolong dengan kehidupan serba kecukupan karena nama orang tuanya yang sangat kaya dan tersohor di seluruh pelosok negri.

"Rasanya hidup ini seperti, ... ahh sudahlah" berlalu menutup pintu balkonnya dan menuju ke kasur king sizenya.

Memantapkan posisi tidurnya. Dan zzzzzzz....

*******

"Kau harus mencari pemilik senter itu. Cahayanya akan menyempurnakan penyegelan monster mengerikan yang akan menguasai dunia dengan sihirnya. Tanpa nya ritual ini akan jadi percuma, buatlah sebuah ikatan yang akan mempererat hubungan kalian, jadilah cahaya bintang yang selalu bersinar terang di langit. Aku percayakan ini padamu... terimalah.... wusshhh "

ctakkk

^^ "TIDAKK!!" Bangkit dari tidurnya. hoss... hoosshh.. hossh..."apa yang yang terjadi" memegang dahinya yang berkedut. "Mungkin aku terlalu banyak bermain game, sampai sampai kebawa mimpi.. ahhhh.. kau bisa gila.." geram laki laki yang terbangun dari tidurnya itu.

"Gavin! Ada apa?" Tanya Nyonya Angela ibunda Gavin dikamar anaknya

"Tidak.. tidak apa apa" jawabnya menjawab pertanyaan ibunda Gavin

"Kau mimpi buruk?" Tanya Nyonya Angela

"Mungkin. Tidak!" Jawab Gavin menyela

"Apa maksudmu?" Sahut ibundanya lagi

"Mimpi itu.. seperti.." Gavin memotong pernyataannya

"Seperti? Seperti apa?" Tanya ibunda Gavin lagi karena pernyataan Gavin terdengar ambigu

"Tidak! bukan apa apa, mungkin aku lelah bermain game, jadi terbawa ke mimpi" jelas Gavin panjang lebar

"Baiklah, minum air ini dahulu biar sedikit tenang" pinta nyonya Angela pada Gavin. "Sekarang tidurlah, kau besok akan sekolah, dan jangan lupa berdoa. selamat malam sayang" Nyonya Angela mencium kening Gavin dan berjalan keluar dari kamar Gavin.

Krieett... dug..
Dap.. dap.. dap.. dap

Suara pintu terdengar ditutup oleh seseorang yang sekarang berjalan menjahui ruangan yang Gavin tempati. Tepatnya kamar Gavin.

"Sepertinya ibu sudah pergi" lirik Kevin kearah pintu. Dan duduk bersila memikirkan apa yang dimimpinya tadi

"Tidak mungkin, itu bukan mimpi biasa. Tapi..." fikirnya ragu

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang