Prolog

12 1 1
                                    

Sudut-sudut ingatanku..
Sebuah piano coklat mengambil ruang di satu sisi..
Aku ingat waktu itu..
Piano cokelat yang begitu indah..

Tapi tidak begitu indah jika dibandingkan dengan dirimu..

*****

Ku langkahkan kakiku pelan. Netraku terus mengamati satu persatu lukisan yang terpajang di permukaan dinding berwarna putih ini. Mengesankan. Hanya kalimat itu yang dapat keluar dari mulutku. Semua lukisan disini terkesan hidup, dan memiliki hasrat dari pelukisnya. Hebat, sangat hebat.

Kakiku terus melangkah dan netraku terus mengamati setiap inci dari lukisan yang aku lalui. Terus begitu, sampai saat aku menghela napas pelan dan menoleh kearah kananku. Ku naikan sebelah alisku keatas, ku lihat jam tangan yang melekat dipergelangan tanganku.

'Baiklah, jam masih menunjukkan pukul 1 siang dan setahuku galeri seni ini, tutup pukul 4 sore'batinku.

Ku edarkan perhatianku kepada sekitar, baik benar-benar hanya ada aku disini. Jam ku yang salah atau...

"Pak! permisi ini jam berapa ya?"ucapku kepada pria paruhbaya yang baru saja memasuki galeri lukisan, tempat ku berada.

"Jam 1.., memangnya ada apa anak muda?" jawab pria paruhbaya itu. Baik jam ku sama sekali tak salah, rusak pun tidak. Tapi, dimana yang lain?.

"Oh tidak, aku hanya bingung saja..galeri lukisan sepi sekali padahal tadi ramai"ucapku sambil tersenyum lega.

"Oohh, mungkin karena ada pertunjukkan di galeri musik sana...Apa kau tak ingin menontonnya nak?"ucap pria paruhbaya itu memberitahuku.

"Oh..baiklah aku akan coba menontonnya, apa paman tak apa aku tinggal disini?"tanyaku.

"Tak apa..pergilah"ucapnya ramah dengan senyum yang terukir.

"Baiklah, aku permisi dulu"ucapku sambil mengulas senyum.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju galeri musik yang berada tepat diseberang galeri lukisan ini. Telingaku menangkap dentingan piano menganlun indah dan tepat saat aku berada di galeri musik, netraku melihat piano coklat yang indah berada diatas panggung kecil diujung galeri ini. Piano itu terlihat sangat klasik dan anggun. Namun aku paham, bukan piano itu yang menjadi pemikat pengunjung disini. Tapi, seorang gadis berambut hitam panjang, dengan wajahnya yang terukir indah. Tidak, sangat indah tanpa cacat. Ya, gadis yang tengah memainkan piano klasik disanalah daya tariknya. Dialah pemikatnya.
.
.
.
.
Hi, guys.
Salam kenal,, sorry kalo jelek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

There For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang