Pernah merasakan dada mu sesak? Sangat sesak sampai rasa nya kau sulit bernafas? Ah.. Sebenarnya bukan sulit bernafas, tapi kau memang menahan nafas mu, sebab kau tau, saat nafas mu berhembus, detik itu juga isakan tangis mu akan terdengar.
Pernah merasakan kepala mu penuh dengan berbagai macam masalah hingga rasa nya ingin meledak, namun tak ada satu pun orang bisa kau ajak bercerita. Sekedar berbagi meski tak mengharapkan setetes keringat pun dari mereka untuk membantu.
Bukan karena kau tidak punya teman untuk berbagi cerita. Kau punya. Tapi kau tau, tidak ada satu pun orang yang dapat mengerti.
Tidak teman, tidak kekasih, tidak keluarga.
Kau sendiri.
Lalu apa yang akan kau lakukan?
Menangis kah?
Percayalah bahkan mata pun sudah bosan berlinang.
Berteriak?
Aku tau kau ingin. Namun lagi lagi kau tak bisa. Kau tau jika teriakan mu hanya akan memperburuk keadaan. Setidak tidak nya kau akan di anggap gila.
Lalu apa?
Tersenyum.
Hanya itu yang bisa kau lakukan.
Senyum palsu yang menunjukkan bahwa kau baik baik saja. Kau sehat. Tanpa luka dan goresan sedikit pun.
Oh, jangan lupa dengan tertawa. Itu juga hal penting untuk menutupi luka mu.
Lagi pula, tidak akan ada yang meneliti pupil mu dan melihat bahwa kau, tersakiti. Bahwa kau, telah menjadi pesakitan.
Selamat.
Selamat menjadi manusia dengan seratus senyum palsu di bibir. Juga seribu luka dihati. Hitung pula sejuta kecewa yang kau rasa.
Sekali lagi, kau sendiri.
Silahkan nikmati luka mu, seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Short StoryA novel that conveys some stories about : Broken. Sad. Lonely. Hurt. Upset. Alone. Depressed. Suicidal. Angry. Hateful. Breaking down. Screaming. Dead. Empty. Nothing. Crying. Shouting. Giving up. Hiding. Wearing a mask. Cutting. Horrible. Down. Hol...