☆•°•_•°•☆
"Kau tahu, 'kan? Aku sudah tidak menyukaimu lagi."
Kata-kata yang didengarnya tak bisa ia tolak. Terlalu sakit untuk ia dengar. Apalagi dengan beraninya, pria itu menyatakan perasaan itu di depan umum—lebih tepatnya di lobby utama sekolah. Hal yang paling tidak pernah ia duga di hari yang mendung ini.
Hyunra. Gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya. Matanya terasa berat untuk terbuka dan membawa pandangannya menuju seorang Kim Taehyung. Lantai adalah objek—di mana ia lebih senang melihatnya untuk sekarang.
"Jadi, aku mau kita akhiri hubungan ini. Aku terlalu lelah denganmu."
Rasanya jantungnya sudah diiris menjadi tipis, lalu dihancurkan di dalam blender untuk dijadikan jus.
Terdengar terlalu lebay, tapi itu kenyataan. Tak sadar, air matanya mulai menetes—mengenai rok hitam kelamnya yang pastinya akan berbekas. Suara berat itu mampu membuat Hyunra seakan jatuh ke lubang yang besar dan tak berdasar. Sakit. Tentu saja hatinya sakit.
Kekasihnya memutuskannya.
Derap langkah menjauh semakin lama semakin tidak terdengar. Gadis bermarga Shin itu hanya bisa mengepalkan tangannya—badannya bergetar—untuk menahan amarahnya. Lidahnya seperti membeku—apa dia kebanyakan memakan es krim tadi siang? Cih. Tidak.
Semua pandangan murid yang tadinya menonton 'drama picisan' hanya bisa berbisik dan tertawa. Tidak ada yang merasa kasihan akan gadis itu. Tentu saja tidak ada.
Bagi mereka, seorang Shin Hyunra hanyalah pengganggu sekolah dan mendapatkan keuntungan untuk menjadi kekasih dari seorang pangeran sekolah—KIM TAEHYUNG.
Sayangnya, Hyunra tidak menganggap hal itu benar. Dengan senyuman yang ia paksa, ia masih melihat punggung Taehyung di lobby kosong—semua murid memberikan jalan untuknya. Tangannya meraih ikat rambutnya dan membuat rambut coklat terang miliknya tergerai—bak iklan shampoo.
"YA! KIM TAEHYUNG!"
Semua orang kembali teralih kepada sang hawa. Termasuk Taehyung yang refleks membalikkan badannya.
"Cih, hanya kau yang mengatakan lelah, 'kan? Aku belum! Hanya kau yang mengatakan ingin putus, 'kan?"
Sebuah tarikan napas membuat Hyunra lebih bersemangat. Tidak—ia hanya menutupi kesakitannya sekarang. Ia masih belum mau melepaskan Taehyung.
"AKU BELUM BILANG BAHWA AKU SETUJU UNTUK PUTUS, 'KAN?"
Taehyung tercengang—mendengar apa yang dikatakan gadis itu sungguh di luar dugaan. Berharap sang dara akan menangis menjerit, memarahinya, atau apapun itu yang pasti akan membuatnya menjauh. Tapi, justru sebaliknya.
Sebuah smirk terpampang jelas di bibirnya—membuat semua siswi mengetahui betapa seksi dirinya. Tapi bukan itu tujuannya. Pemuda itu hanya terlalu kesal kepada Hyunra. Tak memiliki rasa takut sama sekali. Seperti bagaimana Hyunra.
"Baiklah, kita lihat berapa lama kau bertahan. Dan menyadari bahwa aku tak pernah mencintaimu."
☆•°•_•°•☆
Dua orang dengan baju pengawal mendorong troli yang dipenuhi akan koper, tas, dan barang lainnya. Di belakangnya, terdapat dua orang pengawal lainnya yang 'melindungi' sepasang tunangan dari ramainya bandara.
Jungkook, sang pria menatap bagaimana suasana bandara di Korea—mewakili seluruh pemandangan lainnya walau sedikit agak mendung. Ia merindukan tempat asal kelahirannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia sedang tersenyum lebar—menyadari bahwa ia sudah kembali pulang.
"Akhirnya," gumamnya sembari melepaskan headset yang masih terpaut di telinganya.
Tak lama, tangannya yang kekar itu merasakan sebuah pelukan. Tentu saja ia tahu siapa pemeluknya itu.
Hong Yaemi. Teman masa kecilnya—yang rela datang ke Amerika dan menyuruh Jungkook untuk bertunangan dengannya. Jika bukan karena ancaman orang tuanya, Jungkook tidak akan menyetujui hal tersebut. Mau bagaimana lagi? Mereka berdua telah dikontrol oleh orang tua mereka sendiri.
"Kau merindukan Seoul, 'kan, Jungkook-ah?" tanya Yaemi sembari meletakkan kepalanya di bahu bidang Jungkook. Pertanyaan itu mendapatkan anggukan dari sang tunangan.
Mereka mulai memasuki mobil yang telah disiapkan oleh orang tuanya. Jungkook lebih memilih untuk melihat pemandangan Seoul yang telah lama tidak ia lihat. Sudah—12 tahun? Bahkan ia mungkin sudah lupa beberapa tempat di negara kelahirannya.
Sesekali, Jungkook melirik ke arah Yaemi yang tertidur. Gadis itu terlalu lelah setelah rela ke Amerika untuk menemuinya, melaksnakan acara pertunangan mendadak, dan langsung membawanya kembali ke Seoul. Kalau bukan karena perintah orang tua—lebih tepat sebuah ancaman, mungkin Yaemi juga tidak akan mau untuk bertunangan dengannya. Setidaknya, itu yang di pikiran Jungkook.
'Seharusnya, kau tidak menjadi alat mereka untuk membawaku kembali pulang, Yaemi-ya.'
Yaemi merasakan kepalanya terasa berat. Ia tahu bahwa Jungkook ikut tertidur di atas kepalanya. Senyuman manis dari gadis itu terpampang jelas. Tidak perlu diragukan bahwa Yaemi sangat bahagia sekarang.Walau mereka bertunangan karena perintah dari orang tuanya, Yaemi justru senang. Karena dirinya sudah berada di posisi lebih dari posisi teman pada Jungkook. Mungkin, sebuah pernyataan belum bisa mengungkapkan kebahagiaannya sekarang.
'Walau kau berpikir ini hanyalah sebuah ancaman, tapi aku benar-benar mencintaimu, Jungkook-ah.'
☆•°•_•°•☆

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] LOOK AT ME
FanfictionCerita dari berbagai pasangan sangatlah berbeda. Sama seperti dua pasangan ini. Hyunra tetap bersikukuh untuk meyakini Taehyung mencintainya. Hal itu semakin sulit saat Taehyung menyukai Yaemi yang berstatus sebagai tunangan Jungkook. Yaemi sungguh...