Aku Pulang

37 4 2
                                    

I'll come back
When you call me
No need to say goodbye

-The Call

" loh, nggabisa gitu dong mah, aku udah terlanjur nyaman tinggal disini, trus dengan gampang nya mama suruh aku pindah lagi ke Jakarta? Jangan gila," ujar Dilla

" Tapi Dilla, mama juga ngga bermaksud buat bikin cita cita kamu pupus ditengah jalan. Mama tau kamu udah susah susah ikut pertukaran pelajar ke Jerman. Tapi kali ini mama mohon, pulanglah ke Jakarta," pinta mama Dilla

" nanti deh mah, Dilla pikir pikir lagi," ucap Dilla

Ini gila. Aku yang berada di Negara orang dengan susah payah mengikuti pertukaran pelajar kini dituntut untuk kembali ke Negara ku. Argggh.. Apa sih mau mama sebenarnya? Nggabisa apa ya liat Putri nya senang sedikit. Setidaknya aku senang tinggal di Jerman. Aku mendapatkan banyak hal baru disini. Ehh... Malah disuruh pulang. Hfft...

Dilla menatap tiket pesawat terbang yang ia genggam. Nadilla Quinn Gregorious. Nama nya tertulis dalam tiket penerbangan pukul 8.00 a.m. Berat sebenarnya untuk meninggalkan Negara ini. Tapi bagaimana? Ibunya memintanya kembali. Dengan lunglai tangannya menarik koper birunya. Matanya menatap satu per satu papan bertuliskan bahasa Jerman. Ia kemudian menuju ke salah satunya.
Dilla masuk kedalam pesawat. Matanya mencari nomor kursi untuk dia duduki. Setelah ia duduk, ia mengeluarkan smartphone nya dan men-setting nya menjadi mode pesawat . Kemudian ia mengeluarkan headset nya dan ia sumpalkan ke telinganya. Ia menekan playlist lagu di smartphone nya, volumenya tidak terlalu tinggi jadi ia masih bisa mendengar kalau-kalau orang di sebelahnya mengajak bicara atau pramugarinya berbicara.
"entschuldigen Sie mich..." seseorang di sebelahnya mengajak berbicara.
"Ohh bitte.." ujar Dilla
Mata mereka saling bertatap. Deg.. mereka saling kenal. Ternyata yang duduk di sebelahnya adalah teman Dilla dari sekolah yang sama. Namun Dilla tak tau bahwa dia satu pesawat dengannya.
"Aa.. Anak International School of Germany" gumam Dilla
"Iya, kau juga kan?" jawab laki laki di sebelahnya. Ternyata ia mendengar gumam-an Dilla.
"Ehh.. I-iya. Kau bisa bahasa Indonesia? " tanya Dilla ragu
"Tentu, aku setengah Indonesia," jawabnya
"ohh Apa tujuan mu juga Jakarta?" tanya Dilla
" apa kau tidak mengecek tiket pesawatmu? Bukankah disana tertera Jerman-Jakarta? " jawab laki laki itu datar
"Ups.. Iya ya, tapi bukan begitu, mungkin saja setelah kau turun di Jakarta kau melanjutkan perjalanan lagi ke Bandung atau sekitarnya," jelas Dilla
" Tidak, aku hanya tinggal di Jakarta disekitar perum ***** " jawab laki laki itu
"Kawasan elite? Huahhh.. Keren" ujar Dilla keceplosan
"Memang kenapa kalau kawasan elite? " tanya laki laki itu
" ahh tidak apa-apa.. " ucap Dilla. Pipinya merona ketika ia menyadari kata katanya. Malu sekali.

Sepanjang perjalanan Dilla hanya diam. Sesekali ia hanya menatap orang di sebelahnya itu dan ia sadar kalau mereka belum saling kenal. Tapi kali ini, ia menahan gengsi. Ia sudah malu di hadapan laki laki itu untuk beberapa pertanyaan. Hingga akhirnya pesawat yang ia tumpangi landing.
Dilla menata barang-barang nya. Ia masukkan kembali headset yang ia pakai. Kemudian ia merubah profil smartphonenya kembali. Ia mengecek segala nya sebelum turun dari pesawat. Tiba-tiba ia tidak sengaja menyenggol tubuh laki laki di sebelahnya. Paspor yang sedang ia pegang terjatuh. Ia berusaha mengambilnya dan tak sengaja melihat nama yang tertera di paspor itu. Baldian Bintoro. Itulah nama yang tertulis disana. Ia kemudian mengembalikan paspor itu dan permisi untuk turun duluan.
Dilla mematung di pinggir koridor bandara. Ia mengotak-atik Hp nya. Ia terlihat sedang mengirim pesan pada mama nya.

To: Mama

Ma.. Siapa yang menjemputku? Atau
aku harus pulang sendiri dengan
taksi?

Status : Send

Sambil menunggu pesan dari mama nya, ia menuju starbucks di dalam bandara. Ia memesan Caramel frappuccino kesukaannya. Kini tangan kanan nya sibuk memegang cup minuman dan tangan kiri nya menarik koper nya. Mata nya masih terus mencari sesuatu. Smartphone nya berbunyi, iya mem-berdirikan koper miliknya dan menaruh cup nya di atas koper. Kemudian ia membuka smartphone nya.

From: Mama

Pak Ali akan menjemputmu. Mobilnya berwarna putih dengan plat nomor
B 6610 US . Tunggu saja, 10 menit lagi sampai.

Status : Receive

Ck.. Dilla berdecih. Dia memutar bola matanya. Apa bisa dalam 10 menit sampai? dengan keadaan Jakarta yang sering dilanda macet? Hfft.. Yang benar saja.
Dengan sabar Dilla tetap menunggu pak Ali. Ia tadi sudah menerima nomor hp milik Pak Ali dan ia sudah menyuruh Pak Ali untuk mencarinya di ruang tunggu jika ia tidak terlihat di pinggir koridor.
Dilla duduk di kursi panjang yang berada di ruang tunggu. Bibir nya asyik menyedot caramel Frappuccino miliknya. Tangan nya sibuk mengotak atik smartphone miliknya. Ia iseng stalking instagram milik sekolahnya di Jerman. International School of Germany. Jari jari nya sibuk meng-like setiap foto yang di upload di instagram itu. Tiba-tiba ia teringat laki-laki di sebelahnya. Namun ia tak sengaja melihat sebuah foto yang di upload sekitar 2 minggu yang lalu . Di foto itu terlihat seorang laki-laki bersama 2 temannya sedang menyiapkan pameran yang diadakan sekolahnya. Salah satu nya adalah laki -laki di sebelahnya.
"huahh... Anak seni lukis rupanya.
Pantas aku tak pernah melihatnya
mondar mandir di koridor sekolah. Anak seni lukis kan terkenal pendiam," ujar Dilla
"Non Dilla? " panggil seorang laki laki setengah baya. Dilla menengok ke belakang, ia melihat seorang laki laki setengah berlari menuju ke arahnya. Ia kemudian berdiri dari duduknya, menarik koper nya menuju bapak tersebut. Ia tau kalau itu pak Ali raut wajahnya tidak berubah.
" pak Ali, apa kabar?" sapa Dilla
"Baik Non, Non sendiri?" tanya pka Ali balik seraya mengangkat koper milik Dilla.
" baik juga kok. Ya agak ngga baik setelah mama nyuruh aku pulang. " jawab Dilla
" hahah, nyonya nyuruh non pulang karena nyonya kewalahan. Nyonya tiap hari harus pulang dini hari untuk ngurus kantor peninggalan mendiang tuan besar. Butik nyonya jadi terlantar. Makanya nyonya minta non pulang. " jelas Pak Ali.
Dilla tertunduk. Dia tau mamanya selalu kewalahan sepeninggal papa nya. Tapi Dilla tetap bersikeras untuk bersekolah di Jerman. Kini dia agak menyesal.
Sekitar 20 menit kemudian Dilla sampai di rumah nya. Sepi. Itulah yang terlihat ketika ia sampai. Ia tau mama nya pasti sedang keluar menyelesaikan setiap pekerjaan. Yang di rumah hanya Bik Minah. Pembantu satu satu yang telah bekerja sejak usia Dilla 3 tahun.
Kaki Dilla melangkah memasuki sebuah ruangan. Ia membuka pintu ruangan tersebut. Bau nya tidak seperti ruangan yang telah di tinggalkan penempat nya selama 2 tahun. Ya , itu kamar Dilla. Ia sudah meninggalkan kamar itu sejak 2 tahun yang lalu. Tapi sekarang kamar itu tetap Wangi seperti digunakan setiap harinya. Tidak ada bau pengap sedikitpun. Dilla menarik kopernya. Meletakkannya di sudut ruangan. Tubuhnya ia hempaskan ke kasur. Ia mencium bau sprei kasur yang baru diganti. Bau kesukaannya, bau bunga violet. Ia kemudian duduk. Ia menatap ke meja yang berada di depan nya. Sebuah Bingkai foto tertata manis diatas meja tersebut. Tanpa sadar, Dilla menyunggingkan bibirnya.
"Aku pulang, sayang" ujar Dilla seraya tersenyum.

-----------------------------------------------------------
Wihh.. Hai para readers😆
Gimana suka ngga? Maaf kalau banyak typo berserakan karena author nulisnya cuma bermodalkan hape aja 😅jadi wajar lah kalau ada typo.
Author udah berusaha ngecek berulang ulang kok😉
Kalau ada yang kurang-kurang/ typo bisa komen nanti author benerin penulisannya.😊

Selamat Membacaa😄
Jangan lupa Vote sama komen nya👍

ZeptdienMaharani

Fault In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang