Salting

28 2 5
                                    

"Daviena, kata Aland kamu jatuh ya? Kamu tunggu papa dirumah, bye sweetie." Daviena menaruh diatas meja ponselnya usai telfon singkat yang dilakukan oleh Daviena dan papa-nya.

Papanya adalah seorang pengusaha yang dibilang cukup sukses, ia mampu memenuhi semua keinginan Daviena, tetapi Daviena tidak pernah meminta hal-hal diluar keperluan sekolahnya, tapi karena papanya bersikeras membelikan segala fasilitas untuknya, mau tidak mau Daviena menerima barang yang diberikan papanya.

Suara klakson dari mobil papanya terdengar jelas ditelinga Daviena, ia hanya tinggal menunggu papanya untuk datang ke kamarnya, biasanya Daviena akan menyambut papanya, tapi karena insiden sialan tadi, membuat ia tidak bisa berjalan terlalu banyak.

"Vien, kaki udah mendingan?"

"Udah, pa." Jawabnya seadanya.

"Papa udah suruh Aland besok nganter kamu kesekolah, Vien."

Daviena menganga tak percaya dengan apa yang baru dia dengar, Aland akan mengantarnya? Itu tidak akan mungkin terjadi.

"Gaada penolakan ya, nih makan, potato wedges special buat kamu." Dan setelah itu papanya langsung keluar dari kamar Daviena tanpa sepatah katapun lagi.

"Please, pa, balik lagi kesini, bilang kalo Aland gabakal nganter aku besok." Batinnya berharap.

Seketika ponsel Daviena berbunyi dan ia segera mengambil ponselnya itu.

Aland J : Yayy besok dapet tugas nganterin princess kesekolah, Aland seneng! :)

Daviena : Gue ga seneng, Aland.

Aland J : See u tomorrow, Viena :))

Tanpa membalas pesan menjijikan yang dikirim Aland, Daviena mendengus sebal dan beranjak untuk tidur, dan berharap ini semua mimpi.

***

Aland sudah berdiri dengan rapi didepan rumah Daviena, Aland itu tetangga Daviena yang tinggal didepan rumah Daviena, tetapi karena peristiwa masa kecil yang membuat Daviena kesal dengan Aland jadinya, mereka sudah tidak seakrab dulu.

Daviena menatap Aland dan mendengus kesal, pasalnya, Aland terus memancarkan senyum sumringah yang Daviena sendiri tidak mengerti, tanpa berfikir panjang lagi, Daviena langsung naik kedalam mobil Aland tanpa membalas senyum Aland, jika orang lain yang sedang bersamaa Daviena, pasti mereka akan berfikir betapa tidak sopannya makhluk ini.

Setibanya mereka disekolah, beberapa murid lainnya menatap Aland dan Daviena dengan tatapan tidak senangnya, jangan salah, Aland termasuk cowok populer disekolah ini.

Daviena melirik ke arah Aland dan mendapati Aland yang tersenyum dengan tatapan mengarah kedepan, "Nih orang kenapa senyam-senyum sih." Rutuk Daviena dalam hati.

Baru saja akan melangkah ke arah kelasnya, Aland langsung menahan Daviena dengan memegang tangannya, membuat Daviena kaget dan wajahnya hanya tinggal beberapa centi dari Aland.

"Hehe, entar gue tunggu yah di kantin, Dah, Daviena." Kemudian, Aland melangkah pergi meninggalkan Daviena yang sedang tertegun.

"Itu tadi, si Aland ngapain si?"

Daviena menyetujui ajakan dari sang ketua osis—Raka, untuk keluar bersama sore ini, menurutnya, itu ajakan yang menarik mengingat ia yang jarang keluar rumah, selain malas, Daviena lebih memilih membaca buku dan mengerjakan tugas ketimbang keluyuran tidak jelas ala anak sekarang.

"Oke, aku jemput ya nanti jam 7, Dah."

"Oke."

Di pinggir lapangan sekolah, Abey dan Aland terlihat sangat dekat, mereka sibuk berdua, Aland sedari tadi mengeluarkan candaan yang membuat Abey tertawa terpingkal-pingkal bahkan sampai menitikkan air matanya.

"Aku enggak suka jamu, sukanya kamu. EAAA." Abey tertawa lagi karena ulah Aland.

Dari kejauhan, Daviena menangkap sosok Aland dan Abey, Daviena merasakan aneh ketika Aland yang biasanya akan bersamanya secara tidak sengaja dan Aland yang mengeluarkan celotehan aneh kepadanya, bahkan Daviena merasa ia agak sedikit kehilangan sosok Aland. Agak sedikit.

Daviena melangkah pergi dari tempat dimana dia berdiri, Daviena berfikir, lebih baik ia pergi ke kelas dan membaca buku, dibanding melihat pemandangan Aland dan Abey.

"DAVIENA!"

Daviena menolehkan kepalanya ketika ada yang memanggilnya, Aland menghampiri Daviena dan memberinya sebuah coklat. Daviena mengerutkan dahinya, "Buat gue?"

"Iya, tadi gue beli buat Abey, tapi Abey udah keburu pulang."

Daviena hanya meng-ohkan saja jawaban Aland, ternyata dia hanya pilihan kedua setelah Abey.

Keheningan menyelimuti dua makhluk saling berlawanan jenis ini, Aland yang menatap kedepan dan fokus pada jalanan, dan Daviena yang menatap kearah jendela melihat para pengendara. Daviena tidak pernah merasa bosan dalam keadaan hening, tetapi kali ini, rasa bosan itu menyelimutinya, Aland bahkan belum mengajaknya berbicara, karena biasanya Aland lah yang bercerita, dan Daviena hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan suara.

"Land." Daviena membuka suara, Aland menoleh sebentar kearah Daviena."Kenapa, Vien?"

Jantung Daviena berdesir ketika mendengar Aland yang menyebutnya dengan nama "Vien" seperti biasa, namun Daviena merasa ada yang berbeda kali ini, dia senang.

Merasa aneh karena Daviena belum menjawab pertanyaannya, Aland mengulanginya sekali lagi, "Heh, Vien, Kenapa?"

"Ngga pa-pa. Bisa ngebut dikit ga, gue pengen boker."

Aland sontak tertawa mendengar jawaban itu, karena biasanya Daviena tidak akan membuat lelucon seperti ini.

"Vien, lucu. Biasanya Abey yang buat gue ketawa, dan lo baru kali ini buat gue ketawa, biasanya lo jutek sih, ga ada ekspresi."

Daviena menaikkan alisnya, Abey lagi yang dibicarakan, tapi itu tidak penting baginya, dan memang biasanya Daviena tidak pernah membuat orang lain tertawa?

"Abey nembak gue waktu itu, dan gue tolak dengan alasan gue lebih suka temenan sama dia dan jadi sahabat dia." Aland menjelaskan tentang hubungannya dengan Abey saat ini, dan Daviena mulai tertarik dengan topik ini.

"Kenapa lo tolak? Abey itu perfect sebagai cewek." Perkataan Daviena adalah respon terpanjangnya kepada cerita Aland selama ini. Aland pada awalnya kaget Daviena akan meresponnya, tetapi dengan cepat ia kembali ke sikap normal.

"Karena gue suka orang lain, seberapa perfectnya dia, kalau hati gue buat orang lain, gue ga bisa terima dia."

Daviena penasaran siapa yang disukai Aland, tetapi Daviena tidak mau bertanya saat ini, karena Daviena bukan orang yang akan sangat ingin mengetahui rahasia orang lain.

"Vien, kalo gue suka sama lo, gimana?"

l'amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang