Prolog

32.3K 269 10
                                    

xXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXx
Cerita ini merupakan cerita gay bernuansa erotis dan dengan eksplisit menceritakan adegan seks yang vulgar. Yang tidak suka dan homophobia, tidak usah membaca. Dan selamat menikmati bagi kalian yang suka cerita man to man dan sudah berusia di atas 18 tahun. 
xXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXxXx

Ada yang salah dengan semua ini. Tidak mungkin aku mencintai seorang laki-laki. Tapi mengapa ada rasa haus yang menderaku saat aku bersamanya? Ada perasaan ingin melindungi laki-laki ini... Kenapa harus ada perasaan itu?

"Adi... aku minta maaf," ucapnya. Dia tidak berani menatap mataku. 

Aku menggeleng lemah. "Justru aku yang minta maaf. Maaf sudah membuatmu menahan sakit. Aku... aku terbawa emosi."

"Tidak. Aku yang minta maaf karena berusaha menggodamu. Aku tahu kamu straight, tidak seperti aku. Maaf karena aku memiliki ekspektasi lebih terhadapmu. Maaf, Adi." Hujan turun di kelopak matanya. Dia terlihat sayu dan luruh.

Aku merengkuhnya dalam kehangatan. Aku tidak ingin membuatnya menangis. Aku tidak ingin membuatnya terluka.

"Kamu tidak perlu memelukku, Di. Aku tahu perlakuanmu itu karena kamu merasa tidak enak denganku."

Salahkah aku? Tapi kenapa aku begitu menginginkannya? Kenapa dia harus berwujud laki-laki?

Aku tidak tahu mengapa perasaan nyaman menyelimutiku ketika dia berusaha membuka seluruh pakaiannya di hadapanku. Aku tidak tahu mengapa aku merasa berada di rumah saat penisku menembus duburnya yang sempit. Aku tidak tahu mengapa ada gairah saat dia mengulum penisku dengan lembut. Aku tida tahu ada rasa aman ketika bibir kami saling melumat.

Satu hal yang pasti, aku tidak pernah merasakan itu ketika bercinta dengan perempuan.

Mataku buta dengan keintiman yang kami ciptakan.

"Adi, maaf karena aku mencintaimu... begitu mencintaimu."

"Aku..." Rasanya ada yang tertahan di bibirku. Aku tidak bisa mengucapkannya. Entahlah. Aku tahu bahwa aku mencintainya, tapi aku ragu untuk mengucapkan hal itu. Karena dia laki-laki. Begitu pula aku.

Dia menciumku lembut. Bibirnya rasa cokelat. 

Dan satu kecupan darinya membuat penisku tegang dan tegak dengan kokoh sempurna. Dia berjongkok, lalu menatap penisku dengan senyuman sedih. Penisku berkedut-kedut, penuh dahaga akan kulumannya. Tahu akan hal itu, ia mengulum penisku. Memain-mainkannya dengan ludah. Ada sengatan listrik yang menjalar pada tubuhku. Begitu adiksi dia untukku.

Dia tengkurap, lalu menungging. "Jika memang hanya ini yang bisa membuatmu senang, lakukanlah, Adi. Masuki aku. Andai memang ini yang terakhir, aku ingin rasa perih itu berbuah nikmat." 

Aku gelap mata. Kusodokkan penisku ke bokongnya. Desahannya membuat nafsuku naik. Gerakanku beritme maju mundur.

Lagi-lagi aku berejakulasi. Benih-benihku keluar. Rasanya ada yang salah dengan itu. Benihku harus ditanam di liang vagina perempuan. Bukannya di anus tempat seseorang mengeluarkan kotoran.

Ini salah.

Tapi kenapa aku menikmatinya?

Kenapa aku jatuh cinta dengan orang yang salah?

© Hanggian Wang, Maret 2014

Dark DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang