Hari ini adalah hari pertama aku bekerja di Jericho Corporation. Korporasi elite yang berkecimpung dalam bidang kuliner, peralatan rumah tangga, dan barang elektronik. Sebuah jerih payah dan keberuntungan yang membawaku ke sini. Detak jantungku berdegup dengan kencang karena terlalu gembira dan tak sabar menunggu datangnya hari ini.
Kautahu, aku bahkan terbangun pada pukul tiga pagi. Mungkin terdengar begitu berlebihan, tetapi aku terlalu bergairah untuk bekerja. Aku sudah menanti-nantikan saat ini. Karena akhirnya teman-temanku tidak dapat mengolokku lagi perihal aku yang sudah menganggur selama dua tahun. Bayangkan, ketika ijazah bachelor-ku sudah di tangan, aku masih menunggu sampai dua tahun. Dua tahun penuh olokan. Tapi sekarang aku bisa tertawa di hadapan mereka karena posisiku lumayan menggiurkan.
Pada subuh dini hari, aku sudah mematut diriku di depan cermin tanpa busana. Tubuhku makin liat. Beberapa otot bentukan fitnes cukup tercetak meski belum shape. Yang paling kusuka dari bagian tubuhku adalah putingku yang besar dan berwarna coklat kemerahan. Selain itu, tentu penisku yang memiliki panjang lima belas sentimeter dengan diameter tiga senti jika sedang berdiri sepenuhnya. Beberapa wanita yang kutiduri selalu berkata bahwa aku begitu menggoda dengan otot-otot tubuhku dan mampu menggali dalam tubuh mereka dengan batang kemaluanku.
Sebentar, aku ingin memberitahu bahwa uang yang kupunya dan kuhambur-hamburkan itu masih diberikan oleh Mom. Mom selalu iba dengan kondisiku yang menjadi pengangguran. Beruntungnya aku karena kali ini aku tidak akan meminta padanya lagi.
Setelah selesai mematut diri, aku mengenakan kemeja biru dan celana bahan. Rasanya aku memang sudah terlalu lama tidak berpakaian formal. Dengan riang kunyalakan motor sport-ku dan mengendarainya. Menembus angin Jakarta di pagi hari.
XxXxX
"Anda Adi Permana?" Perempuan itu menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambutku. Dia mencoba menafsir dan menilai penampilanku, rasanya.
Aku mengangguk, "Iya, saya Adi Permana."
"Kamu coba duduk dulu. Saya akan panggilan Pak Kenneth." Perempuan itu mempersilahkanku. Aku pun menduga bahwa ia adalah sekretaris Pak Kenneth. Cantik. Dia memiliki payudara yang cukup besar dan bokong yang rasanya enak sekali diremas. Mungkin suatu saat nanti, aku bisa mengajaknya bercinta.
Selagi duduk, aku mengedarkan pandanganku. Jericho Corporation memang tiada duanya. Ruang kantornya saja memiliki interior yang membuat tak henti-hentinya berdecak kagum. Ornamen-ornamen Timur Tengah lebih banyak mendominasi. Rasanya pemilik korporat ini tergila-gila dengan negara tersebut.
Tidak perlu lama, seorang laki-laki muncul. Laki-laki itu kurus, tapi berotot. Rasanya memang sudah menjadi stereotype laki-laki zaman sekarang untuk mengenakan slim fit untuk pamer bentukan otot di gymnasium. Laki-laki di hadapanku ini pun juga nampak trendi dengan kemeja warna abu-abu dengan ornamen kotak-kotak tipis warna hitam serta celana bahan warna hitam. Sepatu pantofelnya disemir mengilap. Dasinya pun berwarna hitam. Laki-laki itu tersenyum, lalu mengangguk padaku. Sepertinya ia pimpinan di sini. Rasanya juga ia begitu familiar. Entahlah. Rasanya aku pernah melihatnya entah di mana.
"Anda Pak Adi?" Ia mengulurkan tangannya.
"Ya, saya sendiri." Aku menerima uluran tangannya.
"Saya Kenneth. Kenneth Jericho." Senyumnya begitu menawan. Ia memamerkan deretan giginya yang berderet rapi. Tipikal laki-laki "manis".
Tapi genggaman tangannya cukup kuat. Menunjukkan kepercayaan diri yang begitu tinggi.
"Rasanya saya tidak perlu menjabarkan jod desk kamu kan, Pak Adi? Saya memanggilmu ke sini karena kamu sudah saya terima di perusahaan dan hanya untuk memberitahumu, kamu adalah bawahan saya," kata Kenneth. Bicaranya sangat cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Desire
Romance(Cerita gay berkonten dewasa) Aku mencintainya. Sungguh. Rasa dahaga akan tubuhnya selalu berakhir pada gerakan tangan di balik celanaku. Tapi mencintainya adalah salah. Salah karena dia juga laki-laki.