1

31 0 0
                                    

Pangeran Taehyung itu terkenal tabah. Berikan sebanyak apa pun tugas kenegaraan padanya, maka dia akan mengerjakannya tanpa mengeluh. Ditambah lagi, Taehyung bekerja dengan sangat andal. Pantaslah jika Sang Raja, Jung Hoseok, sangat meninggikan kedudukan Taehyung di lingkungan pejabat Kerajaan.

Taehyung yang sangat bisa diandalkan itu, pada suatu hari menolak bekerja dan sama sekali tidak muncul di aula saat rapat pagi. Tentu hal ini membuat resah Raja Hoseok. Raja pun bertanya pada pangeran muda yang juga sangat dipercayainya, Park Jimin.

"Ke mana Taehyung? Apa dia sakit karena terlalu banyak bekerja?"

Park Jimin hanya membulatkan mata seolah-olah dia baru melihat hantu. Jimin menutup mulutnya dengan satu tangan sambil berbisik, "Yang Mulia tidak tahu?"

Hoseok balas menatap Jimin dengan ekspresi khawatir yang teramat sangat. "Kenapa? Apa? Terjadi sesuatu pada Taehyung?"

"Salah satu kelinci peliharaannya mati," sahut Jimin dengan nada horor yang berlebihan. Matanya melotot tanpa mengedip. Dia menganggukkan kepala satu kali setelah mengatakan itu.

Sebenarnya Hoseok ingin sekali menjitak Jimin karena gaya berlebihannya itu. Tapi karena ini perkara kelinci Taehyung, dan Hoseok mengerti betapa pentingnya itu, Hoseok pun ikut mengangguk satu kali sambil menggigit bibirnya dengan sangat prihatin.

.

.

.

"Ada wabah penyakit dan mereka semua berjatuhan begitu saja," kata Taehyung, seminggu kemudian. Taehyung mengatakan itu dengan tatapan kosong. Tubuhnya yang atletis dan tinggi semampai teronggok begitu saja di sudut gubuk pangan kelinci, berbalut pakaian yang sudah kotor oleh tanah. Di sampingnya tergeletak sekop yang tampaknya sudah digunakan berkali sepanjang minggu ini. Seekor kelinci putih dengan polosnya daun selada di pangkuan Taehyung.

Jimin menatap sepupu jauhnya itu dengan tampang sedih. Lenyap sudah niat untuk mengamuk pada Taehyung karena pekerjaannya seminggu ini dilimpahkan semua kepada Jimin. Kalau Taehyung tampak hancur karena adanya sekop, pakaian kotor, dan satu-satunya kelinci yang tersisa dari puluhan yang pernah ada, maka Jimin tampak hancur karena adanya kantong mata hitam tebal yang muncul akibat terlalu banyak menekuri dokumen kenegaraan.

"Tinggal ini saja yang tersisa?" Jimin berhati-hati duduk di sebelah Taehyung.

Sebenarnya Jimin tidak perlu bertanya karena pemandangan di luar gubuk pangan ini sudah jelas. Hamparan rumput berpagar di luar sana tampak lengang dan mendung, padahal biasanya dipenuhi puluhan kelinci peliharaan Taehyung. Jimin juga sempat mengecek kondisi kandang. Kosong melompong. Sementara itu, di belakang gubuk pangan ini, kelihatan sekali ada puluhan gundukan tanah baru yang masih segar.

"Awalnya satu, kemudian menyebar ke yang lain..." Taehyung bicara seperti orang linglung. Suaranya mulai bergetar ketika dia lanjut bicara, "Aku sudah memanggil dokter dan lainnya. Tapi semuanya terlambat... Terlambat..."

Taehyung mulai terisak sambil memeluk si kelinci putih. Jimin hanya bisa merangkul pundak saudara sekaligus sahabat terbaiknya sambil menepuk-nepuknya pelan. Sebetulnya Jimin selalu menganggap obsesi Taehyung terhadap kelinci adalah sesuatu yang lucu—kalau tidak mau dibilang konyol—karena... kenapa harus kelinci, sih?

Pangeran Kim Taehyung itu tampan rupawan, atletis dan taktis, pandai bernegosiasi, pokoknya pria di antara pria. Siapa yang tak akan takluk terhadap sorot matanya yang menyimpan pesona sejuta bintang dan sedalam samudera? Pria semacam Taehyung biasanya suka berburu atau berkuda di waktu luangnya. Tapi Taehyung... malah suka mengurusi kelinci. Ini semacam aib di kalangan istana, jadi tak pernah ada yang membicarakannya.

"Taehyung..." Jimin menarik napas panjang. "Hari ini aku memeriksa dokumen-dokumen untuk urusan perpanjangan izin usaha. Rencananya besok ada inspeksi ke tempat para pemohon jadi... kau mau ikut?"

Taehyung tidak bereaksi.

"Salah satunya adalah peternakan kelinci keluarga saudagar Jeon—"

"Aku ikut."

.

.

.

Pangeran & KelinciWhere stories live. Discover now