prolog; it starts without a 'halo'

64 7 5
                                    


It starts without a 'halo'

Tahun kedua di masa SMA merupakan saat-saat dimana Antessa Hadara disibukkan dengan kegiatan jurnalistik yang begitu memusingkan.

Apalagi semester ganjil menjelang porseni seperti saat ini. Mereka para budak ekstrakurikuler mau tidak mau mengorbankan setengah harinya untuk berada disekolah.  Tentu saja gadis yang dikenal dengan panggilan Dara itu menjadi salah satu yang masih berkutat dengan kertas-kertas di depannya, saat matahari mulai terbenam dan cahaya jingganya terpancar memenuhi area sekolah.

"Ini yang belum sisa futsal aja 'kan, Yu?"

Dengan lengan kemeja sekolah yang telah dilipat hingga ke siku, rambut yang diikat setengah dengan beberapa helai yang terjatuh disisinya. Dara dengan kedua tangan yang berada dipinggang menatap satu persatu kertas yang berjejer diatas meja.

Disampingnya, gadis berambut hitam lebat yang diikat satu—namanya Ayu, menggigit bibir bawahnya dan mengangguk.

"Iyaa, sama tari juga sih tapi mereka bisanya besok."

Dara mengangguk dan mengacungkan jari jempolnya. "Yaudah, kita selesain futsal hari ini, jadi besok sisa tari aja sama lebih-lebihnya kan?"

Setelah mendapat persetujuan dari temannya itu, Dara buru-buru keluar dari ruang jurnalistik dan tanpa keraguan berjalan menuju lapangan futsal yang berada di samping gedung ekstrakurikuler.

"IYAAANNN!"

Pemuda yang namanya dipanggil itu menoleh ke arah koridor, dimana Dara berdiri disana dengan tangan yang berusaha menghalangi pancaran sinar jingga yang tepat berada didepannya.

"Apaan?"

"Liat Kevin gaa?"

"Ruang siaran kali, tadi dia bilangnya mau kesana."

"Okayyy, THANKYOU IYAN JELEK!"

"BUSET GA TAU TERIMAKASIH SI BABI."

Dara tertawa dan menjulurkan lidahnya sebelum berlalu. Dalam perjalanannya menuju ruang siaran yang berada tiga ruangan dari ruang jurnalistik, alis Dara menyatu. Gadis itu sedang berusaha berpikir mengapa Kevin, sang teman kelas yang notabenenya adalah anak futsal malah nongkrong di ruang siaran.

Setaunya juga, selama beberapa hari ia pulang terlambat dalam minggu ini, anak radio tidak pernah tinggal seperti anak-anak ekstrakurikuler lainnya.

Lagian ngapain juga sih anak radio ngurusin porseni?

Dara mengernyit dalam hati.

Dari jauh, ruang siaran keliatan seperti tidak berpenghuni. Pintunya tertutup rapat, seperti telah dikunci.

Namun saat Dara memutar kenopnya, pintu itu terbuka. Beneran ada orang ternyata. Gadis itu menghela napas lega sebelum tanpa rasa ragu akhirnya mendorong pintu ruangan tersebut.

"Kevin? lo di—"

Mata si gadis melebar, terdiam dengan bibir yang terbuka. Kelopak matanya mengerjap pelan dan jantungnya di dalam sana terasa berhenti berdetak.

Pemandangan di depannya tidak jauh lebih buruk dari apapun yang pernah gadis itu lihat seumur hidup. Ini mimpi buruk yang menjadi nyata tepat dihadapannya.

Gadis itu tidak pernah tau melihat orang saling melahap bibir masing-masing akan menjadi pengalaman paling buruk yang Ia alami semasa SMA-nya. Dan Ia bahkan tidak pernah mengharapkan ini untuk terjadi seumur hidupnya.

Sosok yang menoleh dengan tatapan yang rasanya tidak pernah Dara kenali itu jelas saja tersentak kaget dengan presensi gadis itu yang tiba-tiba.

Napasnya memburu. Oh, tentu saja.

Dara rasa oksigen diruangan ini telah habis sebab telah dihirup habis-habisan oleh kedua insan tersebut.

Saat bibir mereka telah terlepas satu sama lain.

Rasanya, Ia ingin mengumpat dan menangis dalam waktu yang bersamaan.

"S-sorry.."

Gadis itu menutup pintu dengan cepat, berlari dengan kepala yang kosong tanpa tau akan melangkah kemana. Tangannya gemetar dan jantungnya bertalu-talu seperti orang gila.

Dara ingin mengumpat keras tapi bibirnya terlalu kaku bahkan untuk membalas sapaan Pak satpam yang berada di pos jaganya.

Pemandangan menjijikkan apa yang barusaja Ia lihat?

Dengan perasaan yang tidak karuan, Dara menghentikan angkot yang lewat di depannya. Supir angkot itu mungkin akan mengira bahwa gadis remaja kecil ini baru saja diputuskan secara sepihak oleh pacarnya.

Sebenarnya, jauh lebih buruk dari itu.

Dengan napas yang memburu, Dara duduk di dalam angkot dengan tangan yg mengepal di atas kedua pahanya, mencoba untuk menenangkan jantungnya—atau mungkin isi kepalanya yang terlalu ribut. Namun, ditengah-tengah perjalanan, tangis gadis itu pecah.

Ini hanya.. mimpi buruk. Dan Antessa Hadara membenci kenyataan bahwa Ia harus mengalami mimpi buruk itu.

°°°

Treasure's Jaehyuk as Gamaliel Kevin A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Treasure's Jaehyuk as Gamaliel Kevin A.

and

Aespa's Winter as Antessa Hadara

°°°

©heycancer, 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

without a hello Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang