Awalnya...

30 0 0
                                    

Gintama fanfiction

Gintama asli milik sorachi hideaki (#kalo gak salah)
Tokohnya tentu saja milik dia juga, tapi kalau gintoki sendiri saja, boleh kuminta kan, ya? /bawa gintoki kekamar
(#ai lope yu Gintoki-sama!)

(#abaikan yang diatas)

Aku hanya pinjam tokohnya

.
.

.
.

Warning! Shoai! Bagi yang gak kuat dengan hal-hal seperti ini, please, get out. (#aku hanya gak mau ada yang ngeledek pairing kesukaanku)
Bukan genre humor, tapi kalau ada kegajean disini harap maklumi.
Otakku kurang bisa menangkap nama-nama tempat atau pun tokoh dari gintama ini. Dan aku kurang mengikuti alurnya. Harap maklumi.

Aku gak tau gintama udah sampai episode berapa, tapi aku masih nonton hingga episode 328 (lompat-lompat). Setelah kagura, shimpachi dan gintoki(ku) bertarung melawan kamui dan menang. Jadi, aku buat kelanjutannya dalam versiku.

Yaa... tentu saja aku hanya menyalurkan ide abalku saja. Jadi ingin buat genre shoai setelah melihat perjuangan mereka di pulau kokujou(?) dan juga adegan-adegan sebelumnya.

Maafkan daku yang banyak typo.

Ini GinHiji, oke? GinHiji GinHiji GinHiji GinHiji GinHiji!

Ooh, aku cinta banget sama pairing ini. Bagaimana pun, hijikata itu memang uke dan akan selalu uke! Sedangkan gintoki(ku) akan selalu poreber poreber menjadi seme

Oke, aku selesai dengan kegajeanku.

Happy reading guyss!!!!

.

.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0

.

.

Pemuda itu berjalan dengan terseok-seok. Tampang menyedihkannya jadi tambah menyedihkan akibat kimono putih lusuh yang ia kenakan. Ia bahkan bertanya-tanya kapan terakhir kali ia mandi dengan benar. Mungkin sekitar empat bulan lalu?
Pemuda itu menyerngit. Setengah mabuk bersandar pada dinding di kota itu. Kota yang terletak jauh dari buminya. Kota yang berbeda, planet yang berbeda.

Sakata gintoki. Begitulah nama yang ia dapati dari orang tuanya yang telah lama tiada. Pemuda setengah mabuk dengan mata ikan mati yang kini menatap langit yang tidak ada cerah-cerahnya. Dia terkekeh. Mengagumi kuasa tuhan –yang entah ia percayai atau tidak, yang penting disebut dulu- yang membuat langit planet itu mendung sepanjang tahun.

Gintoki membetulkan letak syal berwarna aspal yang meliliti lehernya. Menarik syal itu hingga hidung dan menghirup aromanya. Ia mendesah kecewa. “aahh... Bau oogushi-kun sudah hilang...” mata merahnya kembali menatap langit. “kapan... waktunya akan tiba, ya? Aku jadi tidak sabar...”

Hening beberapa saat, ia merogoh sesuatu di dalam kantung kecil yang sama lusuh dengan kimononya. Mengeluarkan botol sake persediaan sakamoto yang ia bawa untuk bekal wisata(?) alamnya di planet itu. “maa ii kah...” ucapnya dengan nada tidak peduli. “yang terpenting aku harus pulang dulu... oh ya, aku lupa. Beberapa bulan lalu aku lewat mana ya?”

“bagaimana kalau kami membantu anda untuk pulang, tuan?”
Gintoki berbalik. “huh?”

.

.

.

.

Kebisingan di kapal itu terasa hangat. walaupun mereka terlihat kelelahan, tapi canda tawa tak berhenti mereka lontarkan satu sama lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Give Back Our Gin-chan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang