Aku sedang duduk di salah satu kursi di pojok ruang dance practice mereka.
Saat ini, aku sedang berkunjung ke kantor Big Hit. Tentu saja sekaliaan menemui pacarku.
Dia tampak semangat menjalani dance practice kali ini. Ralat, dia memang selalu semangat dan excited kalau tentang tari menari.Jimin sedang berbincang dengan Jungkook dan Hoseok, entah membicarakan apa. Tetapi yang pasti, ia tampak sangat amat menawan menggunakan baju lengan panjang, celana jeans, dan topi kupluk hitam untuk menutupi sebagian rambut pink soft nya. Lagi-lagi aku tersenyum. Aku selalu tersenyum melihat Jimin.
"Annyeonghaseyo chagiya~" Jimin tersenyum sembari duduk disebelahku.
Aku membalas senyumannya, "Hai pinky boy" Balasku. Jimin memonyongkan bibirnya.
"Kyaa! Jangan panggil aku seperti itu, arraseo?"
Aku mengangguk sembari menahan tawa. Dasar bocah ini.
"Nde, ahjussi."
"Stop memanggil ku dengan panggilan yang aneh, chagi" Jimin memeluk tanganku, lalu mengusap-usap wajahnya ke tanganku.
"Baiklah. Lagipula aku hanya bercanda. Dasar baper." Jimin hanya mengangguk dan tetap bersandar ke tangan kurusku ini.
"Oiya, kalian akan practice lagu apa untuk kali ini?" Aku mengelus rambut pink nya itu.
"Spring day" Jawab Jimin singkat. Bocah ini benar-benar manja untuk kadar kelahiran 1995.
"Hwaiting Jimin" Aku menyemangatinya sembari terus mengelus rambut halusnya itu.
"Gomawo, chagi."
Sedang asik-asiknya mengobrol Manager Sejin berteriak.
"Baiklah acara ngobrol mengobrolnya sudah selesai, saatnya dance practice"
Aku menepuk tangan Jimin pelan, "Kamu dengar kan apa kata Manager Sejin tadi?" Jimin hanya mengangguk tanpa merubah posisinya sedikitpun. Haish bocah ini.
"Kalau dengar yasudah ayo sana berlatih." Dorongku pelan sembari melotot.
"Dasar galak" Jimin mencium bibir ku sekilas lalu langsung berlari ke tengah ruangan ini, untuk berlatih tentu saja.
Aku terkekeh pelan. Ya, memang ini bukan ciuman pertama kami, tetapi rasanya masih sama ketika kita berciuman pertama kali. Aku masih merasakan geli di perutku ketika ia mencium bibirku, ya walaupun tadi ia hanya mengecupnya saja.
Aku menunggu mereka berlatih dengan ditemani beberapa staff perempuan. Kami mengobrol ringan. Entah membicarakan makanan, fashion sampai membicarakan bagaimana susahnya mengatur para 7 lelaki tampan itu.
Aku hanya mendengar ocehan Yura, staff yang bekerja sebagai penata rias mereka, dengan terkekeh pelan."Aish pokoknya mereka itu benar-benar membuat kami kewalahan. Tetapi ya, aku sih senang mereka seperti itu. Jadinya pekerjaan ku ga serius-serius amat." Ucap Yura sembari tertawa. Para staff yang mendengarnya hanya ikut terkekeh kecil, seperti yang aku lakukan saat ini.
"Oh ya, Jimin sering sekali kangen dengan kamu loh." Aku tersenyum.
"Benarkah?" Ia hanya mengangguk.
"Iya benar. Anak itu ya kalau sudah kangen dengan mu maunya menelpon kamu terus. Yang seharusnya dia di rias paling pertama dia malah memilih paling terakhir, dengan alasan ia mau menelpon mu sebentar." Aku mengangguk sembari tertawa pelan. Yaampun kekasihku ini, benar-benar.
"Maafkan Jimin ya eonnie" Ia tertawa agak besar.
"Tidak usah minta maaf lah. Kita sudah biasa menghadapi Jimin-mu yang seperti itu." Ucapnya sembari tertawa, lagi. Aku mengangguk dan tersenyum.
Latihan mereka sudah selesai semenjak satu jam yang lalu. Sekarang mereka, maksudku kami semua sedang menyantap pizza dan pasta. Sungguh ini enak sekali. Jimin yang duduk disebelahku sudah makan 4 potong pizza dan 1 porsi pasta. Sedangkan aku? baru menghabiskan 2 potong pizza saja sudah kenyang. Gila memang. Porsi makan anak Bangtan memang benar-benar banyak.
"Ya, Yoora-ssi. Makan itu pastamu." Perkataan Taehyung membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk sembari tersenyum ramah.
"Nde, oppa." Jawabku seadanya.
"Sayang ayo makan pastanya, kalo engga aku yang habisin." Jimin membuka bungkus pasta nya lalu ditaruh di hadapanku.
"Serius Jim, aku kenyang." Aku mengerucutkan bibirku, berharap ia tidak lagi memaksa ku untuk memakan pasta itu. Sungguh, perutku sudah tidak muat.
"Mau aku cium bibirmu itu? Sudah ayo makan, aku tau kamu mau." Jimin lagi-lagi memaksaku. Duh Jimin, kamu ini jadi pacarku udah berapa bulan sih?! Udah satu tahun padahal. Tapi tetap saja memaksaku. Dia kan biasanya tau porsi makanku memang sedikit.
Aku menggeleng, "Tidak Jimin, aku benar-benar tidak bisa lagi. Aku kenyang." Jimin menatapku sebentar, lalu beralih lagi untuk mengambil potongan pizza ke limanya. Ia mengangguk.
"Baiklah, tapi kalau kamu lapar nanti bilang aku, nde?" Aku mengangguk dan langsung mencium pipi kirinya sekilas.
"KYA PACARAN JANGAN DISINI" Teriak heboh salah satu member, siapa lagi kalau bukan,
Hoseok.
Hai guys, akhirnya gue nge lanjut ini cerita. Maaf pendek, nanti part selanjutnya bakal di panjangin ok? ok.
Maaf juga kalau ngebosenin, konfliknya belom muncul.
Tolong cerita ini ditambahin ke daftar baca dan perpus kalian ya, supaya dapat notif kalau aku nge-next ini cerita. ara?ara.
Tolong si vote yaaaa kalau udah baca, di komen juga gapapa. Aku seneng malah ada yang mau komen HEHEHE.
much love from, jimins wife.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Fiksi PenggemarAku mencintainya, sungguh. Aku menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersamanya. Selama 1 tahun. Aku lelah, sungguh. Aku lelah karena hubungan kami harus ditutupi. Kami tidak bisa bebas pergi kemanapun. Aku ingin menyerah, sungguh. Tetapi aku s...