SIAPA DIA?

76 7 4
                                    

Suara tawa menggema di sudut ruangan yang sekarang ini menjadi tempat favoritku berkumpul bersama teman-teman. Aku melihat sekumpulan remaja putih abu-abu tengah menikmati cerita-cerita murahan yang tak diketahui faktanya.

Jam seperti ini tepatnya pukul 21.00 seharusnya mereka sudah berada di singgasananya, menikmati rangkaian ilmu dan teduhnya atap rumah. Seandainya aku adalah pemilik kafe ini aku akan mengusir mereka untuk segera pulang. Sebab untuk remaja perempuan masih berada di luar rumah pada malam hari sangatlah berbahaya.

Akhirnya setelah sejam aku mengamati aktivitas mereka, seorang gadis berambut sebahu memilih bangkit lebih dulu. Lama mengamati ribuan kendaraan yang  berlalu lalang, akhirnya gadis itu memilih angkutan umum yang tidak terlalu ramai. Dan tak sengaja mataku menangkap sosok lelaki bermasker hitam turut menaiki angkutan umum yang sama.

Selama perjalanan pandangan Si Masker Hitam tak luput dari gadis itu yang membuatnya merasa gelisah.

Ponselku bergetar, menandakan satu panggilan masuk.

"Aku masih di angkot..... iya makasih..... dah.."

Tak lama kemudian, gadis itu turun di depan gang kecil lorong rumahku. Ia berhenti sejenak, lalu menengadahkan wajahnya. Mengamati langit malam berbintang. Suasana gang itu begitu sunyi menghantarkan rasa hampa disetiap langkahnya.

'Srek...srek...' suara langkah kaki yang terseret di tanah membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

Ia lalu menoleh ke belakang dan mendapati Si Masker Hitam berdiri tak jauh darinya.

Untuk sesaat ia tercengang dan kembali melangkahkan kakinya dengan sedikit lebih cepat. Sesekali pandangannya ia arahkan ke belakang. lelaki itu masih disana. Dan  derap langkahnya  semakin menggema.

Merasa dalam bahaya gadis itu berlari sekuat tenaga menuju rumah yang berada di ujung gang. Sesampainya di depan rumah, ia langsung mengambil kunci lalu segera membuka pintu. Akhirnya, ia masuk dengan rasa lega menyelimuti jiwanya.

Setelah berada di dalam rumah gadis itu menghembuskan napas pelan. Keringat kini membasahi sekujur tubuhnya. Ia benar-benar cemas. Namun, sekarang ia merasa bersyukur dan bahagia bisa sampai di rumah dengan selamat.

Tapi, kebahagiaan itu seketika sirna. Detak jantungnya kembali memuncak setelah mendengar ketukan pintu dari luar. Ketukan itu hanya berbunyi tiga kali dan setelahnya tak terdengar lagi.

Karena penasaran, akhirnya dia memberanikan diri membuka pintu dengan perlahan. Tak ada siapapun di luar. Hanya setangkai mawar yang terlihat tergeletak di depan pintu. Dia tidak segan mengambilnya dengan senyum yang mengembang.

Pikiran negativenya bertolak belakang dengan fakta yang ada. Ia merasa bingung sekaligus bahagia. Ia menutup pintu sambil menghirup aroma mawar yang kini digenggamnya.

"Aku  di sini ....."

bisikan itu merambat cepat di celah-celah koklea gadis itu. Hal ini membuatnya sontak berbalik dan ditemukannya sepasang mata biru menyala telah berada di hadapannya.

Ternyata Si Masker Hitam itu lagi....

"ka...ka...kamu si... siapa?"

Lelaki itu melangkah mendekatinya. Karena merasa terancam gadis itu segera berlari meninggalkan si Masker Hitam. Saat menaiki tangga gadis itu terjatuh dan merasa sakit pada kakinya.

Namun, karena melihat Si Masker Hitam berjarak sudah sangat dekat dengannya, gadis itu bangkit dan segera berlari menuju kamar dengan tertatih-tatih.

Ketika membuka pintu kamar, tubuh gadis itu merasa didorong dan terhempas. Ia berbalik dan mendapati siluet Si Masker Hitam semakin mendekatinya. Ia berusaha menyeret tubuhnya yang tak berdaya untuk menjauh. Tapi, sayang usahanya tak membuahkan hasil sebab tubuhnya telah berada di sudut kamar.

Si Masker Hitam terus mendekat dan berhasil mengunci pergerakan gadis itu.

"Akhirnya aku menemukanmu".

Suara dingin yang aku kenal menelusuk ke indra pendengaran gadis itu.

Si Masker Hitam mengeluarkan sebuah benda. Dalam kegelapan kulihat kilatan dari benda yang digenggamnya. Perlahan tapi pasti, benda tajam  ia arahkan pada leher si gadis. Tiba-tiba suara pecahan kaca menggema. Bersamaan dengan itu, muncullah siluet lelaki lain bermasker putih.

"SIAL!!!" ujar Si Masker Hitam.

"Aku tidak akan membiarkanmu merenggut jiwa lagi karena dendam", balasnya.

"HENTIKAN OMONG KOSONGMU!"

Perkelahian antara keduanya pun tak bisa dihindari, hingga kemenangan berakhir ditangan Si Masker Hitam.

Pisau itu tertancap tepat di jantung sang lawan. Gadis itu histeris melihat adegan pembunuhan tepat di depan matanya.

Lalu gadis itu bangkit dan meraih gunting yang ada di meja belajar. kesadarannya kini tidak stabil.
Matanya merah menyalah, la melangkah pelan menghampiri dua lelaki yang entah darimana asalnya.
Gunting yang digenggamnya meluncur begitu saja dan akhirnya tertancap sempurna dipunggung Si Masker Hitam. Darah segarnya bercucuran memenuhi tangan gadis itu.

Tanganku gemetar, keringat dingin bercucuran, wajahku pun ikut pucat.

"Aku pembunuh........."

Dengan cepat aku menarik gunting yang telah tertancap itu dengan sisa kekuatan yang ku punya. Lalu turut mendaratkannya tepat di jantungku. Aku melakukan kesalahan lagi, kini aku membunuh diriku sendiri.
                              ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Riuh suara tepukan menggema seantero gedung. Aku mengulas senyum pada pemilik bangku nomor 27 sahabat lelakiku. Senyumnya merekah. Kedua tangannya mengacungkan ibu jari untukku menandakanbaku berhasil menjadi peran utama teather ini.

THE END

---------------------


Terimakasih telah membaca cermin kami.

Salam, NAUZHA.

SIAPA DIA? - One PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang