Chapter 1

28 8 2
                                    

"QIA. BANGUN GAK?! BANGUN ATAU BUNDA SIRAM?!"

Riska, bunda Qia memekik berusaha membangunkan Qia yang tertidur pulas.

Buset suara siapa sih nih anjir. Berisik banget. Udah tau gwa masih ngantuk. Batin Qia.

"QIA! ASTAGFIRULLAHALADZIM. KAMU SEMALAM NONTON DRAKOR LAGI YA?! BANGUN NGGA?! BANGUN QIA! BANGUN ATAU POSTER JUNGKOOK YANG KAMU MINTA NGGA JADI BUNDA BELIIN!"

Sontak Qia yang mendengar nama tunangannya disebut langsung membuka matanya dan duduk. "Qia udah bangun kok bun. Poster tunangan Qia nya jadi dibeliin ya bun." Qia merengek seraya mengeluarkan puppy eyes miliknya.

"Kamu tunangan Jungkook? Jungkook si golden maknae itu? Yang member Bts? Wah, udah ribuan orang mimpi kayak kamu." Riska menatap remeh Qiandra.

Qia mengelus dada sabar. Untung emak coba bukan udah gua tendang ke meikarta. Batinnya.

"Mandi sana." perintah Riska.

"Hooh bun hooh."

•••••

Setelah selesai mandi dan pakai seragam sekolah Qia mulai menyisir rambutnya dan membiarkan rambut panjangnya terurai. Rambut Qia berbeda dengan rambut gadis Indonesia lainnya yang berwarna hitam legam. Rambut Qia berwarna cokelat, dengan bulu mata lentik yang memperindah matanya yang bulat, alis tebal, hidung mancung, pipi tirus, dan bibir tipis membuat ia semakin terlihat cantik.

Qia meraih ranselnya dan menuruni tangga menuju meja makan.

"Pagi semua," sapa Qia tersenyum manis, kemudian duduk disamping Febri. "Loh Abang mana?"

"Pagi juga Qia sayang, abang kamu udah berangkat daritadi. Kamu sih bangunnya telat." Sahut Febri

Qia mendelik kesal "Awas aja lo bang," gumamnya.

"Udah ayok makan," ajak Riska.

Qia menatap makanan yang ada di atas meja, "Bunda, Qia langsung berangkat kesekolah aja deh."

"Loh kenapa?" tanya Riska.

Mau nyontek pr ke temen. "Oh, itu bun temen Qia mau curhat-curhat. Biasa anak cewe. Ye ngga yah?"

"Iyain ajah, pake h." Febri asik dengan makananya

Qia menatap Febri yang sedang asik makan, Febri yang merasa diperhatikan menoleh "Katanya mau berangkat?"

"Oh ayah ngusir? Dasar ayah--"

"Ayah apa? Kamu mau bilang dasar ayah durhaka? Kamu mau ayah kutuk jadi batu?"

Qia berdecak, "Maksud Qia ayah ganteng. Hehe. Udah ah Qia berangkat. Assalammualaikum Bun, yah." Pamit Qia

•••••

"Kalau bukan gara-gara Alex si biawak pergi duluan gua pasti masih bisa makan dan datang kesekolah cepet."
"Fak, ini angkot pada songartis amat sih."
"Bisa telat gua asu."
"Sampe gua telat dateng kesekolah awas aja lo bang."
"Gua potong tuh jambul kesayangan lo,"
"Bodoamat anjir gua cape ngomel mulu."

Qia menghentak-hentakkan kaki ke jalanan kesal.

"Heh nek, lagi ngapain lo disana?" Sontak Qia mendongak mencari siapa yang berbicara seperti itu.

Tatapan kesalnya berubah menjadi datar, "Mau ngepel jalanan!"

"Dih emang gua ngomong sama lo? Perasaan tadi gua manggil nek deh kok yang nyaut lo sih? Oh jangan-jangan nama lo berubah jadi nek?" Ledeknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang