Korban Pertama

83 8 78
                                    



Dorrr...

Timah panas telah menembus kepala seorang lelaki di gelapnya malam dalam sebuah lorong. Seorang lelaki yang bertubuh tegap memakai topi layaknya seorang mafia, tersebut tergelatak di tanah tanpa bisa bernafas lagi. Di depan lelaki yang telah mati tersebut diantara gelapnya malam berdiri seorang yang memakai pakaian serba hitam dengan jubah hitam dan memakai sebuah topeng tengkorak.

Sang topeng tengkorak memegang sebuah pistol berjenis G2 premium yang telah mengeluarkan asap di ujung pistolnya menandakan dia yang menembak seorang lelaki itu hingga tewas. Sang topeng tengkorak memasukan pistolnya kembali, berjalan ke dalam kegelapan malam dan menghilang menginggalkan mayat seorang yang telah ia bunuh.

***

Seorang lelaki berkulit putih memiliki bertubuh sedikit besar rambut hitam cepak yang memakai pakaian polisi dan tiga orang yang memiliki pakaian yang sama memeriksa keadaan mayat yang ada di gang Jalan Ambarawa. Mayat yang ditemukan ada bekas tembakan di kepalanya yang menembus hingga bagian belakang tengkorak. Lelaki tersebut sedang mencari sesuatu di sekitar tempat kematian sang korban mungkin saja ada sebuah petunjuk untuk mempermudah penyelidikan. Namun nihil tak ditemukan apapun.

Seorang perempuan berambut hitam sebahu berkulit coklat sedikit lebih pendek dari sang polisi lelaki memakai kacamata kotak yang memakai seragam polisi yang sama berlari ke arah polisi lelaki itu. Sesampai di dekat mayat dia terengah-engah karena berlari takut terlambat untuk penyelidikan. Wanita polisi itu masih mengatur nafas karena merasa capek setelah berlari.

"Ma-maaf pak Rendi sa-saya terlambat, karena tadi saya..."

"Sudahlah Petugas Kiku itu tidak penting apa alasanmu yang jelas cepat bekerja sekarang," Jawab Rendi lembut tapi penuh penekanan di akhir.

"Si-siap pak," jawab Kiku ketakutan mendengar suara atasannya yang dingin.

Kiku langsung memakai sarung tangan khusus untuk mengidentifiaksi mayat dan mendekati mayat. Kiku melihat mayat tersebut dengan seksama, ia merasa mengenal wajah orang tersebut, tetapi ia sedikit lupa siapa korban yang ada di depannya. Kiku mengeluarkan ponsel pintarnya, membuka aplikasi yang khusus dibuat untuk anggota polisi Surabaya. Ia membuka file khusus untuk para buronan kelas C. Kiku kaget melihat foto seorang buronan di ponselnya sama dengan korban yang telah mati.

"Pak Rendi tolong lihat ini," Rendi yang sedang berbincang dengan beberapa anggota kepolisian yang ada di TKP langsung mendekat ke arah Kiku.

Ia kaget melihat ponsel pintar Kiku dan langsung merebut ponselnya Kiku. Rendi melihat foto yang ada di ponsel tersebut kaget dan membaca keterangan yang ada di sana.

"Jadi dia Tian buronan kelas C kejahatan yang pernah ia lakukan hanyalah mencuri ATM dan menjambret di daerah Ambarawa," Rendi mengembalikan ponsel ke Kiku.

"Betul pak, dia menjadi buronan sekitar seminggu lalu karena telah melakukan pencurian ATM Bank IKL di Jalan Yosomulyo."

"Kiku apa ada catatan ia pernah bekerja sama dengan para bos mafia?"

"Sejauh ini belum ada pak karena ia bekerja sendiri tanpa adanya bantuan dari para mafia," Kiku melihat catatan Tian yang ada di ponselnya.

"Lalu kenapa dia dibunuh?"

"Apa pak Rendi pikir ini ulah dari mafia?"

"Kemungkinan besar iya, mereka yang melakukan hal ini, tapi aku masih belum yakin," Rendi berpikir sejenak dengan memegang kepalanya dan melihat ke arah Kiku. "Kiku cari informasi tentang dia apa yang dilakukan olehnya akhir-akhir ini cari semuanya jangan ada yang lolos."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TENGKORAK MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang