01

64 8 2
                                    

Apakah aku kuat bangkit ataukah aku akan tenggelam dalam lautan penyesalan.

~~~

Gadis berkepang dua berlari sambil menangis keluar kantin sekolah SMA Bakhti Guana dengan seragam yang basah dan kotor. Tercium sangat jelas aroma jus tomat. Yapp...gadis itu Nayla, bukan hal yang baru lagi bagi seorang Nayla mendapat perlakuan yang semena-mena dari temannya di Sekolah.

"Nay...Nayla lo kenapa sampe kayak gini. Siapa yang buat lo sampe kayak gini bilang sama gue Nay?". Tutur Syifa bak kereta listrik.

"Nay nggak kenapa-kenapa kok Syifa, tadi cuma ada kakak kelas yang nggak sengaja nabrak Nay terus jusnya tumpah dehh". Ucap Nayla dengan senyum tipis di bibir pink nya itu.

"Lo nggak bisa Nayla begini terus, mana Nayla yang gue kenal dulu, mana Nayla yang kuat, mana Nayla ceria". Ucap Syifa.

"Nggak ada Syifa nggak ada, Nayla yang dulu sudah mati... Hiks... Hiks". Jawab Nayla sesegukan.

"Jangan terus menyalahkan diri lo sendiri tentang kejadian itu, itu semua takdir yang sudah digariskan Tuhan Nay".

"Tapi, kalau aja.... ". Omongan Nayla sudah terlanjur dipotong Syifa.

" Oke... Oke cukup Nay, sekarang mending lo ganti baju dulu ,lo bawa seragam cadangan kan Nay?". Kalah Syifa

"Ehhh iya Nay sampai lupa mau ganti baju. Nay bawa kok seragam cadangan, ayo Syifa kita ke loker Nay ngambil baju". Ajak Nayla pada Syifa

Mereka berjalan beriringan menuju loker Nayla yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.

Banyak yang tidak menyukai Syifa berteman dengan Nayla, bukan apa-apa mengingat Syifa adalah gadis yang cantik, ceria, dan pandai bergaul dengan orang lain. Walaupun Nayla juga tak kalah cantiknya dengan Syifa namun, sifat pendiam dan anti sosialnya ini yang membuat orang lain enggan berteman dengannya. Namun, hal itu tidak membuat Syifa menjauhi Nayla. Nayla sangat beruntung memiliki sahabat seperti Syifa tidak seperti orang lain yang menjauhi nya. Yang selalu menasihatinya dikala ia melakukan kesalahan dan mendukungnya dikala sedang terpuruk.

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Nayla. Fisiknya lelah tapi hatinya lebih lelah. Dan saat pulang ke tempat yang disebut rumah pun ia harus menelan kenyataan pahit tentang keluarganya. Rumah megah ini selalu sunyi dan sepi.

Nayla melangkah dengan gontai ke arah tangga, baru kakinya ingin melewati tangga ia melihat sebuah kamar lalu membukanya perlahan. Air mata kembali menetes melihat wanita paruh baya itu duduk termenung menghadap jendela.

"Mama, Nayla pulang ma". Tak ada sahutan dari Nyonya Anfi ini.

"Mama sudah makan ". Jawaban nya pun sama hanya hening.
Baru Nayla ingin kembali bertanya ke pada sang Mama tangan nya sudah ditarik paksa keluar dari Kamar.

" Jangan lo sekali-kali masuk ke Kamar Mama, lo itu anak pembawa sial".

" Tapi Netta, Nayla..... ". Air matanya kembali mengalir dengan deras, ia tidak dapat membendungnya lagi, dadanya sesak bagai ditusuk ribuan jarum.

"Cukup gue nggak mau dengar apapun lagi dari mulut kotor lo itu, gue ingatkan sekali lagi JANGAN DEKAT DENGAN MAMA".

Dan disini lah Nayla sekarang, di Kamarnya yang terasa seperti di Penjara. Tempat yang menjadi saksi bisu kesedihan dan kepedihan lara Nayla. Menangisi hidupnya yang dirundung penyesalan masa lalu.

Jangan ditanya lagi hatinya saat ini, hancur dan remuk berkeping-keping bagaimana tidak, Mama yang dahulu adalah pelindung dan penguat jiwa nya sekarang hidup bagaikan orang mati. Tak ada lagi senyuman yang menghangatkan hatinya, tak ada lagi pelukan hangat seorang ibu.

Saudara kembarnya Netta yang dahulu menemaninya dan melindunginya sekarang berbalik membenci dirinya. Papa yang dahulu selalu hadir menghapus air mata nya dan selalu ada disampingnya kini entah kemana menyibukkan diri dengan kerja, kerja, dan kerja.
.
.
.
.

Yeayy akhirnya bisa juga buat cerita ini, awalnya sih ragu untuk publish cerita ini. Tapi,  temanku bilang publish aja biar tau dimana letak kesalahannya. Sorry banyak typo bertebaran.

21-12-2017

I Want To Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang