#Chap_01

48 5 2
                                    

Jungkook merasakannya, telah merasakannya. Merasakan banyaknya hal yang telah berubah dari sifat kekasihnya, meskipun begitu, ia selalu diam. Semakin hari ke hari, kekasihnya selalu cuek kepadanya, menjadi jarang mengunjugi apartemen mereka , dan tak pernah lagi menghubungi jungkook atau apapun itu.

Namun, meskipun begitu, Park jimin, kekasih dari seorang jeon jungkook, dia tak pernah sekalipun berkata kasar, maupun membentak jungkook.

Seringkali jungkook berfikir jimin telah menemukan seseorang yang baru, yang menggantikan... Bukan, namun menyisihkan namanya dari hati sang kekasih. Namun, segera ditepisnya pikiran itu olehnya. Karena ia amat yakin, sebuah kesetiaan akan berbuah kesetiaan yang manis pula.

Namun sayangnya, jungkook adalah anak yang terlalu polos untuk mengerti keadaan yang ada disekitarnya.

Ia tak pernah mengungkit-ngungkit apa yang telah membuatnya sakit hati kepada kekasihnya. Ingatlah bahwa jungkook bukanlah seorang kekasih yang haus akan tuntutan. Namun, meskipun begitu, ia yakin dengan apa yang ia lakukan ini akan berbuah sebuah kebaikan yang amat tulus.

Bahkan ia pernah melihat kekasihnya berjalan dengan yeoja lain pun ia tak berani mengungkit. Terlalu takut untuk menerima kenyataan selanjutnya.

Park jimin, semakin hari ke hari, ia semakin jarang mengunjungi apartemen jungkook. Dan jungkook, dengan segala kesetiaannya terus saja menunggu jimin untuk pulang pada setiap malamnya. Menunggu dengan sabar, dan dengan kesegala kepedihan hatinya yang berusaha mati-matian ia sembunyikan. Bahkan sudah dua bulan terakhir ini pula jungkook merayakan mensivenya sendirian.

tok..tokk..tokk
Terdengar suara pintu yang diketuk. Perhatian jungkook dari melihat salju dari luar jendela langsung teralihkan kepada pintu dan langsung berlari kearahnya dan langsung membukanya. Rautnya yang tadinya sangat murung langsung ia ubah menjadi sangat gembira tatkala melihat orang yang ia cintai dan ia tunggu setiap malamnya kini telah berada didekatnya. Namun, berbeda dengan raut yang jungkook pancarkan, raut wajah sang kekasih yang terpancara adalah raut yang sangat datar dan begitu dingin.

Dan itu membuat jungkook mengurungkan niat untuk memeluk sang kekasih yang amat sangat ia rindukan.

Hening..hanya ada suara desiran angin saja yang mendominasi.

yang satunya memandang datar, yang satunya menunduk saja asyik memilin baju yang dikenakan. Dengan segala keresahan dan ketakutan yang membuncah. Tak berani balas menatap wajah orang yang kini tengah menatapnya datar, dan terlihat kosong... Sangat sulit untuk ditebak.



Cukup lama mereka saling terdiam. Membiarkan udara dingin yang menusuk tulang menyelimuti mereka. Hingga salah satu dari mereka mengalah.

Yang lebih tua menggerakkan bibirnya, mengucapkan sebuah kata-kata yang begitu singkat. Namun sukses membuat pria yang menunduk didepannya tadi terperangah mendengarnya.

Karena jujur saja, itu adalah sebuah pernyataan yang sama sekali tak ingin ia dengar.

Tubuhnya sedikit tersentak, kepalanya langsung ia dongakkan. Ia tak dapat berkata-kata, ia hanya diam. Mata cantiknya membelalak semakin lebar, disertai dengan liquid bening yang Menyusuri pipinya yang halus dan dengan mulut mungil yang sedikit menganga.

Selagi jungkook masih diam dalam pikirannya yang masih mencerna perkataannya tadi, jimin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk pergi dari hadapan jungkook sebelum jungkook bertanya banyak padanya. Karena ia sungguh malas untuk membahas dan memberi jawaban ini dan itu kepada kekasih lamanya. Kalau ia ingin berakhir, maka berakhir saja. Begitulah pikirnya.

Tubuh itu bergetar kecil, air mata kini sudah banjir mengaliri pipi. Ia memeluk dirinya sendiri, entah karena tangis ataupun dinginnya malam oktober bersalju malam itu.
"Hiks.." isakan tanpa ia dapat tahan terus keluar dari bibir mungilnya. Didepan pintu apartemen megah pembetian sang kekasih yang ia tinggali bersama dengannya.

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepala jungkook, kata-kata yang baru saja diucapkan oleh sang kekasih. Yang bagaikan menikam jungkook langsung ke hati.

Kook, Aku akan pergi. Mulai saat ini, kita berakhir.

"Hiks.. Hikss.." isakan itu terdengar dari tubuh kecil yang bergetar dipojok ruangan. Matanya sembab, hidungnya pun sampai memerah. Karena kesedihan dan dinginnya malam yang saat ini ia rasakan.Bahkan, Kulitnya yang tadinya putih berseri, menjadi berwarna putih yang pucat.





Tbc...

Yuhuuu... Jungkiik hadir reader tapii kalii ini jungkiik bawain jikook yaw.., dan ingatt JIKOOK/MINKOOK..!!! OY OY... BUKAN KOOKMIN. Oke..?? Okee dungs.., ehehewe.., hehe.., 😂😂 gue tauu gue gaje. 🔪😂










Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Winterliefde (Jikook/Minkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang